A First-Sight Miracle

11 0 0
                                    

Aku masih serius menyalin tugas Thermodinamika ketika ia menyandarkan bahunya ke dinding. Menatap langit luas, seluas pikiran yang baru saja terbuka.

"Ann,"sapanya lebih mirip gumaman. Aku membalas dengan gumaman pula.

"Sepertinya aku kena karma deh?"

Aku mengernyit. Sekilas aku meliriknya. Aku tak tau apa yang sebenarnya ia pandang dari langit. Awan yang menggelayut ingin jatuh kah, atau burung yang sesekali menyaoa?

"Karma untuk?"tanyaku akhirnya. Salinanku sudah selesai. Aku hanya perlu membereskan alat tulis yang berantakan di atas meja.

"Karena aku tidak percaya love at the first sight."

Aku mengernyit. "Kemarin pertama kalinya aku penasaran dengan orang yang aku temui untuk pertama kali. Aku dapat semua data dia, mulai dari nama, alamat kos, instagram bahkan ID Line. Padahal kami tidak pernah kenalan." Lalu ia tersenyum menampilkan gigi-gigi kelincinya.

"Bakat stalkingmu mengerikan."

Ia terkekeh kecil. "Senyumnya tidak bisa dilupakan." Ia menoleh ke arahku sambil tersenyum.

"Apa dia tampan?" Ia menggeleng.

"Manis?" Ia menggeleng.

"Mirip mas Indra?" Ia menggeleng lagi.

Nah.

"Kalau dia tampan dan mempesona, aku punya alasan kenapa aku bisa sefanatik itu dengannya. Dia benar-benar biasa, wajahnya sangat manusiawi. Tidak seperti mas Indra yang memang tampan tanpa usaha. Prestasi? Aku bahkan tidak tau menahu kehidupannya."

"Love at first sight?"tanyaku langsung tanpa basa-basi.

Ia menggeleng. "Not yet. Incidental crush, maybe."

"Asal lebih banyak kasih dampak positifnya sih, lanjutin aja sukanya. Nggak ada yang melarang kok."

"Tidak pernah ada yang sia-sia dari setiap pertemuan kan?"katanya.

"Memangnya pelajaran apa yang bisa ambil darinya?"

"Setidaknya dia membuatku percaya pada keajaiban. Kalau dengan dia saja aku bisa merasa sebahagia ini, bagaimana jika Tuhan memerintahkan semesta untuk berkonspirasi mempertemukan dengan orang yang benar-benar tepat. Love at first sight may be real, someday." Ia memberi jeda.

"Terkadang tidak butuh alasan untuk mencintai. Pada orang yang tepat, cinta itu bisa tumbuh dengan sangat mudah. Tak perlu dipupuk dengan harapan muluk. Tak perlu wajah tampan atau cantik, kaya atau miskin, disengaja atau tidak, selama mengikuti garis skenarioNya cinta itu bisa hadir bahkan ketika belum sempat terbiasa,"lanjutnya

"Lalu witing tresna jalaran saka kulina yang kamu agung-agungkan selama ini bagaimana?"

"Tidak ada yang berubah tentang itu. Aku tidak mau mengingkari rasa nyaman dengannya masih ada, namun aku percaya keajaiban bisa saja muncul begitu saja."

Aku tersenyum mendengarnya. Ia telah berhasil berdamai dengan kenyataan dan membuka hatinya kembali untuk orang lain.

"Yuk pulang,"ucapnya. Lalu kami berjalan menjauh dari balkon perpustakaan menuju sebuah cerita baru yang akan memberi sebuah pelajaran.

SootheWhere stories live. Discover now