Enam Belas

10.2K 352 32
                                    


Pagi hari Kaila sudah siap dengan baju hitam putih. Hari ini adalah hari terakhir dia magang. Besok dia tidak akan bisa dengan puas memandang Budi setiap saat.

Ketika di kantor semua berjalan seperti biasa. Bedanya Kaila sudah tidak melakukan pekerjaan apapun. Dia hanya berpamitan hari ini.

Satu-satunya orang yang merasa sedih atas kepergiannya hanya Dewi. Bagaimanapun keberadaan Kaila sangat membantu pekerjaan Dewi. Dan mereka sudah menjadi dekat karena hal itu.

Staff lain ada yang merasa senang ada juga yang merasa kehilangan. Beberapa minggu terakhir topik pembicaraan di Komisi IV tidak pernah berubah. Masih tentang hubungan gelap Kaila dan Budi.

Jadi jika salah satu dari mereka tidak ada maka gosip kantor seketika juga akan berhenti. Dan itu berarti mereka akan kehilangan sumber refreshing di tengah penatnya kerja.

"La, lo beneran nggak mau lanjut lagi aja? Parttime gitu. Pak Singgih juga kayaknya setuju aja kalau lo parttime sama beliau." Dewi duduk di meja Kaila.

Kaila tidak jadi pindah dibawah Budi. Prosedur pemindahannya terlalu rumit dan waktunya terlalu singkat. Jadi Budi merelakannya tetap bersama pak Singgih.

"Gue nya yang gamau, Dew. Kuliah itu capek. Ini aja gue udah diburu buat laporan magang." Kaila menyesap kopi nya.

"Iya sih. Tapi kan gue sepi kalau gaada lo." Dewi mencebikkan bibirnya.

"Halah bilang aja lo butuh babu." Kaila membereskan beberapa barang yang ditinggalnya di meja.

"Eh pak Singgih udah dateng tuh." Dewi turun dari meja.

Kaila menengok ke luar ruangan. Kemudian dia berdiri dan berpamitan pada Dewi.

Setelah mengetuk pintu, Kaila dipersilakan masuk. Wanita itu duduk di kursi depan meja kerja pak Singgih.

"Pak, saya mohon izin hari ini adalah hari terakhir saya magang. Jika selama masa magang saya ada kurang dan salah mohon dimaafkan. Ini saya menghadap bapak untuk meminta tandatangan pada laporan magang saya." Kaila meletakkan sebuah lembar persetujuan di meja pak Singgih.

"Ternyata waktu 3 bulan itu sangat singkat ya, Kaila. Saya sebagai wali yang membawa kamu di gedung DPR ini berharap semoga selama masa magang disini ilmu yang kamu dapat bisa kamu resapi dan terapkan di masa mendatang. Terlepas dari permasalahan yang sekiranya kurang pantas untuk dibicarakan, saya sangat bersyukur mendapatkan seorang magang sepertimu. Kamu ini jujur, cekatan, dan teliti. Hal itu sudah cukup bagimu untuk bekal di masa depan." Pak Singgih memberikan nasihat.

Setelah memberi tandatangan, Pak Singgih berfoto dengan Kaila. Kemudian Kaila pamit undur diri karena pak Singgih masih ada kesibukan setelah ini.

Wanita itu pergi setelah berpamitan pada seluruh staff. Dia sengaja mampir ke ruangan Budi sebelum benar-benar keluar dari gedung DPR.

Kaila diminta menunggu di ruangan Budi. Dia jadi merasa dejavu. Kurang lebih 2 bulan yang lalu hubungan mereka dimulai disini. Dan hari ini dia akan mengakhirinya disini juga.

"Kaila? Sudah lama menunggu?" Budi berjalan ke sofa kosong di samping Kaila.

Kaila menegang. Dia teringat waktu itu kalimat yang diucapkan Budi pertama kali memasuki ruangan sama persis dengan saat ini.

"Engh, nggak sih pak." Kaila meringis.

"Ada apa?" Budi menaikkan kedua alisnya.

Kaila berdeham dan membenarkan posisi duduknya. Dia menghadap ke Budi dan lututnya bersentuhan dengan pria itu.

"Saya mau pamit, pak. Periode magang saya sudah berakhir hari ini. Dan minggu depan saya akan kembali kuliah di kampus." Kaila menatap Budi.

Budi diam saja. Pria itu masih menelaah maksud Kaila. Apakah wanita di hadapannya ini sedang berpamitan sebagai seorang magang atau berpamitan sebagai pasangan gelapnya?

