83

2.4K 254 46
                                    

Waktu libur keluarga telah usai, lebih tepatnya karena terpaksa. Terpaksa harus berakhir dengan tiba tiba. Tadinya sesuai janji Mas, laki laki itu akan membawa keluarga kecilnya liburan di kampung halaman istrinya selama satu minggu. Tapi, tiba tiba beberapa hari yang lalu ketika mereka masih di Korea, lebih tepatnya tengah mengunjungi istana kerajaan zaman Dinasti Joseon, Bapak menelfonnya dan memintanya segera kembali karena ada jadwal Bapak yang bentrok, mau nggak mau Mas harus turun tangan dan harus mengawal kegiatan Bapak di beberapa negara di timur tengah.

Bahkan saat itu juga mereka harus pulang. Ketika Vanessa dan anak anaknya tengah bercosplay menggunakan pakaian tradisional Hanbok dan menjadi penduduk zaman dahulu.

Vanessa tidak bisa mengamuk bahkan protes. Saat itu, ketika Kakek menelfon suaminya, ia ingin sekali merebut ponsel Mas dan mengomel kepada Kakeknya karena sudah menganggu waktu libur keluarganya. Alasannya karena tidak bisa digantikan asisten ajudan dan Mas tidak bisa menolak apalagi protes, walaupun ia tengah berlibur dengan cucu kesayangannya.

Sudah tiga hari Mas meninggalkan Vanessa dan kedua anaknya. Berkali kali Mas meminta maaf kepada istrinya dan kedua anaknya karena liburan mereka harus terpotong dengan tiba tiba.

Mas sadar telah membuat istrinya kecewa, apalagi ketika Vanessa sedang menikmati waktunya di kampung halamannya, ketika istrinya itu sedang beradaptasi dengan keluarga besarnya. Saat perjalanan kembali pulang, raut wajah Vanessa sangat sedih.

Istrinya itu bahkan lebih banyak diam karena pasti sangat kesal ketika lagi senang senangnya dan bahagia bersama suami dan anak anaknya, ditambah para sepupunya dan keluarga besar lainnya yang juga excited mengajak keluarga kecilnya mengelilingi dan memperkenalkan budaya Korea.

Namun tiba tiba dipaksa pulang tanpa bisa berdebat. Vanessa harus apa jika yang dilawannya adalah Kakeknya sendiri?

Mas mengakui dirinya salah, makanya selama tiga hari di Timur Tengah, sebisa mungkin Mas mengirim istrinya pesan dan melakukan panggilan video call. Menanyai keadaan Vanessa dan kedua anaknya yang sudah mulai mengerti jika pekerjaan Papanya itu akan sering meninggalkan mereka.

Bahkan Rafa yang biasanya tidak menangis dan tantrum, kemarin merengek meminta Papanya itu secepatnya pulang hingga Vanessa sedikit kesulitan menenangkannya.

Lagi dan lagi Mas merasa bersalah. Namun, Vanessa selalu mengerti dan memahaminya. Ia bahkan berusaha menjelaskan ke anak anaknya alasan Papanya itu sering keluar dan jarang di rumah.

Apalagi kepada Naira, sosok yang selalu menempel dengan Mas 24/7 itu selalu tantrum dan mengamuk setiap harinya mencari keberadaan Papanya. Sudah tiga hari ini Mas tidak memeluk Rafa dan Naira setiap mereka bangun tidur.

Setelah menyelesaikan pekerjaan beberapa hari ini di luar negeri, rombongan Bapak tiba di Indonesia pukul setengah dua pagi. Setelah mengantar Bapak ke kediamannya di Hambalang, Mas langsung meminta izin untuk pulang karena sepertinya Vanessa menunggunya pulang.

Selama perjalanan di tol, Mas merasa kepalanya sangat pusing dan pandangannya kabur. Rasanya sakit sekali hingga tadinya ia berpikir untuk beristirahat di rest area, tapi perjalanannya sudah tanggung dan sedikit lagi sampai.

Ia tidak tega membiarkan Vanessa menunggunya terlalu lama, apalagi istrinya itu ada jadwal operasi pagi nanti.

Dengan kepala yang sudah terasa semakin berat, matanya yang mulai terasa perih, Mas tetap berusaha untuk terjaga.

Untunglah tidak terjadi apa apa di jalan. Mas tiba di rumah dengan selamat dan baik baik saja. Kepalanya sudah semakin berat, rasanya seperti dihantam batu besar yang menghantam kepalanya dengan sangat keras.

"Mas.." Sahut istrinya yang terlihat khawatir karena memang selama perjalanan tadi, Mas sengaja tidak mengangkat telfon Vanessa yang berkali kali berdering karena takut istrinya itu semakin khawatir.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now