20. Basket dan Tragedi

15.6K 2.2K 357
                                    

Familyship & brothership

.

Pagi-pagi sekali Aldebaran sudah berangkat ke sekolahnya untuk pergi bertanding di Salaska Gymnasium. Rombongan mereka membawa dua divisi yaitu divisi 1 dan divisi 2.

Dan saat ini Aldebaran tengah mengikat tali sepatunya dengan rapi agar tidak mengganggu saat pertandingan berlangsung. Ia mengeluarkan kikir kuku untuk mengikir kukunya agar rapi. Sebagai seorang SG atau Shooting Guard, kuku dan jari tangannya adalah hal yang berharga dan harus dijaga dalam permainan.

"Ayo sekarang pemanasan dulu," ucap coach mengintruksi para anggota basketnya.

"Baik coach!"

Dua divisi itu melakukan pemanasan terlebih dahulu untuk meminimalisir terjadinya cidera.

"Aldebaran!" Teriak Coach Andrean sembari melemparkan sebuah bola basket ke arah Aldebaran, dengan sigap ia menangkap bola itu dan melompat untuk melakukan shooting. Ia shoot dengan jarak yang lumayan jauh dari ring, bisa di katakan ia shoot di area three point.

Coach Andrean tersenyum puas, "Shootingmu selalu masuk dengan cantik ya," pujinya pada Aldebaran.

Aldebaran membungkuk singkat sambil tersenyum, "Terima kasih coach!"

"Al, gimana kalau gue kasih salam sambutan buat mereka?" Tanya Ziddan menatap lekat ring lalu melirik tim lawannya yang berada di lapangan seberang. Ia berencana melakukan dunk.

Dunk atau slam dunk merupakan shoot atau tembakan bola basket yang dilakukan ketika seorang pemain melompat ke udara  dan mencetak gol dengan cara mendorong bola langsung melewati ring dengan satu tangan atau kedua tangan. Dunk juga mengandalkan kekuatan lompatan serta pertahanan di udara.

"Yaudah coba, jangan kebablasan tapi," balas Aldebaran, memberi salam seperti ini sudah biasa terjadi di arena pertandingan resmi.

Ziddan menganggukkan kepalanya lalu mendribble bola basket itu dengan lihai mendekati ring lalu melompat dengan tinggi, tangan kanannya memasukkan bola pada ring.

Krak

Semua mata tertuju pada Ziddan kali ini, bukan apa. Tapi mereka melotot karena sesuatu yang dipegang oleh Ziddan setelah melakukan dunk.

"Al," ucap Ziddan menatap Aldebaran dengan tatapan melas. Ia menatap tangannya yang memegang ring. Iya, ringnya patah karena setelah melakukan dunk Ziddan bergelayut pada ring itu, dan pada akhirnya patah.

Aldebaran menggelengkan kepalanya, "Gak, gak tahu gue," ucapnya memalingkan wajah. Sedangkan Rasya sudah tertawa terbahak-bahak karena ekspresi Ziddan yang terlihat seperti orang habis kepergok mencuri sesuatu.

"Ziddan!" Teriak coach Andrean.

Ziddan langsung membungkukkan badannya tanda minta maaf, "Maaf coach!"

Coach Andrean hanya bisa menghela napas lelah, kelakuan anak timnya ini memang diluar nalar semua. Ia mendekati pihak panitia lalu membungkukkan badan, "Maaf, sekali lagi maaf," ucapnya meminta maaf. Pihak panitia hanya pasrah, ya mau bagaimana lagi.

"Gila si nomor 6."

"Takut gue."

"Tenaganya gak main-main."

"Dia beneran masih remaja ya kan?"

"Itu keren sih."

Suara-suara dari lapangan seberang terdengar seperti itu. Sepertinya, salam kenal dari Ziddan berhasil membuat kubu lawan sedikit menciut.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang