22 - menyesal kan?

8.3K 1K 148
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Ruangan bernuansa putih menjadi satu hal yang kini memenuhi pandangan Tarendra. Tubuhnya lantas berputar, memindai keadaan disekelilingnya yang begitu hampa.

"Ayah!"

Tiba-tiba saja teriakan Jesher terdengar, memaksa lelaki itu untuk mencari sumber suara hingga berakhir di sudut ruangan. Suara Jesher terdengar semakin jelas dari balik tembok pucat tersebut.

"Ayah!"

"Jesh!" Panggil Tarendra balik mulai memukuli dinding putih dihadapannya. Kedua tangan itu terus meraba, mencoba mencari celah yang mungkin tak tertangkap oleh mata.

Namun percuma, ia tetap tidak bisa menemukan apa-apa. Kemana pun ia pergi tembok itu selalu hadir menghalangi, membuatnya tak bisa melihat keadaan sang anak yang terus-menerus memanggilnya.

"Ayah!"

"Jesh Ayah di sini!" Sekarang Tarendra beralih menggunakan bahunya, mendobrak dinding keras itu dengan usaha yang ia tahu akan sia-sia. Kendati demikian, Tarendra juga tidak bisa berdiam diri tanpa usaha, apapun akan ia coba, akan ia lakukan untuk mencari jalan keluar dari tempat tidak masuk akal ini.

Disaat ia mulai frustasi, suara Jesher lagi-lagi terdengar, kali ini dengan isak tangis yang membuat Tarendra semakin geram. Ada desakan dalam dirinya untuk segera menemukan Jesher, menenangkan anak itu dan menyingkirkan hal yang mengganggunya. Semua perasaan-perasaan itu tidak bisa lagi ditampik, nyata adanya dan Tarendra tak akan berkelit.

"Ayah, tolong."

Pilu tangisan remaja itu terdengar begitu nyaring masuk menggetarkan hati. Namun sekeras apapun Tarendra berusaha, tidak ada celah yang bisa dibuat untuk menghancurkan penghalang diantara mereka.

"Ayah dimana?"

"Jesh, Ayah di sini!" Semakin brutal Tarendra melayangkan tinjunya, tanpa peduli bahwa tangan itu sudah mulai meninggalkan bercak darah dipermukaan tembok yang semula bersih.

Perasaannya semakin tak tenang saat suara anak itu perlahan menjauh hingga tak lagi terdengar.

"Jesh! JESHER!" Desir takut memenuhi dadanya menyadari bahwa Jesher mungkin telah meninggalkan tempat itu. Sementara dia masih saja terkurung tanpa menemukan jalan keluar.

"JANGAN TINGGALIN AYAH!" Detik itu Tarendra tanpa sadar melepas ego yang selama ini menahan. Membuatnya menutup mata dan hati bahwa ia sebenarnya sangat menginginkan kehadiran Jesher dan tak ingin anak itu pergi darinya.

STRANGERWhere stories live. Discover now