Ungkapan 3 -Perjuangan-

6 6 1
                                    

   Aku bukanlah penikmat kopi hitam sepertimu, bahkan dark chocolate yang sering kau anjurkan tidak pernah ku sentuh. Kau tahu alasannya kan? Tentu saja, karena setiap aku menolak untuk mencicipinya kau selalu bertanya "Kenapa?" Karena mereka memiliki rasa pahit, walaupun membuat siapapun ingin mencobanya lagi ditambah dengan khasiatnya, PAHIT adalah alasanku menolak setiap sisi positif yang mereka miliki.

   Namun entah mengapa usahamu untuk selalu mencekokannya kemulutku hingga masuk kedalam lambungku membuahkan hasil. Ya, aku menyukainya. Walaupun pahit sangat mengecap dilidahku, tapi candu bagiku.

   Bagaikan kopi hitam dan dark chocolate, begitulah aku mengenalmu dan bisa dekat denganmu.

  Saat-saat dimana aku yang terbilang introvert dan hanya mau bersosialisasi dimedia sosial dan hanya mau bercengkrama dengan buku gubahan terjemahan lama diperpustakaan, buku pelajaran maupun novel terkini. Berhubungan secara langsung dengan orang-orang hanya dilakukan jika hal itu penting. Paling tidak suka berbasa-basi seperti orang orang lain lakukan. Yang ku bingungkan adalah topik pembahasannya. Apa yang harus ku lakukan jika tidak memiliki pembicaraan lagi? pura pura pergi ke toilet lalu pergi dalam diam? atau pura-pura pingsan? Entahlah, aku akan dianggap semakin gila jika melakukannya.

   Sampai akhirnya, diperpustakaan sekolah. Tempat favoritku adalah meja panjang terbuat dari kayu mahoni dipojok ruangan perpustakaan yang luas dengan sofa sebagai bangkunya. Dengan novel terjemahan karya Jojo Moyes dengan halaman sekitar 600-an dengan cerita tentang Will yang mengalami kecelakaan dan cedera tulang punggung yang membuatnya lumpuh dan seorang wanita berumur 20-an bernama Louisa yang memiliki karakter yang terbilang ajaib dimodel busana mendapat pekerjaan sebagai pengurusnya selama 6 bulan, kisah cinta dengan pengorbanan dan perjuangan walaupun pada akhirnya Will memutuskan untuk pergi ke dignitas untuk mengakhiri hidup tanpa kehendaknya tersebut, Me Before You (judul Novel tersebut).

   Kau datang sambil menggenggam rubik ditangan kananmu dan komik jepang yang sekilas ku lihat berjudul Shigatsu wa kimi no Uso dan duduk dihadapanku dan tersenyum sekilas melihatku. 

   Mejanya tidak tinggi namun tidak rendah, namun kita bisa meletakan kepala diatas sana tanpa harus terlalu membungkuk maupun terlalu tegak.

   Kau meletakan Komik tersebut terbalik berharap agar halaman tidak berubah dan mengambil rubik yang kau taruh dimeja hadapanmu dan memainkannya. Aku melihatnya sempat mengernyit. Apakah sebegitu membosankan komik tersebut sehingga ia mengalihkan perhatiannya kepada kotak dengan sembilan warna disatu sisi dan 5 sisi lainnya.

  "Gue gak bosen sama komiknya, tapi lagi di pusat keseruan. Belum siap merinding buat baca jadi gue baca komik" Itulah penjelasanmu saat dirimu sadar ditatap aneh oleh diriku. Akupun terkesiap dan kembali memusatkan perhatianku ke novel terjemahan yang berada ditanganku.

   Kau meletakan rubik yang belum rapih tersebut kembali ke meja dan mengambil komik tersebut, tak ada 10 menit kau membaca kau sudah membaliknya lagi dan mengambil rubikmu kembali. Aku berusaha tak peduli dan tetap membaca novel terjemahanku,  dimana Louisa Clark mengajak Will kearena pacuan kuda untuk bertaruh manakah kuda yang menang.

   "Menurut lo jauhan mana matahari sama kuping lo?" Ucap dirimu yang belum ku kenal sambil berkutat dengan rumus rubik yang sedari kau putar kanan kiri. Aku menatapmu dalam diam dan bingung, haruskah dijawab?-batinku. Kaupun menghentikan gerakan tanganmu dan menatapku dengan alis terangkat satu seakan menyuruhku untuk segera menjawab.

