08. Lamaran Dadakan?

27.9K 3.7K 3.8K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Saya tidak mencari perempuan yang sempurna, karena bahkan saya juga bukan laki-laki yang sempurna. Bagi saya kesempurnaan itu bukan dicari, tapi diciptakan. Jadi, nanti kita ciptakan kesempurnaan itu bersama. Kelebihan saya melengkapi kekuranganmu dan kelebihanmu melengkapi kekurangan saya."

—Biantara Ghazi El-Fatih—

Zana Sayang, jadi bagaimana jawabanmu atas lamaran Lettu Ghazi, Nak?" ulang Ayah Athar sambil beranjak menghampiri Zana dan merangkul pundak putrinya untuk kembali duduk bersama yang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zana Sayang, jadi bagaimana jawabanmu atas lamaran Lettu Ghazi, Nak?" ulang Ayah Athar sambil beranjak menghampiri Zana dan merangkul pundak putrinya untuk kembali duduk bersama yang lain.

Sementara Zana, gadis itu memilih tetap menunduk sambil memelintir ujung hijab segiempatnya, karena tak tau harus menjawab apa. Bagaimana tidak, yang ia dengar sebelumnya ini hanyalah tes, bukan lamaran yang sesungguhnya. Tapi mengapa tiba-tiba menjadi nyata seperti ini?

Astaghfirullah, aigooo... omoo... ottoke? Aku harus jawab apa? panik Zana sambil memejamkan matanya.

Zana sedikit mengangkat wajahnya, ia menoleh pada bundanya. Bunda Syafiya hanya mengangguk seraya tersenyum, begitupun dengan Farzan yang tampak tak kuasa menahan tawa.

"Nak?" Ayah Athar mengintip putrinya.

"Yah, bukannya ini cuma..."

Ayah Athar mengangguk. "Iya, mungkin awalnya Yuda hanya ingin mengetes Lettu Ghazi. Tapi Ayah anggap ini kesungguhan Lettu Ghazi untuk melamar kamu, karena sebenarnya Ayah sudah bertemu Lettu Ghazi dan dia meminta izin untuk melamar kamu. Bukankah kamu sudah menjawab iya, saat Lettu Ghazi mengatakan ingin bertemu Ayah?"

Deg!

Seketika pikiran Zana seolah membawanya pada kejadian beberapa saat lalu, saat Ghazi datang menemuinya di halaman sekolah. Sungguh ini diluar ekspektasi Zana. Ia pikir Ghazi tidak seberani itu untuk menemui ayahnya, tapi nyatanya Ghazi tidak bisa diremehkan.

"Maaf kalau saya menyela, tapi bagaimana kalau diulang saja. Tadi Zana tidak ada di sini, jadi terkesan aneh. Bagaimana, Thar?" usul Komandan Yuda.

Ayah Athar mengangguk. "Iya, sebaiknya diulang lagi ya, Ghazi. Silahkan," beliau mempersilahkan. "Tunggu, Ghazi benar-benar serius ingin melamar Zana, putri saya, kan?" Ayah Athar memastikan.

Ghazi mengangguk dengan perasaan campur aduk. "Izin... siap, benar, Komandan," jawabnya tanpa ragu.

Belum selesai menetralkan degup jantungnya setelah mengucapkan lamaran beberapa menit lalu, kini Ghazi dibuat kembali berdegup kencang karena harus mengulanginya. Terlebih ini adalah lamaran serius.

Kudu mulai saka ndi iki? Kok aku malih deg-degan? Bismillah, mesthi saged, Ghazi, batin Ghazi sambil berusaha mengatur napasnya sebelum mulai berbicara.

Lentera HatiWhere stories live. Discover now