Tujuh Belas

8.9K 232 23
                                    

Malam hari setelah dia berpamitan pada Budi, Kaila bertemu dengan Mika. Wanita itu memintanya bertemu di salah satu bar dekat apartement nya.

Kaila duduk termenung di kursi tinggi Bar. Dia sudah berhasil mengendalikan Budi tetapi kenapa dia merasa kehilangan? Seharusnya pria itu yang merasa kehilangan.

"Kaila? Maaf membuatmu menunggu." Mika duduk di kursi sebelah Mika.

"Gapapa ibu." Kaila tersenyum.

Mika memesan sebuah minuman. Kemudian dia mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Kaila.

"Kamu sudah berhasil, Kaila." Mika menyentuh punggung tangan Kaila.

Dari pandangan Kaila, Mika adalah sosok wanita yang menjadi role modelnya. Outfit yang digunakan selalu sesuai dengan aura nya. Pembawaan wanita itu juga lembut bersahaja. Hingga orang awam tidak akan menyadari apa saja yang ada di pikirannya.

"Belum sepenuhnya, bu. Selama Pak Budi masih bisa menemukan saya itu artinya saya belum berhasil." Kaila menyesap minumannya.

"Serahkan sisanya pada saya. Kamu tinggal menjalani kehidupanmu seperti biasanya. Dendam kamu sudah terbayarkan." Mika menerima minuman dari bartender.

Kaila diam saja. Jujur dia bingung. Di awal dia sangat meyakini bahwa Budi adalah dalang dibalik pembunuhan ayahnya. Tetapi setelah 2 bulan mengenal pria itu dia menjadi goyah.

Sifat yang ditunjukkan Budi padanya maupun orang lain tidak menunjukkan pria itu bisa melakukan kejahatan. Apalagi sampai merenggut nyawa.

"Apa yang kamu pikirkan?" Mika bertanya lembut.

Kaila menggelengkan kepala. Dia meraih 1 batang parliament di atas meja milik Mika. Dia meminta Mika untuk membantunya menyalakan rokok itu.

"Saya tau apa yang kamu pikirkan, Kaila. Tetapi kamu juga tau bahwa seluruh bukti mengarah pada Budi. Apakah kamu tega menghianati ayahmu demi sebuah cinta semu?" Mika juga mengambil 1 batang parliament seperti Kaila.

"Tentu tidak, bu. Saya sudah berjalan sejauh ini. Dan saya harus memberi keadilan bagi ayah saya dengan menghukum dalang dari kecelakaan itu." Kaila menghembuskan napas.

3 tahun lalu ayahnya meninggal karena kecelakaan buatan. Kaila sudah berusaha membawa kasusnya ke pengadilan tetapi dia tidak memiliki cukup bukti dan saksi. Hal itu dikarenakan pemainnya adalah para orang berkuasa.

Akhirnya Kaila hanya bisa melakukan penyelidikan sendiri. Setiap hari dia berusaha mengumpulkan bukti. Tetapi nihil, dia tidak bisa membuktikan bahwa kecelakaan itu adalah buatan.

Hingga suatu hari ada seorang wanita yang datang menemuinya. Dia adalah Mika. Wanita itu membawa bukti yang mengarah pada Budi.

Tetapi Mika mencegah Kaila membawa kasus tersebut ke pengadilan. Alasannya hukuman penjara saja tidak cukup untuk seorang pelaku menebus dosanya. Apalagi Budi memiliki cukup uang dan kekuasaan, bisa jadi pria itu tidak akan pernah di masukkan dalam kurungan penjara.

Kaila yang masih remaja dan labil, mempercayai ucapan Mika. Dia mulai mengikuti rencana Mika. Dan karena kecerdasannya dalam berakting, Budi tidak mengetahui sama sekali kalau dia mengenal Mika.

"Baguslah kalau kamu masih logis. Setelah ini saya akan membantu kamu menghilang dari radar Budi. Kamu masih bisa dilihat olehnya tetapi tidak bisa disentuh sama sekali." Mika menatap Kaila.

"Bagaimana caranya?" Kaila menyatukan alisnya berpikir.

"Kamu baru saja mendapatkan apartement nya bukan? Kamu bisa tetap tinggal disana tetapi kembalikan Anggi pada Budi. Beri dia pilihan untuk kamu menerima apartement atau Anggi. Saya yakin Budi akan membiarkan kamu mendapatkan apartement dengan alasan Anggi masih bisa mengawasi. Nah, kamu manfaatkan fasilitas apartement untuk privasi kamu. Jadi, Anggi hanya bisa melihatmu tanpa mengetahui apa yang kamu lakukan." Mika mengepulkan asap dari mulutnya.

Internship with BenefitOù les histoires vivent. Découvrez maintenant