[7] Busy Bee Birthday

128 31 0
                                    

Selamat datang, kepala tiga!

Setelah kekesalan dan kekecewaanku kemarin, dukungan Mami, kehangatan pelukan Arya, dan kecupan sayang Ardi membuat perasaanku membaik. Setelah semalaman aku sempat mendiamkan Arya karena masih bad mood akibat perlakuan super tega dari Thea, paginya aku malah terpana.

Arya dan Ardi sudah duduk di ranjang selepas aku mandi pagi. Pantas saja, waktu aku bangun tidur, suamiku sudah lenyap dari ranjang. Rupanya, ia sengaja menyiapkan kejutan yang bikin aku mengeluarkan tangis bahagia.

"Happy birthday, Mommy! My super Mommy!" seru putraku, masih dengan piyama kostum Iron Man-nya. Kedua pipiku langsung mendapat hujan kecupan dari Ardi. Sampai aku

"Sweet seventeen Baby, happy birthday," ucap Arya sambil mengedipkan sebelah mata. Ia lalu mencium keningku lembut.

"Mommy, make a wish!"

Ardi meloncat dari kasur lalu berlari ke sudut kamar, tempat aku biasa bersantai di sofa empuk kesayanganku. Sebuah kue ulang tahun berukuran mini dan bernuansa wana merah muda terletak di atas meja. Di bagian atasnya ada beberapa buah kue macaroon warna cokelat dan merah muda, serta topper beruliskan kata thirty. Hiasan berbentuk bunga mawar berwarna merah muda dan aksen kuning emas, menambah kesan feminin pada kue ini. Arya memilihkan kue yang seolah menggambarkan diriku dengan begitu pandai.

Paduan suara Arya dan Ardi, menyanyikan lagu Happy birthday, mengiringi aku memotong kue itu. Nada suara dua lelaki istimewaku ini bertolak belakang dan seperti berlomba-lomba alias tidak sama kecepatannya. Namun, ini adalah melodi terindah yang memang kunantikan di awal hari istimewaku ini.

Sehabis sarapan kue ulang tahun yang lezat, aku bersiap-siap pergi ke hotel Grand Adinata. Arya, Ardi, dan Juli akan menyusul selepas makan siang. Suami dan anakku saja tahu soal disiplin mengikuti jadwal acara-acara. Masa sih Thea, yang lulusan ITB dan master dari Amerika bisa kalah sama keponakannya yang masih balita?

"Good luck for today, Dear. I always believe in you."

Bisikan Arya sebelum aku berangkat ke Hotel Grand Adinata, membuat tekadku kembali menyala. Sekitar jam sepuluh pagi, aku masuk ke kawasan Ancol, Jakarta Utara. Di dekat Pantai Segarra, berdirilah hotel milik Mami, tempat pesta hari ini digelar. Setibanya di hotel bintang lima bergaya klasik yang baru direnovasi sekitar dua tahun lalu itu, aku langsung bergegas mengecek persiapan di ruang ballroom. Sementara kuminta Vita untuk mengurus soal pengisi acara dan memastikan Thea datang sesuai jadwal seperti permintaanku. Kutitipkan juga salah satu ponsel yang kupakai untuk konfirmasi tamu-tamu undangan kepada manajerku yang cekatan itu.

"Selamat pagi, Mbak Odit. Semua instruksi Mbak soal persiapan sudah sembilan puluh persen rampung. Kami sedang mengatur dekorasi dan penataan ruang ballroom," lapor seorang lelaki berusia pertengahan 40-an yang tingginya nyaris sepantar denganku menyambut di lobi.

Lelaki tubuh langsing, garis muka tegas, dan kulit kuning langsat ini mengenakan setelan jas lengkap berwarna abu-abu dan dasi warna hitam. Aku langsung mengenalinya sebagai Pak Yana, General Manager Hotel Grand Adinata. Aku cukup mengenal Pak Yana, mengingat ia sudah bekerja di grup hotel Adinata selama belasan tahun.

"Ya, sudah, kita langsung cek venue saja, Pak. Sambil kita bicarakan apa saja yang belum selesai," tawarku, lalu melenggang dengan sandal bertali hak tujuh sentimeterku berwarna emas.

