01 - Pertemuan pertama

10.1K 756 31
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

Seorang remaja dengan pakaian serba hitam kini berdiri di depan gerbang hunian milik seseorang yang ia yakini sebagai Ayah biologisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Seorang remaja dengan pakaian serba hitam kini berdiri di depan gerbang hunian milik seseorang yang ia yakini sebagai Ayah biologisnya.

Beberapa kali kepalanya menunduk lalu mendongak memastikan bahwa alamat yang tertulis di atas kertas yang ia bawa tidak salah. Pasalnya bukan hal mudah untuk bisa sampai di sini.

Ada banyak usaha dan pertaruhan nyawa yang ia korbankan. Untuk anak 17 tahun, perjuangan hidupnya bukan main-main.

Untuk itu ia melangkah maju, mengintip dari celah gerbang yang berdiri kokoh dihadapannya. Menemukan sebuah bangunan mewah yang luasnya tak terkira.

Masih belum selesai matanya meneliti setiap sudut ditempat itu, tiba-tiba seorang lelaki berbadan tegap muncul menghalangi.

"Cari siapa?"

Jesher tak bergerak sama sekali, hanya matanya yang naik menatap sosok itu dengan penuh tanya.

"Ini bener 'kan Pak alamatnya?" Secarik kertas lusuh Jesher sodorkan melalui celah gerbang. Lalu ia diam menunggu lelaki itu memeriksanya.

"Kamu siapa?" Tanya lelaki tadi dengan nada sedikit lebih tinggi. Kedua alisnya bertaut merasa familiar dengan wajah anak dihadapannya.

"Saya Jesher. Itu alamat Ayah saya dari Ibu saya," jawabnya dengan polos. Lalu ia kembali memastikan. "Bener 'kan Pak alamatnya?"

Tapi bukannya menjawab, lelaki jangkung itu malah menatapnya penuh selidik hingga bisa menyadari bahwa garis wajah itu sangat mirip dengan Bosnya. Lalu tak lama ia akhirnya bersuara dengan datar. "Tunggu di sini sampai Pak Tarendra pulang. Saya tidak diizinkan untuk membawa masuk orang tidak dikenal."

Jesher mengangguk dan menjauh. Ia memilih duduk lesehan di ujung gerbang yang cukup teduh. Menunggu entah sampai kapan untuk bertemu seseorang yang bahkan tidak tahu bahwa dia hidup di dunia ini.

Sementara itu, di tengah kepadatan lalu lintas ibu kota, Tarendra memilih membaca buku untuk mengisi waktu luangnya setelah memerintahkan sang sopir untuk berkendara dengan pelan.

Sayangnya, suasana hening di dalam mobil tak bertahan lama karena sahutan Dirga dari balik kemudi.

"Pak, Benny bilang ada anak muda nunggu di rumah. Katanya anak Bapak."

"Apa?" Tarendra langsung menutup bukunya dengan keras.

"Katanya dia dapat alamat dari Ibunya," lanjut Dirga yang masih fokus dengan kegiatan menyetirnya.

STRANGERWhere stories live. Discover now