"Kamu akan mengakhiri hubungan kita?" Budi meraih tangan Kaila.

"Iyaa, pak. Hubungan kita dimulai di ruangan ini dan akan berakhir di ruangan ini juga." Kaila menjawab tegas.

"Kamu yakin?" Budi bertanya lagi.

Kaila mengangguk dan tersenyum. Wanita itu mengusap tangan Budi lembut. Dia menenangkan pria yang ada di hadapannya saat ini.

Budi menarik Kaila dalam pelukan. Dia tidak bisa menahan wanita itu untuk tinggal. Kaila masih memiliki masa depan panjang dan satu hal yang diinginkan wanita itu adalah kebebasan.

"Ini mau langsung pulang?" Budi bertanya.

"Iyaa, pak. Saya pamit yaa." Kaila beranjak dari tempat duduknya.

Saat akan mencapai pintu, Kaila membalik badan. Dia mencium singkat bibir pria itu. Dan ketika akan menarik kembali bibirnya, kepala Kaila di tahan oleh Budi.

Pria itu memperdalam ciuman. Dia tidak rela kehilangan bibir manis yang menjadi candunya selama ini.

"Izinkan saya membawa kamu ke suatu tempat sebelum kita benar-benar berpisah. Luangkan waktu kamu dan kabari pada Anggi. Satu lagi, Anggi sudah jadi milikmu jadi jangan menyuruhnya pergi. Biarkan dia membantumu dan menjadi teman dekatmu." Budi mencium kening Kaila.

Kaila tersenyum dan mengangguk. Wanita itu kemudian pergi meninggalkan Budi. Dan kali ini dia benar-benar keluar dari gedung DPR.

Kaila kembali ke apartement nya. Dia berencana akan membereskan barang dan kembali ke kos nya. Jarak dari apartement 2 kali lipat jika ke kampus nya. Dan Budi juga belum menyerahkan kepemilikan apartement ini untuknya.

Jadi menurut Kaila dia hanya diizinkan tinggal tetapi tidak diberi hak untuk memiliki. Dan karena hubungan mereka telah berakhir, maka Kaila sudah tidak berhak tinggal disana.

Anggi mencegat Kaila yang hendak membawa keluar koper besarnya. Wanita itu menatap bingung pada Kaila.

"Kamu mau kemana?" Anggi menatap Kaila dan koper besarnya.

"Balik ke kos, mbak. Saya dan bapak udah selesai." Kaila menjawab polos.

"Kalian bertengkar?" Anggi menyelidiki Kaila.

"Enggak, kok." Kaila menggeleng pelan.

"Kalau gitu saya hubungi bapak dulu." Anggi berbalik badan.

Dia memanggil Budi via Taksa. Cukup lama mereka berbincang dan setelah menutup telepon Anggi berbalik menghadap Kaila lagi.

"Bapak bilang kamu tidak perlu balik ke kos. Apartement ini milik kamu. Balik nama nya sedang diurus, nanti kalau sudah siap surat kepemilikannya akan diserahkan padamu." Anggi menatap Kaila.

Kaila sedikit terkejut. Kenapa pria itu repot memberikan apartement padanya.

Tanpa diminta Anggi bergegas membawa kembali koper Kaila. Dia menata kembali isi koper itu di kamar Kaila. Dan Kaila sendiri hanya menyaksikan ajudannya itu beraksi.

Kaila menghembuskan napas. Ternyata dia berhasil merubah hidupnya. Jika sebelum magang dia selalu di pusingkan dengan mengatur keuangan. Maka mulai sekarang dia tidak perlu melakukannya.

Pria itu menjamin hidupnya hingga waktu yang tidak ditentukan. Dan hal yang disukai Kaila adalah Budi memberi kebebasan padanya. Dia tidak wajib bersama dengan pria itu.

Dan karena hal itu, Kaila jadi berpikir 2 kali apakah dia akan benar-benar bisa hidup tanpa pria itu mulai sekarang.





Penasaran nggak special treatment nya Budi buat Kaila apa?
Kalau iya aku buat additional part nya di KK.
Nah, untuk itu aku mau lihat tanggapan kalian dulu. Kalau kalian excited boleh komen pakai emot apapun. Nanti kalau banyak aku buat, tapi kalau dikit ya gausah hehe.

Happy Reading!
Jangan lupa vote dan komennya ;)

Internship with BenefitWhere stories live. Discover now