0.3

3 1 0
                                    

"Kurang satu, Nan."

Kalimat itu terlontar dari bibir Ranu, sang empunya tubuh jangkung yang sedang cemberut menatapi ponselnya. Singkat, namun berhasil mengalihkan perhatian Ginan dari laptopnya. Ia menghentikan tayangan ulang salah satu pertandingan e-sport dan menatap Ranu heran. "Apanya?"

"Pesenan usda akuuuu!" Ranu mengerang. Ia setengah melempar ponselnya ke sofa, lalu menangkupkan wajah di kedua telapak tangan seolah-olah ia begitu menderita.

Melihatnya, Ginan cuma menggelengkan kepala tanpa memberikan respon lebih lanjut.

"Kamu gak berempati banget sama temen?" ujar Ranu, nadanya penuh kekecewaan dan rasa tak percaya.

"Kurang berempati apa? Hampir tiap usdamu aku pesen ya!" Ginan membalas tak terima. "Duit aku tuh, sebagian udah kayak hak milik usda kamu yang gak habis-habis!"

Ranu kembali memberengut. Kini ia terkulai lemas di atas sofa. Tubuhnya jangkung untuk sofa tersebut, sehingga kakinya menggelantung di tepi sofa. Di belakang punggungnya, tirai jendela terbuka lebar. Menunjukkan langit sore yang terlihat lebih gelap lantaran awan mendung.

"Mau balik kapan? Udah mau ujan kayaknya," tanya Ginan.

"Kamu ngusir aku?" balas Ranu dengan nada manja yang dibuat-buat.

Ginan mendecak. "Aduh, terserah kamu," jawabnya malas. Ginan menekan tombol space di laptopnya, lantas kembali menaruh fokus kepada siaran ulang yang jauh lebih menarik daripada Ranu saat ini.

Sementara itu Ranu masih termenung, terkulai lemas di atas sofa. Sejujurnya, ia benar-benar kalut. Ranu sedang mengikuti dua kepanitiaan yang sedang berjalan, dan masing-masing kepanitiaan memiliki program usaha dananya sendiri. Kurang lebih begini, setiap anggota panitia mesti menjual barang atau makanan yang sudah ditentukan dengan minimal pembelian. Tujuannya untuk mengumpulkan keuntungan yang bisa menambah dana kegiatan mereka. Kalau tidak memenuhi minimal pembelian, maka anggota kepanitiaan ini mesti membayar sejumlah denda, supaya mau bagaimanapun, kepanitiaan akan tetap mendapat laba.

Konsep yang menyebalkan ya? Bayangkan harus kerja keras untuk mengadakan suatu acara. Alih-alih dibayar, sepanjang prosesnya justru uang merekalah yang terkuras.

Kembali lagi, Ranu kini sedang menjalani dua kepanitiaan sekaligus. Artinya, ia belakangan banyak-banyak menalangi denda kala minimal pembelian tak berhasil ia capai. Masalahnya, ini sudah mendekati akhir bulan. Jika ia mesti membayar denda lagi, Ranu cuma punya dua pilihan: berutang sampai bapak mengirimnya uang bulanan, atau mengurangi kebutuhan makan sehari-harinya. Ranu juga kadang membeli dagangannya sendiri untuk mencapai target minimal, tapi kali ini keuangannya benar-benar sedang di ujung tanduk.

Di antara siaran ulang yang sedang berlangsung seru, sesekali Ginan menengadah, menatap Ranu yang tampaknya benar-benar kalut. Ranu itu banyak omong, meski kadang kualitas pembicaraannya itu minim. Tapi kalau ia sudah bengong seperti ini, berarti Ranu benar-benar kehabisan isi kepalanya. Mungkin, cowok itu syok. Ini pertama kalinya Ranu mengikuti dua kepanitiaan sekaligus dan mesti menanggung beban finansial karenanya. Biasanya, saat cuma mengikuti satu acara, persoalan denda ini tak begitu jadi masalah. Kalau dua, ternyata, bikin pusing juga...

Sialnya, Ginan jadi makin merasa kasihan. Ia mendecak, lagi-lagi mem-pause tontonannya, lalu melempar Ranu dengan bungkus rokok yang sudah kosong. "Gak usah sedih gitu, ah!"

"Orang tuh kalo temennya sedih, dihibur, Nan. Bukan dimarahin," jawab Ranu, memelas, lengkap dengan bibir yang manyun.

"Ya udah aku mesti bantu gimana? Apa aja asal bukan bantu beli."

Ranu terdiam sesaat, menatap langit-langit ruang tamu kontrakan Ginan seolah di sana tersembunyi suatu ide.

"Kubantu share, deh, sini. Barangkali di kontak aku ada yang mau beli. Tapi gak janji apa-apa ya," Ginan justru menawarkan ide terlebih dahulu. Rasanya itu cara termudah untuk membantu sekarang. Risiko paling besar yang kemungkinan diterimanya adalah orang-orang bisa saja berpikir kalau Ginan juga bagian dari kepanitiaan tersebut. Tapi itu bukan masalah besar, Ginan tinggal menjawab kalau ia cuma membantu teman, lalu perkara selesai.

rendezvous of twoحيث تعيش القصص. اكتشف الآن