32 - Nasib Sial

39.1K 7.1K 35.9K
                                    

SIAPAAA YANG SENENGGG?? Absen dulu sesuai angka kesukaan kaliann🥰✨

Ayoo share, vote, dan comment duluu. Udah belomm?🤩

Siap spam vote dan penuhin tiap pragraf dengan spam comment kamuu? Kerja sama yaa!😍

ANYWAYYY UDAH VOTE DI ANTARES BELOM??

Curhat dikit, Boo bingung sama orang yang gak pernah support & ngeramein, sekalinya comment isinya complain & ngancem "awas kalo update pendek, awas kalo gak ada scene ini sm ini, kenapa sih ... blablabla" Huft 🥲😞

———

Selama ini, hanya anggota keluargamu dan aku di jejeran wanita terpenting dalam hidup kamu. Tapi kalau dia sedikit demi sedikit berhasil menembus tembok pertahananmu, hingga sekarang tempatku harus terbagi, aku harus apa? — Hipotesis

———

"ANGKAT, TAROK, ANGKAT, TAROK!!" teriak pelatih agar peserta tidak malas mengangkat kaki.

Menghabiskan waktu bersama, latihan secara terus menerus, semakin memperlihatkan bahwa semua rekan-rekan Capaska mempunyai karakteristik dan keunikan. Seiring berjalannya waktu, menumbuhkan rasa kesatuan, kompak, dan kekeluargaan.

"Tempo langkahnya diatur, jangan terlalu cepat biar gak capek! Jelas?!" Dengan lantang mereka membalas, "SIAP, JELAS, KAK!"

Tak!

Tongkat kayu itu memukul seorang gadis. "KAMU LAGI, KAMU LAGI! Sampe bosen saya tegurnya!" bentak Pelatih Januar, jenuh melihat kaki Syaila yang keserimpet.

Pelatih Januar memberhentikan gerakan mereka semua, lalu menyuruh Syaila seorang diri turun push up 2 kali hitungan.  "Sekali lagi kamu salah, kamu keluar barisan dan gak usah ikut latihan!" sentak pria itu.

Syaila mengangguk, memperingati dirinya sendiri agar tidak lagi melakukan kesalahan. Ia merasa kakinya semakin nyeri, entah sudah dipukul berapa kali. Ditambah biru di tangannya belum juga mereda.

Meiti dengan isyarat mata memberikan semangat. Mereka kembali melanjutkan gerakan berjalan untuk melatih gerakan berbelok. "Kalo udah deket di tempat belokan itu langsung jalan di tempat, jangan tetap langkah biasa. Jadi nabrak kalian semua!!" seru pelatih lain.

TAK!

"SAYA UDAH PERINGATI LANGSUNG BELOK. JANGAN KELAMAAN, NANTI MERUSAK BARISAN YANG BELAKANG!" teriak Pelatih Januar. "KAMU KELUAR!!"

Dengan kakinya yang semakin berdenyut akibat pukulan barusan, Syaila melangkahkan kaki meninggalkan barisan. Pelatih Januar mengasingkannya ke pojok lapangan. Tidak boleh mengikuti pelatihan bersama teman-teman yang lain.

"Kamu sadar gak kamu itu perwakilan yang mau maju ke nasional?!" bentak Pelatih Januar. Emosi laki-laki itu semakin terpancing saat Syaila hanya diam. "SADAR GAK?!!"

"Siap, sadar, Kak!" balas Syaila menguatkan hati dan tubuhnya yang sudah gemetaran.

"Kamu dan 3 teman yang lainnya itu harapan kami buat mewakili DKI, gimana kamu bisa berjuang di nasional kalo kemampuan kamu aja begini?? Kalah kamu sama anak SD!!"

HIPOTESISWhere stories live. Discover now