Bedah Buku "NOL"

1.3K 54 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Beberapa hari lalu aku membaca buku, ya walaupun belum sepenuhnya membaca. Pasti kamu bilang ke aku bahwa "penulisnya sok tau nih". Yap betul di dalam buku tersebut juga dikatakan "kalo kamu berpikiran pasti sukses, berarti kamu lebih dari aku yaitu 'Sok Tau'."

Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari buku tersebut. Nah judul buku tersebut adalah "NOL". Kamu pasti bertanya "judul kok kaya gini."

Baiklah di sini aku jelaskan kenapa judul buku tersebut "NOL". Penulisnya berkata bahwa "Nol itu bukan angka yang tak mempunyai berarti. Nol itu bisa berarti lebih. Contoh jika ada 1 di depan 0 maka akan jadi 10 bahkan bisa 100 bahkan bisa 1000. Dan ketika kita membangun usaha pasti kita mulai dari 'NOL'."

Ya itulah yang di katakan sang penulis di dalam buku tersebut. Dan masih banyak lagi kisah inspiratif yang dapat kita ambil. Sang penulis mengajarkan aku bahwa aku adalah orang yang sok tau bahkan sangat sok tau. "Kok gitu?" Ya begitu aku yakin pasti aku sukses!. Coba menurut kamu, aku ini sok tau gak?.

Ya jelas aku ini sok tau. Sok tau bahwa aku pasti sukses ya bahwasannya kalo suksesnya itu berproses. Hehehe

Jadi aku pengen mengutip beberapa kisah dari buku tersebut yang berjudul "Bai Fang Li". Nah pasti kamu ga kenal kan. Hehehe

Bai Fang Li itu Adalah seorang tukang becak. Tiap hari ia selalu mengayuh pedal becak walau hanya mendapat upah dari pelanggannya. Tubuhnya kecil dan sangat tidak sebanding dengan ukuran becaknya. Tetapi, semangatnya sangat besar sehingga sebesar apapun becaknya ia mengayuhnya.

Dari pagi hingga petang ia selalu menyusuri jalan. Prilakunya sangatlah ramah, senyum yang selalu nampak di wajahnya dan tak pernah pudar dari wajahnya.

Bai Fang Li ini tinggal di sebuah gubuk yang reot dan hampir ambruk dan berada di lingkungan yang kumuh. Ia tinggal bersama tukang becak lainnya, pedagang asongan, dan pemulung.

Sebenarnya penghasilannya itu cukup untuk membeli makan, minum, dan tempat tinggal yang layak. Namun ia tak pernah melakukan hal itu, ia selalu berpikir bahwa barang yang sudah tua mungkin masih bisa di pergunakan lagi.

Ia lebih memilih menyumbangkan semua uang hasil kerja kerasnya ke sebuah yayasan sederhana. Rumah singgah yang mengurusi tidak kurang 300 anak yatim, piatu dan miskin di Tianjin, China.

Suatu ketika hati Bai bergetar melihat seorang anak lelaki pkurus yang kira- kira berusia 6 tahun. Anak laki-laki itu selalu menawarkan jasa angkut barang. Ia menawarkan kepada ibu yang selesai belanja. Tubuh yang kecil terlihat oleng ketika ia mengangkat barang yang mungkin bisa di bilang tak sebanding dengan tubuhnya.

Namun setelah selesai ia mendapatkan upah. Laki-laki kecil itu tak dapat menutupi raut wajah yang sangat gembira lalu ia mengucapkan rasa syukur.

Lalu Bai Fang Li diam-diam mengikutinya langkahnya yang selalu mencari (berkeliling) pasar untuk mengais tempat sampah. Mencari sesuatu yang dapat ia makan.

Bai Fang Li terlihat sedih melihat anak laki-laki itu. Lalu Bai Fang Li mendekati anak tersebut lalu bertanya lah Bai Fang Li kepada anak tersebut. "Kenapa hasil kerja kamu tak kamu belikan sepotong roti?". Tanya Baik Fang Li hingga terheran-heran.

Anak tersebut berkata "uang yang aku dapatkan untuk membeli makanan adik-adik." Jawab anak itu.

"Orang tua mu dimana...?" Lanjut Bai Fang Li.

"Aku tidak tahu..., Ayah ibu pemulung. Sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Dan aku harus berkerja untuk mencari makan, untuk diri sendiri dan dua adikku yang masih kecil." Sahutnya.

Dengan ketidak tegaan dan rasa terenyuhnya hati Bai Fang Li akhirnya, ketiga anak itu di bawa ke yayasan. Bai Fang Li memberikan seluruh penghasilan kerjanya mengayuh becak ke yayasan itu.

Ia sangat bahagia sekali ketika melakukan itu di tengah-tengah kesederhanaannya. Hampir 20 tahun terus mengayuh becak (dan istirahat juga yak. Heheh) untuk menambahkan donasinya ke yayasan itu.

Dan pada umur 90 tahun ia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar 650 ribu rupiah dan berkata "aku sudah tidak mampu mengayuh becak lagi. Mungkin ini yang terakhir ku yang dapat aku sumbangkan." Katanya dengan wajah sendu.

Ia menghembuskan nafas terakhirnya di umur 93 tahun dan ia meninggal dalam kemiskinan. Namun ia telah menyumbangkan kurang lebih dari kerja kerasnya sekitar 470 juta rupiah dan membantu sekitar 300 anak yatim di yayasan itu. (Sumber : buku "NOL" karya William Thjia & Carrin penggagas akun @test_psikologi)

Pasti kamu berpikir tak semua orang miskin atau kurang mampu tak semudah itu bersedekah. Entah itu hanya sekedar kisah inspiratif atau kisah nyata. Tapi ingat kita lihat sisi baiknya buka pikiran kita untuk hal positif. Ambilah pelajaran dari cerita tersebut bahwa semua orang bisa bersedekah dan itulah orang yang bisa di katakan "Sukses" alias "Mission Complete".

Nah buku ini mengajarkan bahwa "sukses" itu gak harus materi saja. Tapi jiwa, raga, dan rohani yang suka menolong sesama, menghargai, melengkapi, dan menghormati nah itu termasuk dalam kategori "sukses".

Namun sedikit berbeda dengan "sukses yang bermateri". Untuk apa kita kaya kalau tidak bisa membantu sesama?. Untuk apa punya segalanya kalau hanya di gunakan seorang diri?. Mari kita buka pikiran kita lebih berpositif lagi dan jangan asal menilai seseorang.

Banyak definisi "sukses" yang sesungguhnya. Namun cara kita pasti berbeda aku ya aku, kamu ya kamu. Pikirkan, Rencanakan, lalu action.

Dan dunia berputar tak selalu yang atas akan tetap di atas dan yang bawah akan tetap di bawah. Dunia sedang mentertawakan kita, kenapa?. Karena dunia ini adalah komedi putar. Hargai dia yang berkerja keras membantu mu untuk meraih kesuksesan mu. Karena dia juga bisa sukses.

Satu kata mutiara yang aku dapat dari buku "NOL" ini adalah

"Tidak usah perhitungan. Belajarlah untuk berada di posisi orang lain."

Sekian dari aku terima kasih sudah menyempatkan waktu teman-teman untuk membaca cerita ini. Semoga bermanfaat dan kita bisa berteman :)

Salam Hangat,

Fajar Irawan

Pikiran Yang TerbukaWhere stories live. Discover now