Hari ke Sembilan

1.3K 70 4
                                    

  Selasa,21 Januari 2014

  Dear diary,

  SEDIH! Mengapa kata sedih itu di buat? Oke tidak jelas tapi mengapa kita harus merasakan sedih? Dada ku sesak. Mau mati. Oke,lebay.

  Setelah penolakan kemarin,aku tidak melihat Dama. Aku tidak pernah melihat Rival. Seperti aku kehilangan segala nya. Mengapa hidup ku begitu menyedihkan? Aku ingin lembaran mu berakhir dengan lembaran kebahagiaan.

  Di dongeng-dongeng,pasti putri dan pangeran akan bahagia selama-lama nya. Tapi itu bohong! Well,nama nya juga dongeng. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.

  Mengapa hidup ku tidak seperti di dongeng saja? Hanya kisah yang akan terus di ulang-ulang dan akan terus berakhir dengan kebahagiaan. Aku ingin sekali seperti itu.

  Hidup ku? Jangan di tanya. Tapi tetap akan ku jawab. Di pohon kebahagiaan hidup ku adalah daun cokelat yang sudah kering dan menunggu untuk jatuh. Lalu di kubur oleh gelap nya tanah.

  Oke,selesai sudah kata-kata tentang hidup ku. Sekarang aku sedang di sekolah. Di atap,sendirian bersama mu. Tak ada yang menemani. Dengan hati yang bagaikan tertusuk seribu pedang dan tak ada yang menolong.

  Aku hanya bisa berharap seseorang akan menolong ku. Membawa ku menuju surga atau menghapus ingatan ku. Oke,itu tak mungkin.

  Aku melihat ke langit. Angin yang sepoi-sepoi seperti nya ingin menghibur ku. Mereka mengarah ke timur. Lalu ada daun berwarna cokelat kering terbang mengikuti arus angin. Di timur ada pintu,lalu daun cokelat kering itu berhenti di depan seseorang yang ada di pintu.

  Rival Haron.

  Dia mengambil daun cokelat kering itu,lalu menaruh nya di puncak pohon di pot."Kau tahu artinya itu?"tanya Rival menatap ku. Aku menggeleng pelan.

  Dia duduk di sebelah ku."Aku membawa hidup mu ke atas. Dimana kau bisa melihat semua nya walaupun sudah air mata mu sudah mengering. Aku janji akan menyenangkan hidup mu. Kau tak akan terjatuh lagi. Jika terjatuh,aku akan membawa mu ke atas berulang kali. Walaupun tangan ku sudah tak kuat,walaupun aku sudah lumpuh dan walaupun aku sudah mati,". Aku tertegun. Mati?.

  "Aku akan terus menghargai hidup mu. Seperti kau yang menghargai hati mu agar tidak terluka lagi". Aku terperanjat. Lalu aliran air mata yang sudah mengering entah mengucur lagi. Aku memeluk Rival. Aku tak peduli dia mengingkar janji nya dan menampar ku. Aku tak peduli seberapa darah menetes karena nya. Aku menyayangi nya.

  Jika kita terus bersama orang lain,lalu tiba-tiba dia menghilang. Kau akan sangat merindukannya bukan? Itu yang kurasakan. Rival..

####

  Aku berjalan di koridor sekolah dengan senyuman mengembang. Lalu perempuan-perempuan di sebelah ku berbisik-bisik."Dasar mata keranjang. Sudah dekat dengan Dama. Pelukan sama Rival lagi. Pantas saja mereka berkelahi"

  Aku tersentak. Apa ini? Hanya beberapa menit merasakan kebahagiaan aku langsung di tuduh lagi? Apakah tuhan tidak mau aku merasakan kebahagiaan? Maaf diaru,aku tak sanggup menulis lagi. Aku akan menulis kamu besok saja. Maaf sekali lagi. Hati ku sakit sekali.

  Di tempat,

  Sylvia Susanna

#
A/N

Heii! Maaf cerita yang ini kependekan. Well, terima kasih yang sudah mau vote dan baca cerita ku.

Dan di sebelah ada foto Sylvia ;) sebagai russian red

#

Diary Of Imaginary GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang