Chapter 6 - Keputusan

321 23 0
                                    

Shabrina membuka instagram untuk mencari-cari informasi tentang Ridho. Akhirnya dia temukan akun instagram Ridho yang kebetulan sedang melakukan live di instagram bersama banyak rekan-rekannya di timnas

"Ges, Ridho udah lama jomblo ges, ada yang mau daftar gak? Ini langsung isi daftarnya. Nanti linknya aku taruh di komen ya ges. Isi aja pakai google form" kata salah satunya
"Lambemu, Han. Nguawuurrrr" jawab Ridho dengan logat yang sangat Suroboyoan sekali

Shabrina membaca komentarnya satu per satu, ada seseorang yang menulis nama mantan pacar Ridho, segera ia cari nama akunnya di instagram. Tidak dia temukan berita apapun di akun instagram mantan pacarnya. Shabrina beralih menuju ke tab explore. Sampai akhirnya ada potongan video mantan pacarnya ketika live di instagram yang menyebutkan bahwa dia dan Ridho sudah putus. Ternyata mantan pacar Ridho adalah seorang selebgram sekaligus model yang cukup terkenal di Surabaya, sayangnya Shabrina tidak mengenalinya sama sekali

Hatinya menghangat mengetahui Ridho sedang sendiri saat ini. Sepertinya Shabrina harus mengumpulkan keberanian untuk menunjukkan rasa ketertarikannya kepada Ridho nanti ketika sudah berada di timnas. Kali ini, Shabrina harus memperjuangkan cinta dan impiannya. Dia mulai belajar lebih giat dengan harapan bisa diterima bekerja disana

** ** ** ** **

Dengan gemetar Shabrina membuka pengumuman penerimaan dokter PSSI yang dikirim via email. Dia lulus menjadi satu-satunya kandidat dokter di PSSI periode ini. Shabrina langsung bersujud syukur. Selangkah lagi dia akan berhasil menemui Ridho. Bahkan dia tidak membayangkan akan lulus sejak awal mendaftar melihat persaingan yang begitu ketat. Dari awal ada 23 kandidat pendaftar, setelah tes akademik tersaring menjadi 14, kemudian setelah psikotes tersaring menjadi 6 orang, dan kemudian dalam tahap wawancara tersisa Shabrina yang diterima. Sekarang dia akan mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal ini pada Papanya.

Shabrina mendengar suara mobil Papa masuk ke garasi. Dia keluar dari kamar dan menunggu di ruang keluarga

"Pa" panggilnya begitu melihat Papa masuk
"Kenapa?"
"Aku pengen ngobrol sama Papa boleh? Sebentar aja kok"
"Tumben" jawab Papa pada Shabrina

Ya memang Shabrina tidak pernah ngobrol dengan Papa kecuali Papa yang minta. Itupun hanya seperlunya saja

"30 menit lagi di ruang baca" jawab Papa
"Iya, Pa"

Shabrina kembali ke kamar. Mengumpulkan keberaniannya yang sebenarnya sudah mulai menciut semenjak mendengar jawaban dingin dari Papa. Tapi tidak ada salahnya mencoba. Kalau belum dicoba kan belum tahu apa selanjutnya yang terjadi. Daripada menerka-nerka, mending dicoba saja. Shabrina memutuskan untuk menunggu Papa di ruang baca. Tidak begitu lama pintu dibuka. Ada Papa diikuti Mama di belakangnya. Mama duduk di samping Shabrina dan Papa seperti biasa duduk di kursi kerjanya

"Mau ngomong apa?" tanya Papa langsung pada intinya
"Kemarin aku dapet tawaran dari kepala puskesmas, Pa. Beliau punya kolega di PSSI yang lagi butuh dokter umum disana"
"Sepakbola?" tanya Papa
"Iya, Pa. Aku tertarik sama tawarannya. Aku pengen ngambil tawarannya"
"Kan udah Papa siapin klinik. Kenapa harus jauh-jauh?"
"Nyari pengalaman, Pa. Aku udah ikut tahapan tesnya dan udah lolos semua seleksi. Aku diberi waktu 2 hari untuk bales email persetujuannya. Untuk masalah gaji aku sudah setuju, mengenai hak dan kewajiban aku juga gak keberatan. Tinggal restu dari Mama dan Papa aja"

Papa tertawa kecil. Papa menyandarkan punggung ke kursinya. Jari jarinya mulai mengetuk2 meja

"Coba kamu kasih alasan logis kenapa tertarik, kalo cuma pengalaman dan gaji jawabnya, Papa akan bilang enggak. Papa membangun klinik itu, membesarkan klinik itu untuk kamu. Biar masa depanmu lebih terjamin, kenapa harus nyari pengalaman jauh2 kalo di klinik Papa aja bisab. . Tenang, meskipun kamu kerja di klinik Papa, kamu tetep dapet gaji bulanan. Hitung-hitung buat uang jajan kamu diluar jatah bulanan dari Papa"

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Where stories live. Discover now