16 -- Maafkan Aku

31.2K 1.5K 105
                                    

Author POV

Eva menyisir rambut nya setelah mandi tadi. Saat bangun tidur, Rayhan sudah tak terlihat lagi berada di dalam kamar, sepertinya Ia sudah bangun pagi-pagi sekali, berbeda dengan Eva yang memang memiliki kebiasaan bangun siang. Eva lalu keluar kamar untuk turun ke ruang keluarga tempat dimana keluarga nya berkumpul kala pagi hari.

“Pagi semua…” sapa Eva ketika tiba di ruang keluarga.

Disana sudah berkumpul dua keluarga baru yakni keluarga Eva dan keluarga Rayhan.

“Pagi pengantin baru,” jawab Raskal dengan kedipan sebelah mata nya.

“Ngapain lo pagi-pagi udah disini?!”

“Semalem gue tidur disini kali, lo keasikan berdua dikamar sih jadinya nggak tahu, deh. Haha.”

Asik dari Hongkong, tidur aja punggung-punggungan. Batin Eva.

“Semalem kita emang tidur disini, Va. Pulang ke Jogja nya lusa,” tambah Ferra.

“Emang Mbak Raina nggak kerja? Ini kan hari senin.”

“Nggak, aku juga ambil cuti. Hehe” jawab Raina.

Eva hanya ber-oh ria lalu duduk mengambil tempat disamping Rayhan.

“Kamu kan sekarang udah jadi istri, bangun nya harus lebih awal dari Rayhan, dong. Kebiasaan ngebo nya harus mulai di hilangkan, malu sama suami,” ujar Gia kepada Eva.

“Capek, Ma…” jawab Eva.

“Emang semalem di forsir banget ya sampe segitu capek nya?” goda Raskal.

“Capek berdiri di pelaminan! Dasar omes!” seru Eva.

“Yah… trus semalem belom, dong?”

“Raskal, kamu jangan iseng terus, malu kan mereka nya,” ujar Ferra.

“Tau lo, kepo banget sih,” tambah Raina.

Eva yang senang karena merasa dibela, menjulurkan lidah nya meledek kearah Raskal.

“Bulan madu nya mau kemana, Ray?” tanya Raina.

“Disini aja,” jawab Rayhan singkat.

Eva mendengus, sudah menebak jawaban Rayhan. Mana mungkin seorang Rayhan mau diajak berbulan madu berdua dengan nya, dijamin pasti yang menemani nya tidur nanti bukanlah Eva, melainkan laptop kesayangan nya. Bukan nya berbulan madu, tetapi justru menyelesaikan pekerjaan kantor.

“Nggak asik banget, kasian Eva nya tuh. Lo cuti juga masih seminggu lagi, kan?”

“Iya, mending bulan madu, Ray. Biar Bunda cepet dapet cucu, hihi” timpal Ferra.

“Aku besok harus ke kantor, Bun. Tidak bisa terlalu lama meninggalkan pekerjaan.”

“Kan ada si Rio.”

“Rio sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan nya sendiri, Bun.”

“Kamu itu sekarang sudah beristri, prioritas utama kamu sekarang keluarga, bukan lagi perusahaan!” seru Ferra.

“Nggak apa-apa, Bun. Aku juga nggak pengen bulan madu kemana-mana kok,” ujar Eva menengahi perdebatan yang pasti nya tak akan kunjung usai ini.

Ferra menghela napas panjang, “Banyak-banyak sabar ya Va sama Rayhan.”

Eva tertawa, “Iya, Bunda…”

Suasana kembali mencair dan yang lain nya kembali berbincang hangat seperti biasa.

Eva beralih menatap kedua orangtua nya, Harris dan Gia. Ia membuka mulut nya, namun menutup nya kembali, berulang kali. Sepertinya ada hal yang ingin Ia katakan, namun terasa sulit mengucapkan nya.

Our HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang