3

3.4K 280 24
                                    

Selamat membaca
*

*

Jangan lupa taburan bintang dan komennya, Bestie!!

***


"SERIUS, BE?! Jangan-jangan sebelum datang ke sini lo udah minum alkohol, ya?"

Abe mengabaikan nada tidak percaya dari sahabatnya sekaligus teman minumnya, Ronald. Dia memilih menikmati Yamazaki Reserve, sembari memperhatikan bartender sedang meracikan minuman buat pengunjung lain di hidden bar favoritnya.

"Abercio Bagaskara!"

Kalau saja gelas kaca berisi cairan keemasan tidak direnggut dari genggaman, Abe tidak sudi meladenin rasa tidak percaya Ronald. Dia menoleh, dan ekspresi Ronald menuntut penjelasan.

"Kian beneran pulang? Beneran ada wujudnya?" Pertanyaan keempat Ronald, sejak Abe menceritakan apa yang di rumah keluarga Atmadja. Dan Abe bosan.

"Udah sejam kita di sini," sahut Abe malas-malasan. "Gue baru minum dua gelas." Tujuannya mengajak Ronald ke bar buat merenggangkan otot-otot yang tegang sejak Kian menyuruhnya pulang lalu meninggalkannya di teras begitu saja. "Gue masih sanggup bikin muka lo bonyok, atau minimal bibir lo berdarah."

Namun, Ronald malah membuatnya berputar-putar terus pada ingatan terburuk ketiga dalam hidupnya. Mengingatkan dirinya sendiri, bahwa yang terjadi sore tadi kenyataan.

"Dengar baik-baik, jangan tanya lagi," tegas Abe, sambil mengambil paksa gelas miliknya dari tangan Ronald. "Iya. Kian pulang." Abe mengangkat gelas ke bibirnya. "Nggak tahu siapa yang berhasil narik dia keluar dari pesembunyiaan, atau emang dia sendiri yang ngerasa udah waktunya memamerkan ke gue kehidupan bahagianya dia."

Sambil menghela napas demi mengendurkan saraf, Abe menaruh gelas di meja dan bersandar ke sofa. Lock & Key Bar tampak sepi dari pengunjung, hanya ada enam pengunjung digabung dengannya dan Ronald, tetapi itu alasan utama Abe suka datang ke sini.Tenang. Orang-orang yang datang ke sini pun tidak punya tujuan selain minum santai dan menikmati suasana Jakarta dari lantai tertinggi tengah kota.

Setelah menatap penuh selidik Abe selama beberapa menit, seakan dirinya ular berbisa yang bersiap menyerang, Ronald berkata, "Kian—"

"Iya," sanggah Abe, karena sudah tahu pertanyaan lanjutan dari Ronald. "Dia bener-benar udah nikah dan punya anak."

Untuk kesekian kalinya, Abe menghela napas kasar. Dia bertekad menganggap hari ini sebagai mimpi aneh, dengan meminta bantuan orang kepercayaan keluarganya mencari tahu tentang Kian. Dimulai dari kapan perempuan itu kembali ke Jakarta, menggunakan apa, hingga memiliki cela melacak lebih jauh apa yang terjadi kurang lebih enam tahun terakhir.

"Kayaknya gue ditipu habis-habisan sama keluarga Atmadja. Mereka selalu bilang nggak tahu di mana Kian, tapi dia bisa menikah." Abe memindahkan pandangan dari Ronald ke gelasnya. "Om Ryan nggak mungkin mengizinkan anak kesayangannya asal-asalan nikah."

Desahan Ronald terdengar mengejek sekaligus simpatik. Seperti ingin melimpahkan kesalahan atas kekacauan yang terjadi pada dirinya, tetapi di satu sisi Ronald juga tahu apa yang dia rasakan sejak Kian menghilang.

"Fuck!" seru Abe, sambil setengah membungkuk dan memukul pelan keningnya. "Gue berharap dia balik, tapi nggak gini alurnya. Brengsek. Brengsek. Bisa-bisanya, dia nikah sama orang lain."

Ronald mendengus, kesannya Abe baru saja menciptakan lelucon tidak masuk akal. "Lo yang lari dari dia, Be."

Abe melirik, dan Ronald kelihatan sedikit menantang. Ronald seperti Kian versi laki-laki. Orang yang menemaninya tumbuh, melihat banyak hal dalam dirinya yang tidak dilihat orang lain, seperti rambu-rambu lalulintas dalam kehidupannya. Ronald melihat lebih dulu tentang perasaan Kian, memperingatkannya untuk hati-hati agar terhindar dari potensi melukai Kian.

Someone To Love (ver revisi Possessive Pilot)Where stories live. Discover now