PROLOG

186K 4.5K 79
                                    

"Maaf sebelumnya. Saya tidak menyetujui ide ini."

"Siapa yang minta pendapatmu?"

Laki-laki yang masih berdiri di depan meja Marsya----atasannya---sama sekali tidak terkejut mendengar nada suara wanita itu.

"Saya hanya mengkonfirmasi." pria itu masih berbicara dengan formal dan sikap yang tenang.

"Dan, saya tidak butuh Konfirmasimu. Data yang saya butuhkan apa sudah siap?"

Tangan laki-laki itu terkepal, di sisi tubuhnya.

Dia menahan diri, menjaga emosinya di depan wanita yang dihormatinya sebagai atasan sekaligus kakak kekasihnya.

"Bu Marsya."

"Silahkan keluar, kalau tidak ada lagi kepentingan!"

Marsya berdiri, ia membelakangi pria itu, menyibak roal gorden ruangan kantornya. Melihat kendaraan ukuran mini dari lantai dua puluh lima ruangannya, melintasi jalanan yang mirip lorong tikus di matanya.

Tidak lama, suara pintu tertutup menusuk rungunya.

Marsya menghela nafas.

Bukan lega, tapi sesuatu yang membebaninya.

Keputusan yang berat di ambil demi semua orang.

Percayalah.

Ini bukan tentang sebuah perasaan atau romansa receh.

Tapi...

...ini tentang Marsya, sulung Gallio Diraja yang memperjuangkan hak orang banyak.

Bip

Marsya membuka gawainya, mendapatkan sebuah pesan dari sang Raja, pernikahan akan dilaksanakan bulan depan.

Dan, sesuatu baru saja akan dimulainya. Hingga, akhir yang tak pernah tertebak.

21.08.2019

Ry____

 SAMA AKU AJA Where stories live. Discover now