57. Takdir yang Rumit

1.1K 191 84
                                    

***

7000++ Maaf sangat panjang dan membosankan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


7000++
Maaf sangat panjang dan membosankan.

***

Keesokan harinya tepat pukul tujuh pagi, seharusnya para bapak-bapak sudah berkumpul di depan rumah Gavin karena rencananya mereka akan menggunakan mobil Gavin pergi ke Subang. Tapi rupanya tidak ada satupun yang datang, sampai-sampai si pemilik mobil berdecih kesal. "Bener kata Om Bima, percaya mereka rukun iman ada tujuh." Omel Gavin sambil mengelap kaca mobilnya. "Katanya setengah lima, boro-boro jam segini aja belum nongol."

Awalnya yang akan berangkat hanya Narendra dan Zidan saja. Tapi yang lain ingin ikut juga karena alasannya kapan lagi mereka bisa jalan bareng kalau bukan di moment itu, karena sudah yang kita tahu kalau mereka sudah jadi bapak-bapak yanv riweuh sama urusan rumah tangga masing-masing. Dan diputuskanlah pakai satu mobil saja, yaitu mobil milik Gavin. Sebenarnya ide ini di inisiasi oleh Ravi yang ngebet banget pengen coba mobil baru Gavin dari awal mobil itu ada. Fyi aja mobil baru itu adalah mobil yang di hadiahkan oleh mertuanya.

Dari tujuh bapak-bapak itu, hanya Fabian yang menolak ikut. Alasanya karena ada urusan bersama Vania. Tapi entahlah. Betulan ada urusan atau memang masih enggan kembali bergabung karena pasti bersinggungan dengan Narendra. Padahal Narendra sendiri tidak masalah sama sekali kalau Fabian mau ikut juga. Mereka kan sudah dewasa, masa berantem harus tipe berantem ala anak SD?

Niatnya yang akan pertama menyetir adalah jelas pasti si pemilik mobil, dan backingannya Narendra yang semalam kalah guting kertas batu.

Ya apapun masalah untuk mereka, guting kertas batu adalah solusi diatas solusi yang terbaik. Karena menurut mereka itu adalah keputusan yang sangat fair. Beda cerita kalau solusinya adu game, pasti mereka bakal gelut karena ada Ravi dan Aji yang paling cupu soal main game tapi selalu merasa di dzolimi padahal emang gak jago aja, ada juga Zidan dan Danindra yang jago main game tapi jago curang nya juga, dan ada pula kaum-kaum seru-seruan aja seperti Narendra, Fabian dan Gavin yang kalau mau menang ya syukur, kalau kalah ya gwaenchana. Sesimple itu.

"Bayi ikut bayi??" Sapa Gavin saat Narendra datang ke depan rumah nya sambil menggendong Luna yang baru bangun tidur.  "Emaknya mana Ren? Tumben lo yang pegang."

"Masih buat sarapan, bang. Mau ditinggal malah kejer pengen ikut. Tapi bentar lagi Yasmine nyusul sih sebelum kita otw. Eh ini belum pada kumpul? Masa baru gue doang?" Narendra menoleh ke arah rumah teman-teman nya. Seolah mencari keberadaan mereka.

Sedangkan Gavin yang sudah dongkol hanya mendengus kecil. "Tau tuh pada jam karet semua. Mana yang punya acaranya juga belum nongol."

"Gue kira gue yang paling telat anjir, di bangunin Yasmine langsung buru-buru ganti baju, untungnya subuh tadi gue dah mandi." Sahut Narendra pelan.

"Ajen gak ngambek kan lo tinggal?"

Narendra menggeleng, "Belum bangun dia. Tapi semalem gue udah bilang mau pergi sama lo pada, anaknya sih iya-iya aja. Tapi bentar, ini Gavriel gak pengen ikut kan?"

Pengabdi Istri (The Series)Where stories live. Discover now