[4] Messy Melancholy Meet

160 38 7
                                    

"Chocolate mousse cake with raspberry, punyamu, Dit. Fruit platter Thea yang ini. Papi, ini kopi Jamaica Blue Mountain-nya," sebut Mami, waktu pelayan datang membagikan pesanan penutup mulut kami masing-masing.

"Wah, Mami pesan Buttermilk Panacotta ya? Aku minta dikit, boleh Mi? Enak banget ini pakai lychee, raspberry, sama rose," pintaku girang.

"Wah, Mami pesan Buttermilk Panacotta ya? Aku minta dikit, boleh Mi? Enak banget ini pakai lychee, raspberry, sama rose," pintaku girang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku dan Mami sama-sama tipe sweet tooth. Kami suka makanan manis, apalagi cake. Makanya, aku itu paling senang kalau belajar baking dan bikin desserts bareng sama Mami. Sweets rules!

Hidanganku sudah habis lebih dari separuh waktu kedamaian makan siang kami akhirnya pindah haluan. Mami berdeham setelah meletakkan cangkir tehnya.

"Thea, kalung kamu baru? Mami sepertinya baru lihat. Tumben kamu pakai kalung?"

Bingo! Memang deh, mata elang aku dan Mami tak bisa dibohongi!

"Oh!" Thea terkejut. "Ini hadiah dari Fabio."

Wah, Si Adonis itu mulai manuver nih. Interesting!

"Fabio," Mami terlihat tertarik. "Jadi, apa kalung itu adalah tanda keseriusan kalian? Apa Mami sudah bisa mulai menghubungi keluarganya untuk mengatur rencana pertunangan kalian, or anything else?"

Kartika Adinata mulai melancarkan serangannya. Brace yourself, Sister!

"Mam, aku dan Fabio belum akan menikah dalam waktu dekat. Kalung ini hadiah dari Fabio buat International Young Design Entrepreneur Award. Jadi Mami nggak perlu buru-buru mau bikin ini dan itu, karena aku dan Fabio juga belum membicarakan ke arah sana."

"Masa, sih?"

"Buat apa aku bohong. Lagian Fabio masih ada beberapa kontrak yang harus dia kerjakan sampai tahun depan. He is busy, I am busy. Belum ada waktu buat mikirin pernikahan, Mam."

"Kamu itu sudah mau umur tiga puluh, loh! Fabio juga ... berapa umurnya? Tiga empat? Tiga lima?"

"Fabio baru tiga puluh dua tahun, Mam."

"Tiga puluh dua tahun sudah merupakan usia yang sangat pantas untuk menikah. Apalagi kamu perempuan, umur hampir tiga puluh tahun. Sudah waktunya kamu mulai mikirin masa depan, Thea."

"Aku mikirin masa depan, kok, Mam. Begitu juga Fabio. Karena itu kami sibuk kerja sekarang, biar di masa depan kami bisa hidup santai."

"Maksud Mami, masa depan dalam hal berumah tangga, Thea. Perempuan itu ada masa expired-nya. Kamu umur segini belum memikirkan menikah, lalu kapan? Nanti kamu punya anak sudah keburu tua, itu juga kalau masih sempat punya anak," oceh Mama. "Jangan kerja terus yang kamu pikirin. Coba mulai settling down dengan Fabio. Siapa tahu satu dua tahun lagi kamu akan sebahagia Odit dengan rumah tangga dan anaknya yang lucu."

Beauty, Brain & Bond "Domestic Goddess"Where stories live. Discover now