17 - hari sial

7.2K 888 169
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

******

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

******

Satya menghentikan motornya tepat sebelum mencapai pintu masuk salah satu pom bensin yang kini cukup ramai. Setelah membuka helm, ia turun dengan buru-buru.

"Jangan lama! Entar gue tinggalin!"

Lelaki dengan jaket trucker itu hanya mengangguk lalu kemudian berlari terbirit-birit menuju toilet saat hasrat buang air besarnya sudah tak tertahan. Detik itu sebenarnya Satya sedang berpacu dengan waktu, keringat sudah mengalir deras juga wajahnya terlihat memerah.

Sementara Jesher yang masih nyaman bertengger di jok motor malah asik tertawa terbahak menyaksikan penderitaan sahabatnya sendiri.

Omong-omong hari ini Jesher dan Satya akhirnya memiliki waktu berdua untuk berkeliling kota, mereka berencana untuk mengunjungi beberapa tempat yang sedang populer belakang ini, dan sekarang mereka berniat ke pusat perbelanjaan, membeli ponsel baru untuk Jesher setelah sekian lama bertahan dengan HP jadulnya.

Begitu banyak kendaraan berlalu lalang melewati motor Satya yang terparkir ditepi jalan dan Jesher hanya termenung sendiri melihat semua itu. Walau berlalu dengan cepat, mata elangnya masih bisa menangkap bermacam-macam wajah dari pengendara yang melintas, mulai yang bermuka masam sampai tersenyum ceria.

Dan diantara semua orang yang tertangkap pandangannya, ada satu yang sangat menarik perhatian. Wajah yang tidak pernah sedikit pun terlupakan walau sudah 8 tahun tak bertemu.

Jesher terhenyak, namun di dalam sana jantungnya berdebar tak karuan. Pikirannya mendadak kosong, hingga detik yang berjalan setelahnya menyadarkan remaja itu.

Barulah Jesher bergerak, segera menyalakan motor dan tanpa pikir panjang mengejar mobil yang Ibunya kendarai.

Dalam usahanya menggapai wanita itu, Jesher berperang dengan dirinya sendiri menahan gejolak dalam dada untuk segera mendekap sang Ibu. Renata, yang dulu terpaksa menyerahkan dirinya sebagai jaminan pinjaman yang jumlahnya sangat besar, mungkin tidak pernah mengira bahwa putra kecilnya yang saat itu hanya bisa menangis mampu bertahan hidup diantara orang-orang keji disekitarnya.

Dari lubuk hati yang terdalam, Jesher hanya mengharapkan sebuah pelukan atau sekedar kata syukur dari mulut Renata saat melihatnya nanti. Setelah 8 tahun penderitaan yang coba ia pendam sendiri, jatuh bangun sampai memaksa hatinya mati rasa dan membuang sisi kemanusiannya hanya untuk bisa hidup dihari itu.

Jika bisa Jesher ingin mengadu, betapa berat hidup yang dijalani setelah Renata melepasnya, betapa sakitnya ia menahan kerinduan yang begitu berat dan betapa putus asanya ia sampai sempat berniat mengakhiri hidupnya sendiri.

STRANGERWhere stories live. Discover now