Prolog

38.5K 337 12
                                    

"Mamaaaaaa," teriak seorang gadis kecil berumur 5 tahun yang berlari-lari kecil menghampiri Ibunya yang sedang membaca majalah di salah satu bangku taman.

Wanita yang dipanggilnya 'Mama' itu mendongak dari majalah yang sedang dibacanya dan tersenyum lembut kepada gadis kecil itu."Ada apa sayang?" tanyanya kepada putrinya sambil mengelus-elus rambut coklat panjang anaknya.

"Ma,aku kasihan sama anak itu," tunjuk sang gadis kecil.Ibunya mengikuti arah tatapan anak semata wayang yang sangat disayanginya itu.Diantara keramaian pusat hiburan yang sedang mereka kunjungi, dilihatnya seorang anak laki-laki yang sebaya dengan putrinya, terduduk lesu dengan mangkuk plastik kecil di tangan kecilnya yang berisi beberapa uang recehan.Tubuh anak laki-laki itu begitu kurus, wajahnya yang kusam dan bajunya yang penuh tambalan disana-sini cukup mendeskripsikan bahwa anak itu adalah gelandangan kecil yang tak punya tempat tinggal.Ia mengeratkan pelukannya kepada putrinya.Wanita itu tidak bisa membayangkan jika putrinyalah yang berada di posisi anak itu.

"Ma..." panggilan anaknya menyadarkannya kembali ke alam nyata

"Ya,sayang?"

"Ayo kita samperin anak itu Ma,sepertinya dia lapar," sahut gadis kecil itu sambil menatap mamanya dengan mata bulat coklatnya yang besar dan berbinar-binar.

Wanita itu terenyuh dengan perkataan putrinya,bagaimana bisa anaknya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain yang bahkan tak dikenalnya?

Ia tidak bisa berkata-kata dan hanya mampu menganggukkan kepalanya.Sang gadis kecil dengan bersemangat mengeluarkan kotak bekal makan siangnya dan berjingkrak-jingkrak kecil menghampiri pinggiran trotoar tempat anak laki-laki itu berada.

"Halo," sapa sang gadis kecil dengan suara riangnya.

Anak laki-laki itu mendongak dan bertemu pandang dengan mata coklat gadis kecil itu dan hanya menatapnya tanpa membalas sapaannya.

"Kamu lapar?aku punya sandwich.Apa kamu mau?" tanya sang gadis kecil dengan senyuman manis di bibirnya sambil menyodorkan kotak makan siangnya.

Lagi-lagi anak laki-laki itu tidak membalasnya dan hanya menatap kosong ke arah kotak makan yang disodorkan si gadis kecil.Ia tidak tahu harus membalas apa,belum pernah ada orang asing yang mengajaknya berbicara, apalagi menawarinya makan siang.Biasanya orang-orang hanya menatapnya iba dan meninggalkan beberapa uang recehan ke dalam mangkuk plastik miliknya.

Ia menatap wajah gadis kecil yang umurnya kira-kira beberapa tahun lebih muda darinya,senyumannya belum juga hilang dari wajah cantiknya yang berseri-seri.Matanya coklatnya memancarkan sinar kebahagiaan.Tidak ada tatapan iba disana,yang ada hanyalah tatapan bersahabat.Dengan tangan gemetar, ia mengambil kotak makan siang itu dan tersenyum kikuk.

"T-terima k-kasih," balasnya.

"Sama-sama,kuharap kamu suka dengan rasanya," balas sang gadis kecil itu dengan bersemangat.

"Siapa namamu?" tanya anak laki-laki itu penasaran.Ia bertekad akan mengingat nama gadis kecil ini dan membalas kebaikannya suatu hari nanti.

"Namaku..."

"Sayang,ayo kita pulang,sebentar lagi akan turun hujan," sebuah suara seorang wanita memotong pembicaraan mereka.Ia yakin wanita itu adalah ibu dari si gadis kecil itu, mereka berdua sangatlah mirip.Sama-sama cantik.

