40 - Tuhan itu Adil

41.2K 6.9K 38.1K
                                    

NUNGGUIN JAM 2 YAA?😋😋 Ini chapter terpanjang selama 40 chapter Hipotesis, semoga bisa menyembuhkan kerinduan kalian💘

Absen dulu sesuai makanan kesukaan kalian yukk!🍔🍕🍟🫕🍰🍦🍭

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belomm??🤩

‼️38K COMMENTS & 10K VOTES FOR UPDATE🫶🏻🫶🏻  dan ramein comment tiap paragraf yaaa‼️

Siap spam vote dan penuhin tiap paragraf dengan spam comment kamuu? Kerja sama tembusin comment yaa!🥰💛

Btw, read this chapter with an open heart🤍

———

Tuhan itu adil, hanya cara implementasi dalam kehidupan manusianya saja yang beda-beda. Masalah manusia dan penyelesaiannya memang beragam, karena Tuhan sungguh sekreatif itu — Hipotesis

———

"SYAILA, Naufal minta maaf. Tak sampai hati sebenarnya Naufal ngomong begini. Maaf Naufal harus tinggalin Syaila jadi janda," ucap Naufal lewat telepon sendu.

"Kok minta maaf? Lagian kok jadi janda, sih?" tanya Syaila. "Suamimu lanjut ninggalin Syaila sendiri, ya jadi janda!"

Syaila tertawa mendengar gurauan Naufal yang sepertinya tak dianggap candaan oleh laki-laki itu, karena Naufal membicarakannya dengan nada serius. "Gak perlu minta maaf, Fal. Gak ada yang salah. Justru gue yang minta maaf, padahal kita udah janji bakal lolos dua-duanya," ucap Syaila memelan dengan senyum kecut.

Naufal menghembuskan napasnya. "Ah janji jadi Pasnas mah bisa ditoleransi, yang paling penting jangan sampai janji suci pernikahan kita nanti diingkari!"

"Dasar, Naufal!" balas Syaila berpura-pura galak. "Tapi tenang, bukan cuma Syaila yang menderita jadi janda, kan Naufal juga jadi duda. Meskipun Naufal beda tempat sama Syaila, hati Naufal gak akan mendua."

Syaila geli sendiri mengingat percakapannya dengan Naufal. Laki-laki itu merasa bersalah dan tidak enak karena lanjut ke tingkat nasional bersama pasangan perempuan lain, katanya seperti selingkuh.

"YEYYY UDAH SAMPE!! Cepet turun, Sya, Meiti udah gak kuat mau pipis!" seru Meiti heboh, ingin cepat-cepat keluar dari bus.

Syaila sudah kembali menjalani Pelatihan Tingkat Provinsi bersama Meiti, Intan, Agi, dan Fabian. Sejak akhir Bulan Juli, mereka tak lagi berlatih seminggu sekali di GOR Soemantri, melainkan berlatih tiap hari di Lapangan Eks IRTI Monumen Nasional dari jam 11.00 WIB-17.00 WIB.

Kembalinya Syaila tentu disambut dengan berbagai reaksi. Ada yang menghina, memojokkan, tapi ada juga yang memotivasi. Tentu Meiti, Intan, Agi, dan Fabian adalah garda terdepan yang menyambut Syaila dengan pelukan hangat. Rasanya jahat jika mengatakan mereka senang Syaila kembali, bukan karena mereka tak ingin Syaila berjuang di Nasional, hanya saja mereka sangat merindukan Syaila tahu!

Ya, mereka merindukan Naufal juga, sih. Sedikit.

Ingatan Syaila terputar kembali pada ucapan Agi ketika ekspresi murung sesekali masih tampak di wajahnya. "Udah jangan kecewa terus. Di tingkat DKI itu udah keren, Sya, gue aja gak lolos Seleksi Nasional. Lo kayak sedih banget jadinya di provinsi, lo ngeledek gue sama temen-temen yang lain atau gimana?" tanya laki-laki itu dengan usil, jelas membuat mata Syaila terbelalak.

Astaga, ia tidak pernah bermaksud seperti itu! Maka dengan cepat Syaila menepuk tangan Agi, membalasnya dengan gelagapan dan wajah tak enak. Ia tahu Agi sengaja menghibur, tapi Syaila mengidentifikasi lelucon Agi sebagai dark jokes.

HIPOTESISWhere stories live. Discover now