Marwa

11.1K 890 42
                                    

Melihat kembali alam ibu Pertiwi menambah kesan tak ingin jauh. Ditambah hangatnya kebersamaan keluarga. Sesuatu yang indah yang selama ini jauh dari seorang Marwa Dewangga Linggar.

Sebuah villa, disewakan Dewa selama dua hari. Tidak terlalu besar tapi cukup berkesan.

Marwa meminta ibunya santai dengan sang ayah sedang ia yang menyiapkan semua keperluan. Mulai dari menu makan hingga rencana acara yang akan menambah kebersamaan dibantu adik-adiknya.

Satu malam telah dilewati keluarga Dewa di villa. Agenda dari Marwa yaitu mereka tidur satu kamar dengan orang tua. Marwa meminta ibu dan ayahnya menceritakan kisah pada saat mereka masih kecil.

Tawa nan bahagia merekah membuat degup haru bagi kedua orang tua itu. Mata Marsya berkilat bahagia. Anak gadisnya tidur satu ranjang dengannya, sedang Dewa harus melipir ke bawah tidur dengan tangan Marsya berada dalam genggamannya.

Raut Dewa tak kalah bahagia. Keluarganya telah berkumpul. Anak gadis sulungnya sudah besar. Buah cintanya bersama Marsya telah tumbuh dewasa.

Pagi kedua, keluarga Dewa mengunjungi taman yang berada tidak jauh dari villa. Melihat dari dekat puncak hijau adalah hal terindah setelah kebersamaan.

Dua hari di puncak dipergunakan dengan baik oleh Marwa. Ia tahu akan sesibuk apa dirinya ke depan. 

Merc Company dan pekerjaan utamanya adalah dua hal yang akan sangat menyita waktu.

Waktu yang diluangkan untuk keluarga memang tidak banyak, tapi usaha yang dilakukan Marwa mendapat apresiasi baik dari orang tua juga adik-adiknya.

"Agenda besok?" 

Marwa memberikan senyum terbaik untuk ibunya.

"Mengunjungi advokat." berpikir sejenak Marsya bertanya, "Lusa ke kantor, bisa?"

Marsya mengangguk. "Sambutan resmi?"

"Aku ngikut, Bu."

Tidak memaksa Marwa memegang kendali Merc Company. Kesepakatan Marsya dan Dewa siapapun bisa menjadi direktur, asalkan memenuhi syarat. Tidak harus dari keluarga utama. Kepada anak-anak Ayu, Marsya juga memberikan kesempatan.

Malam itu angkasa menemani malamnya Marwa. Redup tak begitu kelabu, ada satu dua bintang yang berjejer sesuai peredarannya.

Ada mimpi dan asa yang sedang dibentuk, bukan menunggu gemilang melainkan tengah melukis akan seindah apa bentang cemerlang dari seorang Marwa Dewangga Linggar.

Sebelum melangkah serius, Marwa telah memikirkan dengan matang. Jasanya sebagai pengacara tak bisa dipandang sebelah mata. Sejak awal masuk ke advokat, beberapa orang sudah menangkap siluet intesn dari sulungnya Dewa. Marwa datang untuk menyapa. Pertemuan dengan beberapa pengacara sudah masuk dalam list acara minggu pertama ia bekerja.

"Selamat datang ibu pengacara." suara seorang wanita saat membukakan pintu untuk Marwa. 

Marwa merangkul sahabatnya. Amelia, salah satu sahabat dekatnya yang baru melahirkan anak kedua 35 hari yang lalu. Pernah satu SMA dan satu-satunya sahabat yang tidak putus komunikasi dengannya.

Melangkah masuk beriringan dengan Amel, Marwa memperhatikan sekilas ruangan yang dilewatinya.

"Duduk dulu. Aku ambil anakku."

"Iya." rumah yang tidak terlalu besar tapi ditempati oleh beberapa orang. Keluarga Amel bisa dikatakan orang berkecukupan. Memiliki lima orang saudara.

"Sepi Mel. Ibu ke mana?"

"Anaknya mba Mela les. Ditungguin ibu sejam sebelum keluar. Bareng anak sulungku." Amel pangling melihat penampilan Marwa. "Wanita karir modelnya memang begini ya Wa?"

 SAMA AKU AJA Where stories live. Discover now