part 5-Can't It Be Me?

12.2K 606 8
                                    

Nyaman. Satu kata itu yang bisa menggambarkan perasaan Ever saat ini. Pelukan Demon membuatnya hilang kendali atas dirinya sendiri. Ever merasa dirinya terhanyut akan perlakuan laki-laki itu. Dibawah lembayung senja, dan juga desiran ombak yang menenangkan jiwa, Ever merasa pelukan Demon makin menguat.

            “Mon?”

            Demon hanya menggumam pelan, sambil tetap memejamkan matanya.

            “Apa gue sebegitu berpengaruh terhadap kenangan yang nggak mau lo ingat?”

            Ever bisa merasakan Demon menghembuskan napasnya keras, lalu perlahan pelukan laki-laki itu mulai terurai. Ever memperhatikan wajah Demon. Wajah itu begitu rapuh, sama sekali tidak ada yang ditutupi oleh Demon. Laki-laki itu dengan jelas mempertontonkan perasaannya yang penuh dengan luka.

            Demon membuka matanya perlahan dan menatap Ever tepat di manik mata gadis itu. Begitu dalam. Begitu fokus. Menyelami kedua bola mata cokelat Ever, berusaha menembus dan menerobos sampai ke dasar jiwa Ever. Agar gadis itu ikut merasakan rasa sakit yang dialaminya.

            “Sangat berpengaruh!”

            Ever menelan ludah susah payah dan berusaha mengenyahkan air yang sebentar lagi akan jatuh. “Ke … napa?”

            Tanpa mengalihkan tatapannya dari mata Ever, Demon menjawab, “Karena lo dan Ve memiliki kemiripan yang luar biasa. Selama ini yang gue tau, Ve nggak punya saudara. Tapi, begitu melihat kemunculan lo pertama kali di kelas, gue kaget. Wajah lo sangat mirip sama Ve. Dan sejak saat itu, semua kenangan buruk yang sudah gue kubur, perlahan mulai naik ke permukaan. And it’s killing me slowly, Ev!”

            Ever menunduk, lalu mengangkat tangannya untuk mengusap wajah. Demon tahu gadis itu mulai menitikan air mata. Kemudian, laki-laki itu melihat Ever menghembuskan napas panjang dan mengangkat kepalanya lagi. Gadis itu terlihat biasa saja, bahkan tersenyum. namun Demon tahu pasti, senyuman itu hanya dipaksakan. Penuh dengan kepalsuan. Dia tahu dia sangat jahat, tapi tidak ada cara lain selain membuat Ever terluka lalu membencinya secara perlahan. Dia tidak bisa membunuh Ever. Dan dia juga tidak bisa untuk mengakhiri hidupnya.

            “Ayo!”

            Demon mengangkat satu alisnya. “Apa?”

            “Ayo ….” Ever menarik tangan Demon, dan membawa laki-laki itu kembali ke wahana permainan. “Kita lupain dulu semuanya. Apapun itu … yang mengganjal di hati kita. Kita hilangin semua beban. Kita senang-senang. Habisin waktu hari ini sampai puas, seperti yang lo bilang tadi!”

            Demon mengerutkan kening. Perubahan gadis itu terlalu drastis. Ini terlalu berlebihan. Demon menghentikan langkah kakinya, sehingga Ever yang masih menggenggam tangan Demon, ikut berhenti.

            “Kenapa?” tanya Ever pelan. Gadis itu heran dengan Demon yang kini menatapnya dengan tatapan tajam dan kening berkerut tidak senang.

            “Lo gak perlu berpura-pura kalau lo gak terluka, Ev. Gue gak buta, gue gak tolol! Gue tau lo terluka sama perkataan gue barusan ….”

            Ever melepaskan genggaman tangannya dan mendesah. “Trus … lo maunya gue kayak gimana? Marah-marah sama lo? Maki-maki lo? Nangis di depan lo? Meraung-raung?” Ever bertanya dengan nada suara yang bergetar. Demon tertegun ketika mendapati air mata jatuh dari kedua mata gadis itu yang langsung dihapus dengan punggung tangan Ever. “Percuma, Mon. Nggak akan merubah kenyataan sekalipun gue ngebunuh lo dengan tangan gue sendiri ….”

HauntedWhere stories live. Discover now