Sejak aku lulus SMA, Mami sering membawaku ke acara-acara di hotel. Pak Yana adalah salah satu orang kepercayaan Mami di manajemen hotel yang sering kebagian tanggung jawab mengatur pergelaran acara-acara penting. Begitu gelar arsitek dari Universitas Pelita Harapan berhasil kuraih, Mami langsung mulai melibatkanku sebagai penanggung jawab beberapa acara juga, mulai dari skala kecil seperti arisan, hingga selebrasi dan pesta berskala lebih besar. Khusus tahun ini, aku memegang acara sendirian. Mami lebih banyak hanya mengawasi.

Makanya, aku deg-degan. Acara perdana ini tidak boleh gagal! Sebisa mungkin aku memuaskan semua pihak yang terlibat. Apa pun masalah yang menghadang, akan kucari jalan keluarnya. Tidak ada alasan untukku jatuh terpuruk karena eksekusi yang luput dari rencanaku yang lengkap dari A sampai Z.

Tanpa membuang waktu, aku dan Pak Yana melakukan pengecekan satu demi satu. Mulai dari venue sampai menu full course yang berjumlah 13 hidangan. Tahu-tahu sudah hampir pukul satu siang. Kutelepon Arya, ternyata suamiku sudah dalam perjalanan ke hotel bersama Ardi dan Juli.

Ah! Aku baru teringat Kiki, make up artist (MUA) yang kutitah untuk datang ke kantor Thea. Seharusnya ia sudah tiba di sana. Sudah kuberi bocoran betapa garang dan tegasnya Nona Arsitek Super Sibuk itu. Kiki manggut-manggut saja waktu kuberi sederet instruksi, yang intinya jangan kabur dan menyerah menghadapi kembaranku itu.

Pesan WhatsApp-ku kepada Kiki langsung terbalas. MUA-ku itu sudah menunggu Thea di kantor. Sebagai penegasan sekali lagi, kukirimkan pesan kepada Thea. Siapa tahu saja gulungan-gulungan kertas proyek tiba-tiba menimpa kepalanya dan membuatnya amnesia sementara.

Jemariku lincah mengetik di atas layar ponsel:

Thea, I hope you arrange your schedule accordingly for tonight's celebration. Aku bener-bener minta tolong kamu untuk prioritasin keluarga kali ini. Mami dan Papi nunggu banget acara ini. We are the stars that everybody's been waiting. Semoga kamu tergerak untuk datang lebih awal. Aku tahu kamu punya anak buah yang bisa diandalkan untuk delegasi pekerjaan sementara. Please, Thea. Show me how much you care and love this family.

Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Vita dan Cici juga membantu terus mengingatkan sang bintang pesta yang masih belum sadar betapa pentingnya acara malam ini.

Waktu berlalu tanpa terasa. Aku berjibaku dengan sepasang tangan dan kaki, mengurus segala hal dengan detik yang terus berjalan. Sampai aku dirias, memangku Ardi yang rewel mengantuk minta dipeluk, masih pula menjawab panggilan lewat loudspeaker ponsel dari pihak Vista Media.

Benar juga dulu kata Arya kepada Ardi. Kekuatan superku akan hadir, bukan hanya di ulang tahun Ardi, tetapi juga di ulang tahunku. Itulah hebatnya jadi seorang ibu, bukan? Lengan-lengan tak kasat mata mirip gurita, membuat kami bisa melakukan segalanya.

Akan kubuktikan omongan Papi itu salah besar. Aku memang belum meraih award lintas negara. Tetapi, jerih payahku menjaga martabat dan nama besar keluarga Adinata Atmadja bukan omong kosong belaka.

---

Hello! I am back!

Setelah gantian saya dan anak tumbang sakit, saya mau kejar utang parts dulu yaaa! 
Enggak enak soalnya partner saya, Mak KinantiWP sudah banyak update nih!

Nantikan kejutan dari Odit dan Thea yaaa!

We appreciate you for reading, voting, commenting, and sharing these stories!


xoxo,
~WR

Beauty, Brain & Bond "Domestic Goddess"Where stories live. Discover now