Ungkapan 2 -Kagum-

19 6 3
                                    

   Dear someone,
   Inget gak pertama kali kita kenalan? Iya, diacara live music di kafe a'. Kamu dengan mahirnya memetik gitar dan melantunkan sebuah lagu romantis yang ku yakin hasil permintaan pengunjung.

   Kamu belum mengenalku, aku sudah mengenalmu. Ya jelas, karena kamu kakak kelas yang populer. Hanya anak baru masuk yang belum tau tentang dirimu.

   Parasmu tampan, tubuhmu tegap, tutur katamu halus pada perempuan, namun tidak semua karena kamu beranggap jika diperlakukan lebih halus kamu akan disangka pemberi harapan palsu. Namun sikap cuek mu justru menjadi daya pikat bagi kaum hawa, terutama diriku.

   Pemenang lomba sains, pemenang lomba band bersama kru tentunya, pemenang olim. Basket, apa lagi? Banyak. Intinya pemenang hatiku juga.

   Kamu gak pernah melirikku, namun aku selalu memperhatikanmu. Tenang saja aku bukan penguntit. Mungkin terlihat seperti itu. Tapi aku tau batasan.

   Kembali ke kafe. Kamu tau? Aku sangat sangat gugup saat temanku mengangkat tangan kananku sebagai tanda ingin meminta lagu dan dirimu yang meresponnya. Antara senang dan ingin pingsan yang kurasa. Akhirnya yang ku sebut lagu yang mendukung perasaanku padamu, dewa 19 - pupus.

   Teman mu yang bermain bass menggodaku dan bertanya "buat siapa itu lagunya hayo" dan kujawab "buat orang yang gak punya rasa sama kayak aku kak" disitu kulihat tatapanmu, tatapan yang sulit diartikan, tatapan yang membuatku berpikir apa kamu tau perasaanku padamu.

   Teman mu yang bermain bass turun dari panggung kecil didepan kearah ku dan membisikan sesuatu yang membuatku terkejut. Sungguh. Dan aku menuruti permintaannya. Saat ia kembali dan membisikannya padamu selaku vokalis, raut wajahmu terlihat terkejut namun langsung mengangguk. Sebenarnya aku malu untuk menurutinya. Karena aku harus bernyanyi sendiri dibagian reff.

   "Baru kusadari, cintaku bertepuk sebelah tangan. Kau buat remuk s'luruh hatiku" lirik yang cukup menggambarkan kecewanya penantian seorang diri. Tatapan itu kau berikan lagi kepadaku. Tatapan sendu.

   Jam tampilmu telah usai sesuai kesepakatan. Aku dan temanku menutuskan untuk segera meninggalkan kafe, karena aku malu jika berpapasan denganmu. Sangat malu walau aku tidak tau alasan jelasnya.

   Temanku menbawa mobil dan aku bersamanya. Baru sampai parkiran kamu memanggil namaku, dan hal itu sukses membuat tubuhku menegang. Pasalnya kamu seharusnya tidak tau namaku.

   Kalau di ingat, ini adalah kejadian lucu. Dimana kamu sudah menanggil namaku namun kamu malah mengajakku kenalan. Disitu kulihat teman temanmu memukul dahinya sendiri. Sungguh ingin tertawa melihatnya. Kita pun berkenalan, aku berkenalan seolah tidak mengenalmu dan kamu juga begitu. Tidak ada raut terkejut diwajahmu ketika ku ucapkan nama sekolahku, sekolah kita. Karena setauku kamu tidak perduli dengan siswi sekolah. Dan lagi, aku tidak memiliki apapun untuk dikenal luas.

   Kita semakin akrab disekolah, membuat siswi manapun iri kepadaku. Kenapa? Karena kamu primadona disekolah.

   Setelah semakin akrab, kita sering pergi bersama, main bersama, pulang bersama. Sungguh aku sangat bahagia, karena hal ini membuatku merasa perasaanku terbalaskan.

   Namun disatu waktu saat kita di kafe ada wanita yang menghampirimu, maksudku menghampiri kita. Kamu mengenal dia sangat baik, itu yang terlihat. Dan wanita tersebut mengatakan bahwa dia calonmu, yang membuatku lebih kecewa lagi kamu tidak keberatan disebut begitu, bahkan pipi mu sempat merah. Dan akhirnya dirimu mengenalkan diriku padanya. Betapa sakit hatiku ketika kamu mengatakan aku adalah "sahabat".

