80

1.6K 215 27
                                    

Mas dan Vanessa kompak menggendong kedua anaknya yang sudah tertidur ketika mereka tengah boarding. Naira sempat tantrum karena ia tidak nyaman dengan situasi bandara yang saat itu sangat ramai. Sepertinya memang banyak sekali yang liburan dan mengambil flight malam.

Sedangkan Rafa tetap anteng, tidak menangis, dan tidak rewel. Ketika melihat Naira menangis, Rafa hanya memainkan tangan adiknya seakan akan menyuruh Naira untuk diam agar tidak menyusahkan Papanya yang sedari awal tidak mau berpaling dari Mas. Naira hanya ingin digendong oleh Mas.

Ketika Rafa ingin digendong oleh Mas, Rafa seakan mengerti ketika Naira dipindahkan ke Bundanya. Adiknya itu langsung menangis, sehingga Rafa hanya bisa mengalah dan tidak marah kepada adiknya.

Dan sekarang, Rafa dan Naira sama sama tertidur di dalam pesawat. Sudah beberapa menit mereka take off dan untungnya kedua anaknya tidak menangis karena ini pertama kalinya Rafa dan Naira naik pesawat, apalagi perjalanan yang sangat jauh. Memakan waktu 7-8 jam.

Awalnya sepasang suami istri ini cukup berdebat harus menaiki pesawat yang direct atau transit. Apalagi sulit sekali mencari pesawat yang langsung direct, termasuk Garuda Indonesia yang harus transit. Padahal, biasanya maskapai tersebut bisa direct. Dan untungnya ada satu maskapai Korean Air yang bisa langsung direct dan memang malam jam keberangkatannya.

Dari Indonesia mereka take off sekitar jam 21.50 dan kalau sesuai jadwal, mereka landing pukul 07.05 pagi.

"Capek ya sayang?" Tanya Mas setelah dari siang tadi mengurus kembar yang cukup sulit diatur. Apalagi Naira dari awal bangun tidur hingga sesampainya di bandara sangat rewel dan tidak bisa diam.

"Lumayan haha." Vanessa tertawa kecil.

"Kita ganti gantian aja tidur, jagain mereka." Ucap Vanessa lagi.

"Kamu aja dulu. Biar Mas yang jagain mereka." Mas mengelus puncak kepala Vanessa.

"Tapi kamu lebih capek Mas, kamu dari tadi yang ngurus barang barang, dokumen, berkas, dan bawa beberapa koper." Vanessa menolak.

"Iya itu kan memang tugasnya Mas, sayang. Masa Mas nyuruh kamu? Lagian Rafa ada bantuin kok." Kata Mas, perkataan suaminya itu sontak membuat mereka berdua jadi tertawa di kabin yang minim pencahayaan.

"Rafa cuma bantu pegang sama duduk diatas koper doang." Tawa Vanessa.

"Nggak papa, gitu gitu dia meringankan Mas juga loh." Kata Mas yang juga ikut tertawa.

Dari raut wajah Vanessa, istrinya itu seperti tidak mau mendengarkannya karena menurut Vanessa, Mas yang lebih butuh tidur, karena dari pagi hingga mereka berangkat, Mas juga masih sibuk mengerjakan pekerjaannya dari jarak jauh bersama Staff Bapak dan Tim Paspampres. Ditambah selama di bandara tadi, Mas yang sudah ribet dan pusing dengan bawaan dan berkas mereka, juga harus mengurus Naira yang sangat rewel.

Nggak sekali dua kali Mas terus menggendongnya, anak perempuannya itu tidak mau jalan sendiri atau bahkan sekedar berdiri. Bahkan ketika Mas harus mengurus mengenai berkas keberangkatan mereka di Imigrasi, Mas agak kesulitan karena Naira tidak ingin lepas dari Mas. Bahkan hanya beberapa
menit harus dipaksakan dioper dan digendong oleh Vanessa karena Mas harus melewati pemeriksaan, satu ruangan Imigrasi itu penuh dengan suara tangisan Naira.

"Nggak papa, Mas harus jagain kalian." Ucap Mas lagi.

"Udah ya sayang, jangan berdebat. Kamu tidur aja, Mas juga belum ngantuk."

Mau nggak mau daripada mereka bertengkar hanya karena saling melempar untuk menyuruh tidur terlebih dahulu, lebih baik Vanessa mendengarkan suaminya daripada ia terus menguras energi Mas.

"Sayang, bangunin aku kalau kamu udah ngantuk ya? Kamu jangan terus terusan jagain, bangunin aku kalau udah ngantuk. Please dengerin aku ya?" Vanessa mengingatkan suaminya itu karena firasat Vanessa beranggapan jika Mas tidak akan tidur dan membiarkan kedua anaknya dan istrinya itu tidur hingga nanti sudah waktunya landing.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now