"Iya ma,sampai jumpa," sang gadis kecil tersenyum manis kepadanya dan berlari menghampiri Ibunya dan mereka berdua berjalan menjauhi area taman hiburan yang mulai terlihat sepi.

Anak laki-laki kecil itu menatap kepergian mereka dengan tatapan iri

'Betapa bahagianya gadis kecil itu bersama ibunya,' pikirnya.Membandingkan kehidupan gadis kecil yang baru ditemuinya beberapa menit yang lalu dengan kehidupannya sendiri.Ia tersenyum miris.Lalu,menatap ke arah langit yang sebentar lagi meneteskan bulir-bulir air hujan yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup di permukaan bumi ini.

Ia menjerit dalam hati, 'Mengapa hidup sangat tidak adil kepadaku ya Tuhan?'

Tetes demi tetes air membasahi wajahnya, dengan cepat anak laki-laki itu mengambil selimut kumalnya, dan membawa mangkuk plastiknya yang hanya berisi beberapa uang recehan dan tak lupa ia membawa serta kotak makan siang yang diberikan gadis kecil tadi.Ia berlari ke arah emperan toko-toko yang berjajar di sepanjang pinggiran jalan untuk berteduh dari hujan yang semakin lama semakin deras.Tubuhnya menggigil kedinginan, ia berusaha menghangatkan diri dengan selimut tipisnya yang sudah kumal, satu-satunya barang berharga yang ia punya sekarang.

Tiba-tiba saja perutnya berbunyi, sudah 2 hari ia tidak makan, karena uangnya tidak pernah cukup walau hanya untuk membeli makanan kecil guna mengganjal perut.Ia teringat akan kotak makan tadi, dengan segera ia membukanya dan terperangah melihat isinya.Di dalamnya terdapat sandwich isi keju, sayuran, dan daging asap yang terlihat menggiurkan.Saat tangan kecilnya hendak mengambil sandwich itu, sesuatu mendorong punggung kecinya sehingga ia terjerembab ke genangan air.Membuat tubuhnya basah terguyur hujan.Kotak makan siangnya terlepas dari genggamannya dan jatuh ke tanah.

"Pergi kau gelandangan kecil!Jangan berani-berani duduk didepan tokoku!" hardik sang pemilik toko dengan muka merah menahan amarah.Anak laki-laki itu hanya menatap kosong ke depan, tidak mendengarkan hardikkan sang pemilik toko, ia menatap sandwichnya yang sekarang sudah berubah kecoklatan bercampur tanah.Perutnya semakin lapar, ia tidak punya pilihan lain.Diantara tetesan hujan yang semakin deras, ia merenungi nasibnya.Tidak!Ia tidak akan menangis!

Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya menatap iba sang gelandangan kecil itu.Lalu, kembali sibuk dengan aktivitasnya masing-masing tanpa berniat membantu sang anak kecil.Anak kecil itu hanya tersenyum.Ia sudah terbiasa dengan hal ini.

Aku melihat manusia,namun aku tidak melihat kemanusiaan.

Anak kecil itu hanya diam di tengah-tengah guyuran hujan, baju kumalnya sudah basah kuyup, tubuhnya kedinginan hebat hingga giginya saling bergemeletuk.Tiba-tiba sebuah payung berada di atas kepalanya, melindunginya dari tetesan air hujan.Anak kecil itu mendongak dan menemukan seorang wanita paruh baya tersenyum hangat kepadanya.Wanita paruh baya itu menjulurkan tangannya yang sudah mulai keriput."Mari ikut denganku nak,"

Tanpa ragu lagi,si anak laki-laki kecil itu menyambut ajakan sang wanita paruh baya dengan senyum merekah di bibir pucatnya.Diantara tetesan air hujan yang semakin deras dan petir yang saling bersahut-sahutan, sang gelandangan kecil dan wanita paruh baya itu menyusuri jalanan.Kehidupan baru menantinya.

***

Hanya mencoba membuat cerita yang realistis
Baru prolog,semoga suka ya:) ditunggu votenya.
DISAMPING ADA FOTO UNYU SI 'Gadis kecil' :') imut banget kan?

HARD LOVEWhere stories live. Discover now