ML - 12

176K 11K 6.4K
                                    

2.000 kata nih bab ini! Kalo gk rame aku mau kumpulin kerikil sampek satu milyar dulu baru update 😭😭😭🫰🏻🫰🏻😭😭😭

Ada tantangan nih uhuk! Kalo Instagram Jaleo bisa 1.000 followers besok, selama 2 hari aku akan update terus alias 2kali update. Tergiur gak? 🤤🤤

Ig : @redjaleo
@aloisiatherin

Part ini 3K vote dan 3K komen yak sayang!

Ngacung kalo ngen Aleale ☝🏻☝🏻☝🏻

Ngacung kalo ngen Aleale ☝🏻☝🏻☝🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bye! Kuliah yang bener." Jaleo mempatpat puncak kepala Nacia, yang baru saja melepas sabuk pengaman.

Hubungan mereka jauh lebih baik seminggu belakangan ini. Nacia yang mulai luluh, Jaleo yang semakin gencar untuk membuat Nacia jatuh hati. Meskipun tidak ada perubahan spesifik, tapi bagaimana Nacia yang tidak menghindarinya itu menjadi sebuah perubahan besar bagi Jaleo.

"Ih! Rambut gue berantakan tau, Kak!" Seru Nacia. Dia mengambil kaca kecil di dalam tasnya, lalu merapikan rambutnya lagi.

Jaleo langsung menjulurkan tangannya untuk merapikan rambut Nacia, "hehe, sorry," kekeh Jaleo sembari ia mengatur rambut Nacia.

Nacia diam, membiarkan Jaleo merapikan rambutnya, sampai Jaleo menjawil dagu Nacia, "dah cantik banget nih bini sachet gue."

"Heh! Enak aja dibilang sachet! Nggak liat apa gue udah segede gini!" Protes Nacia sembari dia melotot pada Jaleo. Tangannya tak ragu untuk menonjok lengan Jaleo.

"Loh? Iya ta? Bukannya lo sekecil sachet susu Dancow ya? Mini banget? Tingginya aja sepentil gue." Ledek Jaleo sambil ia menjulurkan lidahnya.

Sedari dulu, Jaleo gemar sekali menggoda Nacia. Mengatakan cebol, mini, bocil, dan yang terakhir adalah bini sachet. Memang bagi Jaleo, Nacia itu sekecil itu. Sangat kecil. Bahkan tingginya hanya sebatas dada Jaleo. Membuat Jaleo harus menunduk sepenuhnya ketika Nacia berada tepat di depannya.

"Udah sana masuk. Ntar dosennya keburu masuk." Jaleo menjulurkan tangannya ke depan Nacia, yang sialnya hanya dibalas dengan serngitan alis oleh Nacia.

"Apa?"

"Salim? Suami salim sama istri?" Nada suara Jaleo bukan memerintah, melainkan seperti bertanya.

Nacia menjabat tangan Jaleo. Ia menempelkan punggung tangan Jaleo ke dahinya, namun setelah itu bukannya keluar, Nacia malah mengantungkan tangannya di depan wajah Jaleo.

"Sangu dong, suami.." Nacia mengedip-kedipkan matanya gemas.

Jaleo menipiskan bibirnya sembari ia merogoh dompet di saku celananya. Dia mengambil satu kartu kreditnya untuk Nacia. "Nih, bawa aja."

Nacia membolak balik kartu itu, "buat gue ya?"

Jaleo menganggukkan kepalanya. "Iyaa, buat lo. Buat jajan, buat kebutuhan lo."

Midnight LoveWhere stories live. Discover now