Hari Ke Sebelas

1.1K 61 1
                                    

  Rabu,23 Januari 2014

  Dear Diary,

  Well,hari ini.. Hm.. Aku juga tak bisa menjelaskannya. Kejadian yang..menurut ku bahagia. Oke,bertambah lagi kertas kebahagiaan ku. Mungkin.

  Jadi,langsung skip setelah sekolah. Saat aku dan Dama bertemu di taman. Aku sedang memainkan hp ku. Lalu tiba-tiba memikirkan sesuatu.

  Bagaimana jika ini akan menjadi peristiwa kemarin yang hanya terulang kembali? Mungkin hanya saja kata-kata nya yang lebih lembut dan lebih berbasa-basi.

  Jika kita di tolak itu adalah pengalaman yang paling memalukan dan menyedihkan. Orang-orang berkata begitu. Tapi menurut ku tidak. Walaupun aku berlari sambil menangis.

  Lalu,kata orang-orang perempuan itu ciri nya ada dua jika berkaitan dengan penolakan. Ada yang mempunyai hati sekuat baja. Tetapi akan roboh juga jika kata-kata nya terlalu menusuk hati.

  Lalu ada juga perempuan yang akan sakit hati nya walaupun hanya tergores sedikit saja. Aku termasuk perempuan yang itu. Jadi pantas saja aku menangis. Hati ku tak bisa menahan tekanan itu.

  Hanya kata 'tidak' saat di tolak saja sudah menyakitkan. Oke,mungkin Dama menolak ku dengan halus. Tetapi.. Kesannya.. Bagaimana ya? Aku tak bisa menjelaskannya.

  Kesannya seperti aku adalah perempuan yang tidak mau dia jadikan lebih dari sahabat. Ya,seperti itu. Jadi aku stuck di antara bidang persahabatan dan percintaan. Kau tak mengerti? Aku juga.

  Aku mendengar suara langkah kaki. Karena penasaran,aku menoleh ke belakang. Lalu,terlihat Rival yang sedang berjalan kesana-kemari seperti mencari sesuatu.

  Dia seperti nya sudah lelah. Mungkin aku harus membantu nya. Aku beranjak dan segera berjalan untuk menemui Rival. Sesaat kemudian ku lihat di belakang Rival ada seorang perempuan sempurna.

  Dia mendekap Rival. Lalu mencium pipi nya. Kemudian Rival tertawa. Lalu dia pergi meninggalkan taman bersama perempuan itu.

  Apa yang baru ku lihat barusan? Aku marah. Bukan karena cemburu. Aku marah karena Rival tidak memberitahu ku sebagai sahabat dan mungkin saudara angkat nya. Payah!

  Aku berjalan meninggalkan tempat ku berdiri tadi. Aku tak peduli. Rival tak pernah bicara apa-apa tentang hal ini pada ku.

  Suprise? Seperti nya tidak. Karena mereka terlalu mesra. Rival pasti punya alasan dan menurut ku bukan alasan yang bagus.

  Aku mempercepat jalan ku setelah ku ketahui kalau ada yang mengikuti ku.

  Sret!

  "Hei! Mau apa kau? Lepaskan atau ku bunuh!"teriak ku tajam.

Dama.

  Wajah ku memerah. Kemudian aku membungkuk."Maaf! Aku benar-benar minta maaf!"seru ku cemas. Dama masih terpatung. Dia tidak tahu kalau aku yang pendiam ini ternyata mempunyai sifat lain.

  Setelah Dama tersenyum,kami berdua duduk."Jadi? Ada apa?"tanya ku lega karena Dama sudah tak mengingat kejadian tadi. Mungkin.

  "Aku ingin mengulang kejadian kemarin. Dan aku sudah punya jawaban yang tepat untuk mu."jawab nya sambil tersenyum. Jujur,jika kau menjadi aku,mungkin aku merasa sudah terbang karena begitu halus senyumannya.

  "Tapi aku tidak mau di tolak sampai kedua kali nya dengan cowok yang sama."

  Dama menarik nafas."Belum tentu kau akan di tolak bukan?"tanya Dama. Maksud nya? Mungkin kah dia akan menerima ku? Benarkah?

  "Apa maksud mu?"tanya ku pura-pura tidak tahu."Aku hanya ingin mendengar kata-kata itu. Kata-kata yang kau keluarkan kemarin saat kau ada di depan ku.".

  Kata-kata apa? Maksud  Dama itu adalah kata-kata pernyataan yang kemarin?

  Pandangan Dama seperti melihat orang bingung. Dia tidak tahu aku sebenarnya ahli penduga.

  "Oke,aku harus ngomong apa?"tanya ku. Dama kelihatan geregetan. Makanya jangan sok 'cool'  gitu walau sebenarnya tidak. Entah mengapa di mata ku dia terlihat gaya-gayaan.

  Dama memegang pundak ku."Hei hei!"aku berdegup kencang. Entah mengapa."Aku su..ka."dia tersenyum.

  Suka apa!? Suka aku? Suka makan? Suka keindahan bulan? Karena aku menyukai nya. Tolong jangan membuat aku berdebar-debar!!

  "Anna."

  Hahh? Anna siapa sih? Ah tuh anak. Lalu mengapa dia mengucapkan nya di depan ku? Orang bodohhh!

  "alias Sylvia."

  Ohh jadi nama ku Anna sekarang? Good job,idiot. Oke,mungkin aku sedikit kasar.

  "Panggil aku Sylvia."tukas ku. Lalu Dama tersenyum. Kemudian salju turun. Lalu kami bahagia selama nya.

  Tidak-_-. Lalu angin berhembus kencang dan Dama memeluk ku. Mungkin karena aku terlihat kedinginan. Atau mungkin karena dia ingin membuat ku merasa kalau Dama itu menyayangi ku. Entah lah.

  Tapi hati ku sekarang tenang. Aku sudah harus membiasakan diri ku yang sudah milik orang lain. Well,bukan begitu juga. Hanya saja,aku kan sudah pa..cara.. Pacaran dengan Dama. Aku harus mulai terbiasa. Pacar pertama ku,Dama.

  Di tempat,

  Slyvia Susanna

Diary Of Imaginary GirlWhere stories live. Discover now