8 | bra

90.2K 12.9K 3.5K
                                    

warning: tangan masuk ke baju


***

"Hng..."

"Deg-deg-an kan?" Jenar sempat-sempatnya bertanya, tapi matanya memandang cewek di depannya dengan serius.

"Iya sih—eh tapi kan kalau nggak deg-deg-an ya mati dong!!" Rei menggelengkan kepala, bersikap kritis dan nggak segampang itu mempercayai alasan Jenar. Dia berniat menarik tangannya, tapi genggaman Jenar terlalu keras.

"Regina—"

"Mungkin lo deg-deg-an karena lo takut ketahuan kalau lo gay?!" Rei berspekulasi.

Jenar melotot kaget, lantas buang napas dengan frustrasi. "Lo mau gue membuktikan kalau gue bukan gay?"

"Lo gay juga nggak ngaruh sama gue sih, malah gue jadi lebih bisa ngerti kenapa lo nggak mau gue dekat-dekat sama Johnny! Makanya lo juga bohong kalau Johnny gay, kan?!" Rei membalas sambil menuduh. "But look, kalau Johnny straight, lo nggak berhak melarang dia suka cewek. Tolong jangan dipaksa buat jadi gay, apalagi sampai lo menghalangi cewek-cewek yang mau deket sama dia. Bukan berarti gue berharap mau deket sama dia ya, tapi obsesi itu nggak baik—"

"Sweet Jesus, you're really a talker, huh? I said it, I am not gay!"

"Jenar—"

"I can kiss you right now, right here, and 100% will enjoy it because I like girls. Damn it!"

Rei mengerjap tidak percaya. "W—what?!!!"

"But are you sure she's going to enjoy it, though?"

Ketika Rei masih bengong, bingung karena nggak tahu harus ngomong apa, suara Johnny terdengar memecah keheningan. Spontan, Rei mengembuskan napas lega. Dia menarik tangannya dari genggaman Jenar, buru-buru beranjak dari kasur dan merapikan rambutnya seperti barusan nggak terjadi apa-apa.

"Tangganya udah, Kak?"

"Udah."

"Oke... hm... kalau gitu..." Asli, Rei merasa canggung maksimal. "... gue bikin minum deh ya? Buat lo berdua. Bentar..."

Rei bergerak, bermaksud melangkah melewati Johnny, tapi lengannya ditahan. Demi Tuhan, Rei mengomel sendiri dalam hati, merasa situasi yang sedang dia hadapi sekarang dramatis banget, namun dia tak bisa bilang jantungnya baik-baik saja. Inni orang yang dia taksir, yang dia kagumi. Puja kerang ajaib, dari yang cuma bisa menatap dari jauh saat Johnny ada di parkiran kampusnya, sekarang cowok itu berada di kamarnya... memegang tangannya...

"Gue bukan gay. Jenar bukan gay. Kita nggak saling naksir. Clear?"

"C—clear, Kak."

"Oke." Johnny melepaskan tangannya dari lengan Rei, disusul cewek itu buru-buru kabur ke dapur, meninggalkan Johnny dan Jenar hanya berdua di dalam kamar.

"Stop it." Johnny memperingatkan Jenar.

"Stop apaan?"

"Apa pun permainan yang mau lo lakukan."

"There's no game, Johnny. Not with her."

"Gue paham sama track record lo. Nggak usah sok gentleman."

"Kayak lo nggak brengsek aja." Jenar mencibir.

"Nggak dia, Jenar. Dia temennya Dhaka."

"Terus kalau dia bukan temennya Dhaka, nggak apa-apa?"

Teknik ✅Where stories live. Discover now