   "Matahari" Ucapku singkat namun masih memandang kearah matamu. Entah mengapa jawabanku justru mengundang tawamu. Mungkin kau mengerti dengan tatapanku yang semakin bingung dan berdeham untuk meredakan tawamu sendiri.

   "Emang lo bisa liat kuping lo sendiri?" Tanya-nya membuatku terkesiap dan melotot kaget karahnya mengundang tawa yang semakin kencang hingga tertegur oleh penjaga perpustakaan yang terbilang "galak". Aku hanya terkekeh mengenai pertanyaan baliknya tadi dan mengenai dirimu yang ditegur.

   Kesan pertama yang konyol namun tak akan bisa kulupakan. Diperpustakan, dibatasi meja mahoni dengan sofa empuk, komik yang terbalik , suara rubik yang diputar-putar serta novel termejahan yang tebal adalah saksi bisu perkenalan ini.

   Kau tidak lupakan bahwa aku Introvert? Namun entah mengapa, mengobrol bersamamu akan senyaman yang tak pernah terlintas dipikiran. Aku yang tau kau senang mengoleksi action figur anime yang cukup terkenal seperti Naruto, Bleach sampai Detective Conan, dan koleksi rahasiamu adalah action figur Hatsune Miku dengan rambut twintail berwarna biru kehijauan dengan baju sedikit vulgar menurutku, aku tahu karena aku sudah cukup sering main kerumahmu dan sering disuruh untuk membangunkanmu oleh ibumu karena kau sangat malas menyambut pagi. Hal yang lucu adalah saat aku iseng membuka laci belajarmu dengan Hatsune Miku didalamnya dan kau yang masih asik memejamkan mata seketika langsung melompat.

   "Please jangan kasih tau emak, nanti gue dilibas" Ucapmu yang membuatku tertawa terbahak-bahak. Akupun mengancammu untuk segera bersiap dalam 15 menit atau aku beritahu tentang Action Figur  vulgar yang kutemukan, dan wajahmu hanya pasrah menerima keadaan semakin membuatku terbahak.

   Dan pada suatu hari kau datang kerumahku dan membuka kamarku disaat aku asik menonton Sailor Moon dan menyenandungkan ostnya yang berjudul Ookina Huru Tokei. Dan kau tertawa terbahak-bahak diambang pintu kamarku. "Udah gede woy, tontonan masih bocah" Ucapmu disela tawamu. Aku hanya bisa menutupi wajahku yang merah dan segera mematikan televisiku tanpa mematikan DVD Player terlebih dahulu. Entah resiko apa yang terjadi jika aku melakukan hal seperti itu.

   Sudah lama menjalin status sebagai sahabat, perasaan asing menelusup kedada. Aku yakin aku menyukaimu namun tidak mau mengambil resiko dimana aku dan dirimu harus terpisah karena canggung. Namun tak diduga kau menyatakan perasaanmu padaku. Aku sangat senang!

   Kita menyatukan hal yang tidak kita sukai, dan disitulah kau bilang kau penggemar kopi hitam dan Dark Chocolate dan menyuruhku untuk mencicipinya, tidak. Bahkan mengkonsumsinya. Alasanku justru semakin membuatmu usil mencengkokan minuman dan makanan tersebut kemulutku. "Pahit bukanlah alasan untuk berhenti" Ucapmu saat aku telah menelan habis hal itu semua.

   Ya, pahit bukanlah alasan untuk berhenti. Bahkan disaat aku melihatmu akrab dengan wanita lain malah membuat kata-katamu semakin berputar dikepalaku.

   Aku hanya tersenyum saat melihat hal itu lagi, namun tak lama kau menjelaskan hal itu kepadaku dan tidak mau ada kata pisah. Kau dekat karena ada tugas yang mengikat. Jadi aku coba untuk terbiasa. Dan ya syukurlah kau tidak lagi dengannya.

   Dan disaat aku diantar pulang oleh senior SMA. Kau yang cemburu hebat. Namun aku bersyukur penjelasanku masih mau masuk kedalam telinga dan otakmu.

   Sekali lagi, Pahit bukanlah alasan untuk berhenti. Dan kita melakukannya.

   Segala lika-liku hubungan telah dilewati dan kini cincin yang mengikat hubungan kita sebagai tunangan menegaskan kepada siapapun untuk tidak menjadi pengacau.

   Terimakasih sudah mau berjuang, terimakasih karena telah mengenalkanku kepada hal pahit yang tidak selamanya menjadi hal yang memuakan.

   Tertanda,

   Seorang yang mengetahui Action Figur vulgar milikmu.


FEELINGSWhere stories live. Discover now