Rumah Bekas Pesugihan

31.6K 2.5K 70
                                    

Aku tak menyangka, satu-satunya kenangan terakhirku dengan keluarga kini sudah hancur berantakan. Selama bertahun-tahun rumahku dibiarkan terbengkalai. Tidak ada satupun keluarga ayah yang berani menempati. Apalagi setelah mendengar cerita Om Pras tadi.

"Rumah bekas pesugihan," ucap Om Pras mengawali ceritanya.

Ya, sekarang dia sudah tau semua perbuatan ayahku. Dia juga menyesali segala perbuatannya padaku selama beberapa tahun terakhir ini.

*

Sehari setelah ayah meninggal dunia, Om Pras memutuskan untuk melanjutkan bisnis mebel. Dia juga memilih untuk menempati rumahku.

Beberapa hari setelah ayah meninggal, kondisi rumah masih lumayan ramai. Banyak keluarga besar ayah yang ikut menginap di rumahku.

"Awalnya Om gak ngerasa ada yang aneh di rumah itu," ucap Om Pras, lalu meyandarkan punggung di kursi tempatnya duduk.

"Keanehan mulai terjadi pas semua orang udah pada pulang. Tinggal Om sendiri yang tinggal di sana," sambungnya.

Malam pertama tinggal di rumah itu sendirian, Om Pras mulai mendengarkan bunyi benda-benda terjatuh. Sumbernya masih sama, dari kamar Steven.

Semakin malam, bunyi-bunyian itu semakin sering terdengar. Om Pras pun curiga. Dia menghampiri kamar Steven. Namun suasana tiba-tiba menjadi hening. Suaranya menghilang.

Baru beberapa langkah meninggalkan depan kamar Steven. Suara itu kembali muncul. Om Pras yang merasa kesal dan terganggu, terpaksa ... membukanya.

"Serius, Om?" ucapku saat mendengar ceritanya.

"Berani banget Om buka kamar Steven," sambungku.

"Om gak tau, kalau di sana ...."

"Tempat tinggal Siluman Ular," selaku.

Om Pras menganggukan kepala, sambil menyeruput teh hangat.

Kriet!

Om Pras membuka pintu kamar Steven. Kondisi kamar gelap gulita. Dengan lampu ponselnya, dia berusaha mencari posisi sakelar.

Tek!

Bunyi sakelar saat ditekan. Namun, lampu tetap tidak menyala. Dengan tetap berdiri di tempat, Om Pras menyorot lantai. Nihil, tidak ada benda yang terjatuh.

Ssssttt!

Bunyi desisan ular. Om Pras yang terkejut langsung menyorot sumber bunyi tersebut. Arahnya dari kamar mandi.

"Sekilas Om kaya liat ada orang berdiri di deket pintu kamar mandi," ucap Om Pras.

"Terus," balasku.

"Ya, Om ke luar aja dari kamarnya."

Setelah kembali ke kamar ayahku, Om Pras sudah tidak mendengar suara-suara aneh lagi dari luar. Dia pun bisa melanjutkan tidur dengan tenang.

Keesokan harinya, Om Pras mencoba menghubungi Mbak Yuri, adik sepupu ayahku. Dia ingin menanyakan apa Mbak Yuri pernah merasakan sesuatu yang janggal. Soalnya selama beberapa hari menginap di rumahku, dia lah yang menempati kamar Steven.

*

Mbak Yuri pun menceritakan tentang pengalaman pertama saat membuka pintu kamar Steven. Kamarnya lembab dan dingin, hawanya sudah membuatnya merinding. Mencoba menyalakan lampu, tapi tidak bisa. Sepertinya sudah lama mati.

Kemudian Mbak Yuri meminta Pak Ahmad untuk mengganti lampu kamarnya. Gagal. Lampu tetap tidak menyala. Mbak Yuri berprasangka baik, mungkin fitting lampunya sudah rusak.

Selamat Dari Tumbal PesugihanWhere stories live. Discover now