Chapter 29

2.8K 385 159
                                    

"11 years later."

In Author's Eyes

Sebuah ambulance nampak meluncur cepat ke tempat kejadian penabrakan itu. Beberapa orang dokter dan perawat segera memeriksa keadaan seorang pria yang sudah tidak sadarkan diri dengan darah bercucuran di atas aspal.

"Urat nadinya lemah!" teriak dokter itu sambil memeriksa denyut nadi, lalu dengan cepat sang dokter memerintahkan seorang perawat untuk memasang alat bantu pernafasan pada pria itu yang tengah meregang nyawa itu.

"Haksaeng, kau bisa mendengarku, huh? Bisa sebutkan namamu?" teriaknya lagi sambil mengguncang-guncang tubuh terkapar lelaki itu. dengan perlahan lelaki itu mengangguk di tengah kesadarannya yang kian menipis.

"E...eoh, Pa...Park...Park...Cha...Chan...Yeol," jawabnya terbata dengan pandangan yang kembali buram.

"Haksaeng, tolong tetap jaga kesadaranmu. Ya! Pasang penyangga di leher dan kakinya. Angkut pasien ke rumah sakit sekarang!"

●﹏●

Keluarga Park hanya bisa berharap-harap cemas di luar ruang operasi. Sekarang Chanyeol tengah melakukan operasi darurat karena pendarahan dan beberapa retak di bagian tulang kakinya. Sudah 3 jam, tapi operasi itu belum juga selesai hingga menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi keluarga Park.

Sebenarnya banyak orang yang ikut ke rumah sakit, hanya saja pihak rumah sakit meminta teman-teman Chanyeol, guru-guru hingga fans laki-laki itu pulang agar tidak menggangu kenyamanan pasien lainnya. Hanya pihak keluarga-lah yang dibiarkan tetap berada di rumah sakit.

"Aku takut yeobo kalau Chanyeol kenapa-kenapa." khawatir Nyonya Park —ibu tiri Chanyeol—sambil mengelus bahu suaminya yang sudah memasang raut ketakutan akan kehilangan putra semata wayangnya itu.

"Hiks.... Chanyeol-ah....hiks......." di sudut lain nampak ibu kandung Chanyeol menangis. Setelah mendengar kabar putranya kecelakaan, Nyonya Han langsung terbang dari China bersama suami barunya karena khawatir dengan keadaan putranya itu.

"Dia akan baik-baik saja, tenanglah," ucap Tuan Wang menenangkan istrinya yang masih saja menangis.

"Aku harusnya menahan Chanyeol tadi. Aku harusnya menahannya," isak Baekhyun bersama Sae Ron yang juga tengah menangis. "Oppa, Chanyeol akan baik-baik saja kan? Iya kan? Hiks...." Isak Sae Ron, sahabat masa kecilnya Chanyeol.

Srttttt.......

Suara pintu ruang operasi yang dibuka segera menyadarkan ke-6 orang yang menangis itu. Dengan cepat mereka menghampiri dokter yang baru saja keluar dari dalam ruang operasi.

"Kami sudah melakukannya sebaik mungkin. Tuan Park Chanyeol baru saja melewati masa kritisnya. Selamat, operasinya berjalan dengan lancar."

●﹏●

"Makanlah, kau harus makan agar punya tenaga untuk sembuh nak."

Chanyeol menatap haru kepada ibu kandungnya yang sekarang tengah menyuapinya bubur. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa melihat ibu kandungnya lagi meski dalam keadaan seperti ini.

"Pulanglah eomma, aku tidak lapar." jawab Chanyeol singkat sambil memalingkan muka, namun sang ibu masih saja belum menyerah. Nyonya Han nampak membelai pelan surai hitam Chanyeol. "Tidak, kau harus makan Yeol-ah. Lihat, buburnya merengek minta dimakan. Kau tega membuat buburnya menangis, huh?"

Setetes air mata Chanyeol jatuh ketika melihat usaha ibunya yang sama persis seperti uca ibupan ibunya ketika dia menolak makan saat masih kecil dulu. Ibunya akan selalu membelai kepalanya, mengatakan kalau makanannya merengek minta dimakan lalu mulai menyuapi Chanyeol kecil dengan menggoyangkan sendoknya seperti main pesawat-pesawatan.

Rooftop Romance「 wenyeol  」✔Where stories live. Discover now