4

101K 3.6K 17
                                    

Parte 4

Cass bingung harus mengenakan pakaian apa untuk makan malam dengan Nic. Wanita itu masih mondar-mandir di dalam kamarnya memilih pakaian saat bel rumahnya berbunyi. Cass berniat untuk mengabaikan tamunya itu dan tetap melanjutkan aktivitasnya saat bel kembali berbunyi, menunjukkan kalau siapapun tamunya, orang itu bukan termasuk orang yang sabar.

"Semoga bukan Nic, karena sekarang baru jam setengah tujuh."gumam Cass pelan sambil berjalan menuju pintu depan.

Tapi ternyata doa Cass tidak dikabulkan. Nic berdiri di depan pintunya. Pria itu mengenakan kaos polo berkerah warna abu-abu dengan celana jeans hitam. Membuatnya 10 tahun lebih muda dari usia sebenarnya.

"Tidakkah kau datang terlalu cepat?"tanya Cass kesal karena saat itu dia hanya mengenakan kaos longgar tua dan celana jeans belel selutut. Benar-benar tanpa riasan. “Dan, mana Arianne?”

"Tidak masalah. Arianne mengatakan kalau dia akan menunggumu di rumah saja."sahut Nic tenang, "Apa aku boleh masuk?"tanya pria itu cepat.

Cass minggir selangkah, "Silakan. Kau bisa duduk disini sementara aku bersiap. Kau ingin minum apa?"tanya Cass masih kesal karena Nic tidak menepati janjinya, yang Cass tahu tidak pernah diucapkan Nic.

Nic mengedarkan pandangannya, "Menurutku kau tidak punya bir. Jadi air putih saja."ujar Nic yang tanpa diduga­_tersenyum.

Cass sangat tidak menyukai senyuman Nic dan tidak ingin menyukai senyuman itu. Karena kapanpun dan dimanapun mereka berada Cass akan langsung lemas. Pria itu tidak memiliki ketampanan layaknya para artis layar lebar atau model Armani, masih jauh lebih tampan Vion, wajahnya tidak sempurna.Tapi wanita normal manapun dalam rentang usia 16 hingga 60 tahun dan yang masih bernapas, bila melihat Nic dan Vion, pasti akan memilih Nic. Pria itu punya pesona mematikannya sendiri, bukan dari ketampanannya. Melainkan dari pembawaan diri pria itu yang Cass yakin sudah dimilikinya sejak lahir.

Cass tidak ingin menginginkan Nic.

"Kau benar. Aku tidak memiliki simpanan bir. Aku tidak mengkonsumsi minuman itu. Scotch saja sudah terlalu keras untukku walau aku tidak pernah mabuk."ujar Cass pelan sambil melangkah menuju dapur dan mengambilkan segelas air putih dingin untuk Nic. "Aku harap kau tidak bosan menunggu karena ini memang kesalahanmu datang terlalu cepat. Dan aku juga tidak bisa janji akan selesai dengan cepat, jadi terima saja akibat dari perbuatanmu, Mr. Leandro."lanjut Cass saat meletakkan gelas berisi air untuk Nic.

"Tidak masalah. Aku yakin bisa menunggumu."jawab Nic ringan_bahkan tersenyum_ sebelum Cass meninggalkannya di ruang tamu sendirian.

Tidak masalah, gumam Nic lagi dalam hati.

Nic mengamati rumah Cass dengan seksama. Dia sama sekali tidak menduga kalau rumah Cass adalah sebuah rumah mungil tradisional bertingkat dua yang sangat hangat. Melihat penampilan Cass yang begitu tenang, elegan, dan teratur, Nic menduga kalau rumah Cass adalah jenis rumah minimalis dengan interior yang minimalis juga namun tetap mewah. Tapi sofa lembut, dengan beberapa barang berserakan disana dan disini, beberapa lukisan pemandangan, serta paduan warna-warna yang lembut, membuat rumah Cass terasa hangat dan tidak terkesan kaku seperti sikapnya di kantor. Tidak hanya itu, awalnya Nic menduga akan mendapati Cass dalam pakaian yang rapi dan elegans, minimal wanita itu mengenakan flower dress dengan celana denim. Bukannya mendapatinya dalam kaos longgar tua dan jeans belel selutut, seakan dia bukan Cassidy yang selama ini menjadi sekretarisnya.

The Tycoon Love LessonWhere stories live. Discover now