07. Pesona Laki-laki Jawa

24.5K 3.6K 3.4K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Bilih wantun nresnani ugi wantun kaliyan konsekuensinipun, duko punika dipuntampi utawi dipuntolak. Pramila, wigatos ngelibataken Gusti Allah supados kecewanipun mboten patos nyakitaken, amargi saestu menawi takdiripun mesthi langkung sae."

—Biantara Ghazi El-Fatih—

—Biantara Ghazi El-Fatih—

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"AYAAAAH..."

"BUNDAAA..."

"OPPAAA..."

"Kok nggak ngabarin sih kalau mau datang?" Zana sangat syok saat Zira tiba-tiba memberitahu kalau keluarganya menunggu di luar.

"Surprise..." Ayah, Bunda, dan Farzan kompak menjawab dengan senyum sumringah.

"Aaaa... gomawo sudah bikin aku senang hari ini. Ya walaupun kaget tiba-tiba Ayah, Bunda, dan Kak Farzan sudah di sini," bibir Zana manyun dengan senyum mengembang. Ia menyalami punggung tangan orang tua dan kembarannya itu bergantian. "Sebentar... sebentar, ini tiba-tiba datang memang karena aku atau cuma mampir? Ayah ada dinas?" tanyanya kemudian, menatap satu persatu wajah-wajah di depannya.

"Ayah ke sini memang ada urusan lain, tapi selebihnya karena kangen putri Ayah yang cantik ini," ujar Ayah Athar tersenyum pada putrinya. "Kalau dipresentasekan, urusan Ayah 30% sisanya 70% mau melepas rindu sama kamu," sambungnya membuat Zana meleleh sendiri. Ayah Athar bisa saja membuat Zana senyum-senyum sendiri.

"Ututuuu... so sweet sekali Ayah," goda Bunda Syafiya ikut tersenyum.

"Bunda, I love you!" Kemudian tanpa aba-aba Farzan mencium pipi bundanya yang tertutup cadar. "Farzan juga so sweet sama Bunda, kan?" Ia tak mau kalah.

Bunda Syafiya mengangguk sambil tersenyum. "Iya, so sweet," jawabnya membuat semua terkekeh.

"Ternyata benar, ya. Cinta pertama anak perempuan itu ayahnya dan cinta pertama anak laki-laki bundanya," ujar Zana senyum-senyum sendiri sambil memeluk lengan sang ayah.

"Bener dong," balas Farzan. Sementara Ayah Athar dan Bunda Syafiya saling menatap seraya ikut tersenyum, tanda setuju dengan perkataan Zana.

"Yaudah, kita berangkat sekarang, yuk! Aku sama Bunda, kamu sama Ayah. Oke, Na?" Farzan menoleh ke arah Zana sambil merangkul lengan Bundanya. Saat ini Farzan benar-benar bersikap manja pada bundanya, seolah tak ingat bahwa dia sudah menikah.

"Ayooo! Emang mobilnya di parkir di mana?" Zana sangat bersemangat. Rasanya pasti sangat seru berkeliling kota Malang bersama keluarganya. Hal yang tak pernah dibayangkan dalam benaknya sebelum ini.

"Di Gunung Bromo. Ayo jalan ke sana, jangan manja Zana..." Farzan sengaja usil.

Zana menatap tajam pada Farzan. "Jalan sendiri sana! Enak aja nyuruh-nyuruh," kesalnya.

Lentera HatiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon