0.5

6 0 0
                                    

Mencari topik skripsi bukanlah perkara mudah. Entah karena penelitian itu memang sulit, atau tuntutan di depan mata ketika dirinya sudah menjadi 'mahasiswa tingkat akhir' yang mulai ditanya-tanya perihal skripsi dan wisuda.

Ginan menggaruk kepalanya, ia frustrasi. Matanya lelah menatapi layar laptop yang tengah membuka repositori digital kampusnya. Ia berniat melihat-lihat arsip tugas akhir senior-seniornya dulu, barangkali ada topik yang menarik dan bisa jadi ide, tapi sejauh ini progresnya masih nol. Ginan sama sekali tidak tahu harus meneliti soal apa. Sejujurnya, ia bahkan tidak mau meneliti apapun!

Lelaki itu memijit pangkal hidungnya. Heran, padahal kalau menonton pertandingan e-sport atau main game berjam-jam, matanya tak selelah ini. Tapi begitu buka tugas, rasanya ia kepingin buru-buru mematikan laptopnya lagi.

Sebagai pembelaan, Ginan sudah hampir dua jam di sini. Di lantai lima perpustakaan kampusnya, di mana meja-meja panjang dengan stop kontak berjejer bagi mahasiswa yang mau numpang mengerjakan tugas. Dua jam itu bukan waktu yang sebentar, jadi sudah sewajarnya Ginan beristirahat. Maka pemuda itu mengecek jam digital pada pojok kanan bawah layar laptopnya. Belum ada jam sebelas, ternyata.

Ginan menutup laptopnya dan menjinjing gawai tersebut sampai ke loker di mana tasnya tersimpan. Ia menuruni tangga ke lantai tiga di mana puluhan rak buku berdiri tegap, menyimpan rapi buku-buku yang dibagi per genre. Ini masih terlalu pagi untuk makan siang, jadi Ginan akan berlama-lama sedikit di sini sambil menunggu perutnya lapar.

Ia melihat-lihat rak sastra dan fiksi. Ada banyak buku di sana, mulai dari buku yang baru rilis akhir-akhir ini, sampai buku jadul hardcover yang sudah lapuk dan tak berjudul. Ginan kadang iseng membukanya, buku-buku jadul tak berjudul itu. Isinya macam-macam, kadang puisi, kadang kumpulan cerita, kadang naskah drama, bahkan auto-biografi. Ada sesuatu tentang buku tua yang Ginan senangi. Harum kertas tua yang sudah menguning, tinta yang mulai mengabur, coretan tangan pembaca sebelumnya, kertas peminjaman di bagian belakang buku yang tak lagi terpakai–sebab transaksi peminjaman buku sekarang sudah sepenuhnya dicatat secara daring, bukan lagi menggunakan kartu peminjaman yang perlu dicap.

Sayang sekali. Memang, sih, mempermudah pekerjaan para pustakawan. Namun Ginan rindu transaksi peminjaman yang seperti itu. Kebetulan ia sempat mengalami waktu SD. Ginan akan menuliskan nama dan kelasnya pada kartu peminjaman, lalu memberikannya pada pustakawan sekolah yang berjaga, lengkap dengan kartu anggota perpustakaannya yang sudah penuh cap lantaran keseringan meminjam. Ginan suka melihat pustakawan sekolahnya menekan-nekan cap ke bantalan penuh tinta, lalu suara 'duk' yang terdengar ketika beliau mengecap kartunya keras-keras. Kemudian muncullah sederetan tanggal di kartu itu, berupa tinta ungu yang sedikit beleber ke sisi-sisinya.

Entahlah, mungkin gara-gara itu juga Ginan betah berlama-lama di toko Pak Ndut. Ada kesan lawas yang ia rindukan dan bisa ditemukannya di sana. Buku-buku tua, bersama pemilik toko yang sama tuanya, menghabiskan waktu dengan merokok sampai paru-parunya tak lagi mampu berfungsi normal. Ah, Ginan sudah lama tak mampir ke Pak Ndut. Bagaimana dengan Alam ya? Apakah anak itu sempat mampir akhir-akhir ini? Ginan dan Alam belum mengobrol lagi sejak terakhir makan siang bersama.

"Nan?"

Bayang-bayang Ginan soal Pak Ndut dan Alam buyar ketika namanya dipanggil. Ia menoleh, mendapati seorang perempuan menatapinya balik.

"Oh, halo," jawab Ginan kikuk. Ia tak menyangka bakal tiba-tiba bertemu Jan. Perempuan itu cuma mengangguk dan tersenyum, kemudian mengalihkan pandangannya ke rak buku. Tangannya menyelipkan sebuah buku kembali ke tempatnya–sebuah buku biru yang begitu familiar di mata Ginan.

"Gadis Kretek," ia menyebutkan, "baru selesai baca?"

Jan menggeleng. "Udah pernah baca. Cuma baru sekali ini lihat buku cetaknya di perpus."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

rendezvous of twoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang