Part 8-Save You

5.8K 231 4
                                    

Victor duduk di kursi tunggu yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit dengan kecemasan yang semakin membuncah. Laki-laki itu meremas rambutnya dengan kuat dan sesekali melirik ke arah pintu UGD. Shabrina masih berada didalam sana. Masih diperiksa oleh para tim medis. Dan Victor sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menemani gadis itu. Victor sudah menghubungi kedua orangtua Shabrina dan pasangan suami-isteri tersebut sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Victor juga sudah menghubungi keempat temannya.

            “Victor!”

            Victor menoleh dan mendapati Arsyad sedang berlari ke arahnya. Di belakang Arsyad, tampak Suchi, Keizo dan Anna mengikuti. Raut wajah keempatnya sangat pucat, seperti raut wajahnya saat ini. Begitu keempat temannya sudah berada dekat dengannya, Victor segera bangkit berdiri.

            “Gimana Shabrina?” tanya Suchi dengan nada suara terbata. Victor melihat wajah Suchi sekilas. Wajah gadis itu terlihat berantakan. Kedua mata dan hidungnya memerah. Bisa dipastikan, Suchi menangis saat dalam perjalan menuju rumah sakit karena memikirkan keadaan sepupunya.

            “Masih diperiksa sama dokter didalam,” jawab Victor lirih. Matanya kembali menatap pintu ruang UGD yang masih saja tertutup. Demi Tuhan, tidak bisakah para tim medis tersebut membiarkannya masuk sebentar saja? Untuk memastikan bahwa keadaan Shabrina baik-baik saja?

            Tepukan pelan di pundaknya membuat Victor menoleh dan tersenyum tipis saat Arsyad memberinya seulas senyum. “Dia pasti baik-baik saja. Dia gadis yang kuat.” Arsyad memberi semangat. Victor hanya bisa mengangguk mengiyakan.

            “Gimana ceritanya sampai Shabrina bisa lo bawa ke rumah sakit, Vic? Dia lagi sakit?” tanya Keizo.

            Victor mendesah panjang dan menggeleng. Kedua tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya. Matanya menatap pintu UGD di depannya dengan tatapan menerawang, tidak terfokus. Namun, keempat orang yang berada di samping Victor bisa melihat bara amarah terpancar jelas dari kedua mata laki-laki itu.

            “Gue nyuruh Shabrina buat nungguin gue di kelas karena gue harus mengurus beberapa proposal kegiatan kampus di lembaga. Cuma sebentar. Begitu gue berniat untuk pergi ke kelas Shabrina, gue liat dia lagi setengah berlari menerobos hujan dan Raeshard mengejar Shabrina dari belakang.” Victor mengerutkan keningnya. “Entah ulah apa lagi yang diperbuat junior sialan itu. Yang jelas, dia mencekal tangan Shabrina dan berseru ke arah gadis itu. Gue langsung nyamperin mereka dan gue hajar si Raeshard. Waktu gue sama laki-laki brengsek itu lagi berantem, tiba-tiba, gue liat Shabrina udah pingsan di lapangan. Dan....”

            “Dan... apa?” tanya Suchi bergetar. Airmatanya mulai mengalir lagi. Melihat itu, Arsyad langsung mendekati Suchi dan merangkulnya. Memberinya kekuatan dan energi positif untuk gadis itu.

            Keizo dan Anna juga tampak tidak sabar menunggu kelanjutan kalimat Victor yang terpenggal. Mereka bisa melihat Victor sedang berusaha keras untuk mengontrol luapan emosi yang mulai menggerogotinya. Seperti pasukan semut yang mengerubungi lautan gula pasir. Victor berusaha meredam amarah dan emosi yang berkecamuk dalam dirinya dengan cara memejamkan kedua matanya.

            “Gue liat ada darah mengalir dari hidungnya,” lanjut Victor. Suaranya terdengar pelan dan sangat jauh. Seolah-olah untuk mengucapkan kalimat tersebut, Victor harus mengerahkan seluruh kekuatannya. Kemudian, laki-laki itu kembali membuka kedua matanya. Victor bisa melihat kebingungan di wajah Arsyad, Keizo dan Anna. Tapi, begitu dia melihat wajah Suchi, gadis itu tidak menunjukkan kebingungan seperti yang ditunjukkan oleh ketiga temannya. Sebaliknya, Suchi justru menunjukkan raut wajah tegang dan ketakutan terpancar jelas dari kedua matanya.

YOU AND I (SEQUEL BESTFRIEND AND ENEMY)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن