Malam Kejahilan

84 10 8
                                    

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Nathan selesai mengenakan seragamnya dan berjalan menuju UGD, tempatnya harus bekerja malam ini.

Nathan tak biasanya bekerja di UGD, tapi kurangnya staf dikarenakan salah satu rekannya yang mengambil cuti melahirkan, menyebabkan rotasi tim perawat untuk sementara berubah.

Ritual rotasi tim berjalan seperti biasa. Tim perawat sebelumnya mengoperkan pekerjaan apa saja yang telah dilakukan dan yang masih harus diselesaikan; mengoperkan pasien-pasien mana yang masih membutuhkan perhatian, atau sudah dapat dipindahkan ke bangsal; dan tentu saja mengoperkan daftar dokter jaga, dan dokter spesialis siap panggil yang bertugas malam itu. Masa kerja Nathan berlangsung selama delapan jam, dan pekerjaan dibagi rata pada tiga perawat.

Tidak sampai setengah jam berlalu, hujan deras mengguyur rumah sakit dan membuat kaca-kaca jendela UGD bergetar. Hampir seluruh pasien yang masih tersisa di UGD telah dipindahkan ke bangsal, dan Nathan dapat melihat dua orang rekannya tampak duduk santai di meja perawat sambil sedikit bersenda gurau dengan dokter jaga. Tak begitu banyak pasien yang datang ke rumah sakit di cuaca seperti ini. Itu artinya tim kerjanya dapat sedikit beristirahat dan menarik napas lega.

Nathan melirik sekilas ke satu-satunya pasien yang tersisa di ruangan itu. Seorang anak perempuan yang jelas sekali adalah keturunan orang asing dengan rambut pirang dan mata hijau. Ini bukan pertama kalinya rumah sakit tempat Nathan mendapat pasien orang asing, tapi tetap saja kedatangan orang asing di rumah sakit mereka bukanlah pemandangan yang umum.

Dari yang Nathan tahu, anak itu terjatuh dan mematahkan tangannya saat ia bermain arcade di mal. Ia dijadwalkan untuk menjalani operasi besok pagi, dan kini orang tua anak itu sedang mengurus keperluan administrasi agar anak itu dapat segera dipindahkan ke bangsal. Anak itu tampak menatap gelisah ke arah jendela UGD yang berderak dihantam siraman hujan.

Nathan memandang sisa cairan infus yang mengalir ke selang yang terhubung ke tangan gadis itu dan memutuskan kalau ia harus segera mengganti botol cairan infusnya. Nathan mengambil botol cairan infus baru dari lemari obat sebelum berjalan menghampiri gadis itu dan menyapanya.

Anak itu tampak tersentak saat menyadari keberadaan Nathan. Selama beberapa saat mata mereka bertemu, dan Nathan dapat melihat ketakutan tergambar di kedua pupil hijaunya. Nathan tak menyalahkannya, tentu saja. Bagaimanapun juga Nathan tahu kalau ia memiliki perawakan yang sedikit menyeramkan di mata anak-anak. Tubuh kurus, kulit putih pucat disertai kantung mata menghitam membuatnya cukup mirip dengan hantu atau mahluk gaib yang sering ditampilkan di televisi. Ditambah lagi, sebagai orang asing, anak itu jelas tidak nyaman dengan keberadaan orang yang belum tentu dapat memahami bahasanya.

Berdasarkan pengalaman, Nathan memilih untuk tidak menenangkan anak perempuan itu dengan senyuman. Ia tahu di mata anak-anak senyumnya lebih terlihat mengganggu ketimbang memberi ketenangan, jadi Nathan hanya menunjukkan botol infus yang dibawanya dan menunjuk ke arah cairan infus yang harus digantinya. Anak itu mengikuti arah jari Nathan sebelum kemudian mengangguk. Memberi tanda bahwa ia tahu bahwa Nathan bukan bahaya untuknya.

Nathan dengan sigap mengganti cairan infus anak itu sebelum kemudian menyadari bahwa anak itu kini kembali menatap ke arah jendela yang terus berderak. Mata hijau gadis itu tampak cemas.

Nathan menatap ke arah meja administrasi, dan melihat bahwa butuh waktu sedikit lebih lama bagi orang tua anak itu untuk menyelesaikan proses pindah ruangannya. Di meja perawat ia dapat melihat dokter dan rekan-rekannya masih sibuk bersenda gurau dan tidak terlalu memperdulikan kegusaran yang jelas tergambar pada wajah anak itu.

Nathan membaca sekilas gelang pasien yang melingkar di tangan sehat anak itu. Nama 'Rachel Murphy' tercetak jelas di gelang itu, dan dari gelang itu juga Nathan tahu kalau Rachel berusia sembilan tahun. Perlahan ia menarik bangku plastik yang berada di dekat brankar sang anak, sebelum duduk di sampingnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Code Atma - A Fanfiction Compilation by Irene FayeWhere stories live. Discover now