   Senyum. Itu yang kulakukan dengan bumbu kepalsuan. Selama 2 jam kita disini bersama wanita itu, dan selama itu juga aku hanya senyum, angguk, bergumam, melengkapi obrolan yang kalian lakukan.

   Aku memutuskan untuk pulang. Karena aku takut tidak sanggup disana. Kamu menawarkan pulang bersama yang tentunya ku tolak. Ku bilang aku sudah memesan taksi, dan wajahmu berseri dan kembali berbincang dengan wanita tersebut.

   2 hari aku memutuskan untuk tidak berdekatan lagi denganmu. Dan sepertinya kamu tidak keberatan. Setelah 4 hari kudengar kabar bahwa dirimu berpacaran dengan wanita tersebut. Sakit hatiku semakin jadi, air mata tak tertahankan. Untuk apa sikap manis selama ini jika hanya untuk dihancurkan?

   Sudah lebih dari sebulan rasa sakitku tak kunjung hilang saat bertemu denganmu. Aku mencoba terbiasa walaupun menyiksa.

   2 bulan berlalu, perasaan sakitku sedikit berkurang. Teman bass mu menghampiriku dan mengajakku untuk melihat pertunjukan kalian di kafe yang sama saat itu. Kafe kenangan untukku. Akupun menyanggupi permintaannya, karena kunjungan ke kafe tersebut akan menjadi akhir segalanya. Karena orang tuaku dipindah tugas di pulau sebrang. Setidaknya hal itu bisa membantuku melupakanmu.

   Sesampainya dikafe aku tidak menemukan kekasihmu dimanapun. Hanya pengunjung biasa. Pemain bass tersenyum penuh arti padaku namun aku tidak tau apa maksudnya.

   Andra - Sempurna.

   Itu lagu yang kamu mainkan untuk penutupan. Dari alunan gitar yang dilantunkan kamu tidak melepaskan pandangan dariku. Apa maksudnya? Sungguh aku tidak mengerti.

   "Janganlah kau tinggalkan diriku, tak kan mampu menghadapi semua. Hanya bersama mu ku akan bisa.

   Kamu menyampirkan gitarmu kepunggungmu, melangkahkan kakimu kedekatku.

   Kau adalah darahku, kau adalah jantungku, kau adalah hidupku lengkapi diriku. Oh sayangku kau begitu sempurna"

   Kamu berlutut didepanku dan menggenggam tanganku. Bukan senang yang kurasa. Perih. Sakit.

   Kamu mengungkapkan perasaanmu padaku. Kamu mengatakan bahwa kamu sudah memperhatikan ku jauh sebelum hari dimana kita berkenalan diparkiran kafe ini. Pengakuanmu justru menambah luka ku. Kamu tidak memberitahu alasan kenapa kamu berpacaran saat kamu tau aku memiliki perasaan padamu. Itu yang membuatku sakit. Kini aku paham, mungkin aku hanya obat pereda sakitmu.

   "Katakanlah aku bodoh, kak. Kamu tahu perasaanku bukan? Aku yakin kakak tau sejak kita akrab karena aku pernah jujur akan hal itu. Kamu hanya membalas dengan senyum membuatku berpikir mungkin perasaanmu tidak sama. Hingga akhirnya kakak jadian dengan perempuan waktu itu yang bertemu kita di kafe ini. Sakit sekali. Aku yakin lagu yang ku pinta saat itu memang nyata adanya. Luka yang kakak beri sudah cukup menjelaskan bahwa aku hanya bisa kagum dengan sejuta kelebihan yang kakak miliki. Aku sayang sama kakak namun sekarang jauh lebih baik disebut kagum. Aku gak mau hanya jadi obat pereda sakitmu setelah putus. Bukannya ingin egois. Tapi disini akan terlihat siapa yang jauh lebih egois. Aku atau kakak? Aku sudah mengubur perasaanku cukup dalam. Tolong jangan digali lagi. Aku pergi jauh tolong jangan dicari. Terimakasih untuk 5 bulan bersama dengan sebutan sahabat. Aku sudah cukup bahagia. Aku bahagia bisa kenal dan akrab dengan kakak. Permisi" ucapku dan meninggalkan kafe ini. Ku lihat kamu masih dengan posisi sama. Kaget? Mungkin saja.

   Sudah 3 bulan aku berada dipulau sebrang dan masih memperhatikanmu melalui media sosial. Semoga kamu baik baik saja.

Salam hangat,

Dari seorang yang mencintaimu dalam diam.

FEELINGSWhere stories live. Discover now