Part 4 : Freezing Street

121K 8.4K 97
                                    

Setelah berbagai kejadian gila yang kualami aku tetap melanjutkan sekolahku. Ery mengantarku ke sekolah pagi ini, sudah lama sejak terakhir kali ada orang yang mau mengantarku ke sekolah, aku agak tersentuh.

Bagi seorang murid tahun terakhir sepertiku, hari-hari menjelang ujian akhir membuat kami cukup sensitif. Namun disisi lain hal itu juga berarti serpihan kebahagiaan. Menjadi murid tahun terakhir berarti mengucapkan selamat tinggal pada masa-masa penuh penderitaan di sekolah, jadi sebentar lagi aku akan segera lulus dari sekolah kemudian aku akan legal untuk mencari pacar, menjadi mahasiswa universitas, dan bekerja sambilan untuk tambahan uang jajan.

Seharusnya itulah hal normal yang dapat kulakukan setelah lulus nanti, seperti remaja pada umumnya. Tapi kurasa aku tidak ditakdirkan untuk itu, seperti kata Ery aku harus segera pergi meninggalkan Mom dan mendapat pelatihan, jadi aku harus mengubur keinginanku tentang kuliah, kerja sambilan, dan mencari cowok.

Ery mengatakan bahwa kita akan pergi setelah aku menyelesaikan ujian kelulusanku. Masa bodoh dengan ujian, aku bahkan tak pernah memperdulikannya sekarang. Toh aku tidak akan membutuhkan nilai-nilai itu lagi.

Tepat didepan gerbang sekolah, aku dapat melihat Veronica dan kelompoknya sedang menghakimi anak-anak tahun pertama. Aku hanya cemberut melihatnya berdiri di sana, gadis itu benar-benar jahat. Aku hampir tak pernah melewati satu hari pun di sekolah dengan tenang karena dia selalu menggangguku.

"Aku akan mengantarmu melewati segorombol siswa itu." Ery melingkarkan tangannya di pundakku sambil menunjuk kearah gerombolan anak di depan gerbang.

Aku menggeliat berusaha melepaskan diri dari rangkulannya. "Ahh tidak perlu, aku bisa pergi sendiri." Aku berjalan mendahului Ery, melewati geng bodoh itu dengan cepat berharap mereka tak mengetahui kehadiranku.

"Baiklah terserah padamu, aku akan menjemputmu nanti!" Dia berteriak dengan suara lembut bak diva yang ia punya, aku menoleh dan melihatnya melambaikan tangan sambil tersenyum ceria. Kurasa semua siswa yang berada didepan gerbang melihat kearahnya. Aku tersenyum kecut sekilas lalu mengabaikannya dan melanjutkan jalanku.

Saat aku hampir sampai di koridor sekolah, tiba-tiba dua tangan menarikku dari belakang, aku mengerang dan berusaha melepaskan diri. Aku terus memberontak saat mereka menyeretku dengan paksa ke gudang sekolah. Aku tidak terkejut saat menangkap siluet tiga orang gadis, sudah bisa kupastikan mereka adalah Veronica dan dua anjing peliharaannya Nadine dan Soffi.

"Apa lagi sekarang?" Tanyaku dengan jengkel sambil merapikan bajuku yang berantakan akibat perbuatan mereka.

"Beraninya kau mengabaikan kami di gerbang, kau kira berapa banyak nyawa yang kau punya?" Kata Veronica kasar. Sejujurnya dia adalah gadis manis seandainya kau mengabaikan tanduk iblis di dahinya, walau itu hanya terlihat samar.

"Maaf, tapi aku tidak melihat kalian tuh." Balasku acuh. Matanya yang tajam menatapku dan tangannya mulai mengepal. Terjadi jeda beberapa menit. "Baiklah lain kali aku akan menyapa kalian, puas?" Sambungku seraya tersenyum palsu.

Tak lama setelahnya aku mendengar bel masuk sekolah berbunyi, jadi aku bisa merasa lega karena aku tak perlu meladeni Veronica lebih lama lagi. Tapi gadis di hadapanku itu malah tersenyum licik sambil meregangkan kepalan tangannya.

"Aku tidak akan mengotori tanganku hari ini, jadi kau harus bersyukur." Dia berbalik memunggungiku, Nadine dan Soffi mengikutinya. Kemudian tanpa kusadari mereka langsung menutup pintu gudang dan menguncinya dari luar.

Saking terkejutnya aku terdiam mematung dan tak melakukan apapun, tapi detik berikutnya aku berlari mendobrak pintu kayu itu dan berteriak meminta tolong. Selama beberapa menit aku melakukan hal yang sama, dan itu tak mengubah apapun. Aku menghela nafas panjang, punggungku merosot membuatku terduduk karena putus asa. Sampai akhirnya telingaku mendengar suara pecahan kaca. Refleks aku berbalik menoleh ke arah suara itu berasal, takut-takut kalau itu ulah usil Veronica lainnya.

THE NEPHILIMWhere stories live. Discover now