11th Day : Kalah

2.4K 168 11
                                    


Aku tidak tahu apa yang merasuki diriku, tapi aku ingin Naruto kalah. Bukan artian kalah dalam perlombaan ataupun pelajaran, tapi kalah dalam perasaannya. Perasaan untuk mendapatkan Sakura, aku ingin sekali Naruto menghilangkan rasa itu padanya. Aku juga tahu, di mata Sakura, Naruto sudah kalah dari Sasuke. Aku tahu kalau aku ini memang jahat. Tapi, aku menginginkan Sakura yang mengatakannya.

Bahwa Naruto sudah kalah, tidak usah menaruh hati lagi padanya. Singkirkan perasaan itu, karena kekalahan sudah ada didepan mata.

◐ 26 Days : Koi of Love ◐

"Pagi-pagi sudah bengong," Hanabi yang tidak sengaja melihat kakaknya yang sedang bengong di ruang tamu, kini mendekati Hinata. Masa pagi-pagi seperti ini, sudah ada orang rumah yang bengong. Kebiasaan sih, ia menggoyang-goyangkan tangannya pelan tepat didepan wajah Hinata.

Niatnya sih untuk menyadarkan Hinata dari lamunannya, tapi tidak ada respon dari Hinata. Jadi Hanabi menuju dapur untuk melaksanakan taktik kedua, apa taktiknya? Ia mengambil wajan penggorengan dan sendok sayur yang terbuat dari stenlistil. Kemudian ia menuju pada Hinata kembali, ia akan memulai taktiknya. Tanpa ancang-ancang, langsung saja ia memulai atraksi marching band dengan alat seadanya.

PRANG! PRANG! PRANG!

"Kebakaran, kebakaran, kebakaran." dengan nada datarnya, Hanabi berkata sebuah hal yang palsu, kebakaran. Tidak lupa mengadu kekuatan antara wajan dengan sendok sayur tersebut sehingga terkesan benar-benar ada peringatan sedang terjadinya kebakaran.

Mungkin saja, kalau tadi cara Hanabi menyadarkan Hinata dengan teriakan, dan ada orang luar yang mendengarnya, pasti akan ada kejadian yang menghebohkan. Orang-orang yang berada didalam rumah akan lari berhamburan keluar rumah karena mendengar teriakan itu.

Sempat tidak respon dari Hinata, sampai-sampai Hanabi menghentikan gerakannya. Masa suara seperti tadi juga tidak didengar sih? Hanabi sampai bingung mau melakukan apa lagi untuk menyadarkan Hinata. Sepuluh detik menunggu, tik tok tik tok. Waktu terus berjalan dan akhirnya, "Apa? Kebakaran!?" teriak Hinata dengan kerasnya. Mungkin saja teriakan ini telah membangunkan warga-warga yang tertidur dengan lelapnya.

"Air! Air!?"

PRANG! Kali ini Hanabi tepat memukul wajan dan sendok sayur itu didepan mata Hinata. Bagi kalian para adik yang baik, jangan ikuti tingkah laku Hanabi yang tadi ya.

"Itu cuma lelucuan Kak Hina," kata Hanabi datar.

Hinata yang sudah mulai terkendali kini terduduk lemas di sofa. "Hanabi, lain kali jangan seperti itu lagi ya." katanya dan menghela nafasnya.

Hanabi hanya mengangguk dan kembali ke dapur untuk mengembalikan alat-alat memasak yang tadi digunakan olehnya. Lagian siapa suruh bengong di saat ada Hanabi, sudah pasti tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hinata yang melihat Hanabi masuk ke dapur kini berpikir, "Aku bengong lagi ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Mungkin saja kalau ada Naruto disana, ia akan langsung kasih tahu berapa lama Hinata bengong dan dimulailah candaan yang dibuat olehnya. Benar-benar ya. Pikirannya sudah dipenuhi oleh sosok Naruto. Tapi, kenapa dirinya jadi sejahat ini? Menginginkan Naruto menyerah dalam masalah percintaannya. Menginginkan Naruto kalah, kalah dalam perlombaannya merebut hati Sakura. Hinata tahu kalau Naruto menyukai Sakura, dan Hinata juga tahu kalau Sakura itu sudah milik Sasuke. Naruto pun tahu itu, tapi kenapa Naruto tidak menyerah saja?

"Haa." Hinata kembali menghela nafasnya, tanpa menyadari kalau Hanabi telah datang kembali.

Hanabi melompat dan duduk di samping Hinata, "Kak, dengar ya. Katanya, kalau orang jadi lebih sering menghela nafas, itu tandanya dia sedang jatuh cinta." jelas Hanabi sambil mengangkat jari telunjuk tangan kanannya. Pengetahuan ini baru saja didapat oleh Hanabi dari komik serial cantik yang kemarin baru ia beli.

26 Days : Koi of Love [COMPLETED] [PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang