IV. Play, Rewind, and Repeat

164K 2.9K 35
                                    

Ethan duduk di bangku taman tepat di seberang gedung pencakar langit kediamannya menikmati udara malam yang hangat. Matanya sesekali melirik ke atas, ke salah satu apartemen yang berada tepat di bawah miliknya yang masih terlihat gelap hingga sekarang, jelas pemilik apartemen tersebut belum pulang.

Ia tidak tahu apa yang sebenarnya dilakukannya sekarang. Tadi sore, ia sempat mampir ke apartemen Brittany berniat untuk bercengkrama namun wanita itu tidak ada. Ia pikir professornya itu tidak mau membukakan pintu untuknya dan menghindarinya. Bukan hal aneh mengingat bagaimana ia telah memperlakukan Brittany dan menikmati setiap detiknya.

Setelah mengetuk dan menekan bel pintu selama beberapa saat, Ethan baru berpikir apakah dosennya itu pergi lagi? Ia bahkan repot-repot turun ke basement dimana Brittany memarkirkan mobilnya tadi dan ternyata memang kendaraan roda empat tersebut sudah tidak ada lagi di sana.

Ethan berasumsi bahwa Brittany tidak akan pergi lama dan kembali ke apartemennya sendiri untuk menunggu. Setelah dua jam berlalu, ia kembali turun untuk mengecek apakah wanita itu sudah kembali dan ternyata belum. Merasa kesal karena Brittany tidak ada di rumahnya, Ethan lalu memutuskan untuk menunggu wanita itu.

Taman yang terletak tepat di seberang kediaman mereka menjadi lokasi yang cocok untuk Ethan dalam menunggu Brittany, karena semua kendaraan yang menuju ke apartemen mereka pasti akan melewati taman tersebut. Jadi, jika Brittany pulang, Ethan pasti akan tahu.

Ethan sudah menunggu selama 30 menit di posisinya ini ketika mobil sedan berwarna silver yang tidak asing melesat melewatinya. Ia dapat melihat Brittany yang berdandan cantik duduk di balik kemudi dan kemudian tersenyum. Ethan tahu senyumannya pasti terlihat seperti senyuman hidung belang.

Dengan santai ia bangkit dari posisinya dan merenggangkan tubuh, layaknya seekor singa yang akan menerkam mangsanya. Ethan juga membasahi kedua bibirnya yang kering dengan perlahan dan berjalan kembali ke apartemennya dengan langkah cepat.

Tepat ketika ia masuk ke dalam lobby, ia bergegas mendekati lift di sana. Matanya dengan lincah melihat layar digital kecil di atas pintu lift yang menunjukkan lantai dimana lift tersebut berada. Dengan sabar ia menunggu lift yang bergerak naik dari basement menuju atas karena Ethan tahu Brittany menaiki lift tersebut lalu menekan tombol lift.

Suara dentingan lift membuat seringai Ethan semakin lebar. Ia dapat melihat Brittany yang berdiri tegak di dalam lift ketika pintu terbuka. Dengan langkah yakin, Ethan masuk dan berdiri merapat ke tubuh wanita itu.

"Apa yang-," ucapan Brittany terpotong ketika Ethan menghimpit tubuhnya ke dinding yang dingin.

"Hello, Professor," sapa Ethan dengan suara yang rendah.

Brittany terbelak menerima kedekatan pria itu di depannya. Dengan heels yang dikenakannya, tinggi tubuh mereka hampir sejajar dan Brittany tidak dapat menghindar dari wajah Ethan yang berjarak dekat.

Ethan menangkap suara cekatan halus yang keluar dari bibir Brittany. Wanita itu menahan hapasnya dan berdiri kaku menempel pada dinding, berusaha untuk mengambil jarak sejauh mungkin dari tubuh kekar Ethan. Usahanya sudah pasti sia-sia karena Ethan tidak meninggalkan celah seinci pun diantara mereka.

"Jangan tegang begitu, Profesor," gumam Ethan rendah. Tangan pria itu naik membelai sisi wajah Brittany dan turun menelusuri rahang dan leher jenjangnya. "Bernapaslah dengan normal dan rileks."

Ucapan Ethan hanya membuat Brittany semakin menahan napasnya. Wanita itu menatap bibir Ethan yang begitu dekat dengannya dan tanpa sadar menjilat bibirnya sendiri. Apakah pria ini akan menciumnya lagi?

"Simpan pikiran nakal anda, Profesor," geram Ethan tersenyum membaca ekspresi Brittany. "Anda tentu tidak ingin aku lepas kendali dengan kamera CCTV yang menyala, bukan?"

My Naughty Boy [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now