BU GURU (bagian tiga)

159 0 0
                                    

Laura Marni telah lulus Sekolah Pendikan Guru.

"Mar rene nduk simbok sama bapak mau ngomong."suatu sore sehabis magrib mbok Tum memanggilnya.

"Ya mbok,ada apa?"Marni datang sambil membawa tiga gelas kopi di nampan.

"Kowe kan sudah lulus,terus sekarang bagaimana?"tanya pak Wongso.

"Apa kamu menikah wae,kan kamu sering didatangi joko joko kuwi?"timpal mbok Tum.

"simbok sama bapak khawatir,kamu ini perempuan."

"Jejaka jejaka mana to mbok,orang itu teman teman karangtaruna."sahut Marni.

Memang sejak lulus Marni aktif di karangtaruna.

Ia cukup dihargai oleh teman teman dan perangkat desa.

Anak mbok Tum yang penjual krupuk lulusan SPG dianggap punya kelebihan,bahkan ia jadi wakil ketua.

"Gini lho mbok,pak,Marni mau mendaftar jadi guru dulu,sementara Marni mau cari biayanya."

Marni tidak ingin menyia nyiakan hasil pendidikan gurunya.

"Pak Parlan,mbok saya diikutkan sukuan/ guru bantu di sekolahan pak Parlan."suatu ketika Marni mendatangi pak Suparlan tetangganya yang jadi guru di desa lain.

"Kamu lulus sudah berapa tahun to Mar?" "Setahun pak."

"hem yo bener Mar,kamu harus tetep melatih diri,nanti kelamaan lupa ngadepin murid itung sambil belajar."

"Inggih pak."

"Ya sudah nanti aku ngomong ke kepala sekolah biar nanti didatakan di dinaskependidikan juga kalau memang diijinkan.

Marni akhirnya mulai juga sebagai seorang guru meski guru bantu.

"Mbak sepedanya kenapa?"tanya seorang pemuda ketika melihat Marni menuntun ontelnya.

"Bannya kempes mas."

"sini mbak biar saya tambah anginnya."

Setiap pagi berangkat dan pulang mengajar Marni selalu naik onthel sejauh kurang lebih tujuh kilo.

Atau sesekali di ajak pak Parlan naik motor jika pak Parlan pulangnya gak ada keperluan.

"Mbak sampean itu rumahnya mana dan kerja apa kok tiap hari kayaknya lewat sini?"tanya pemuda itu.

"Ini mas saya sukuan mengajar di SD desa sebelah desa ini."

"O begitu,kok gak seragam to mbak."

"Namanya juga sukuan mas ya belum dapat seragam."

Dua tahun Marni manjadi guru bantu.Pulang pergi naik ontel,dua tahun kemudian ia berhent jadi guru sukuan karena ia menikah dengan Jasman.

Jasman sebenarnya tetangga satu rt tapi ia jarang di rumah,ia ikut saudaranya di Jakarta.Ketika saudara saudaranya memutuskan bahwa ia harus menetap di kampung merawat orangtuanya,maka iapun pulang. Marni ikut di rumah suaminya membantu suaminya mengurus sawah sawah mertuanya yang memang luas.

Setahun berumahtangga Jasman dan Marni dikaruniai anak laki laki. Dari sini mulai ada konflik antara Marni dan mertua perempuannya.

Ada saja kelakuan mertuanya yang membuat sedih hati Marni.

"O.,dasar lonthe!"teriak mertuanya,ketika Marni dipanggil tidak datang.

Marni sebenarnya sudah menyahut:

"Ia Yung,sebentar masih nyusui Wasis."

Toh mertuanya tak ambil peduli.Marnipun menangis dalam kamar.

"Sana minggat minggat to kono,dasar anakke wong kere!"kata kata yang sering dilontarkan pada Marni.

Tahun tahun yang menyedihkan Marni.Anaknya masih berumur tujuh bulan.

"Guru guru tai asu,guru apa?!"jawab mertuanya,ketika suatu kali Marni meminta ijin Jasman untuk mengajar sukuan lagi dan itu disampaikan pada biyung Sumi mertuanya.

"Guru bayaran sitheng aja dibelani,mbok matun matun kono!"

Ya namanya guru sukuan,waktu itu gaji Marni tujubelasribu,itupun sumbangan para guru lainnya.Kadang lebih kadang bisa tak sampai segitu.

Marni benar benar sedih dan tak tahan,keinginan mengajar lagi untuk menghilangkan strespun kandas.

"Ada apa nduk Mar?"tanya simbok Tum,ketika waktu magrib Marni datang kerumah sambil menggendong Wasis yang berumur tujuh bulan.

"Magrib magrib anak kecil jangan diajak keluar,banyak sawan."pak Wongso menasehati.

Marni sudah tak sanggup menjawab,ia menuju sentong kemudian menidurkan Wasis sambil terisak. Kedua orangtua Marni maklum dan menyadari keadaan itu.

"Ya sudah,sabar nduk ini cobaan rumah tangga."hibur mbok Tum sambil mengelus kepala Marni.

"La suamimu tahu apa tidak kamu ke sini?" Marni tak menjawab,hanya terhisak.

"Kulanuwun!"tiba tiba suara Jasman mengetuk pintu.

"Piye to Man kok kayak begini,ada apa?"tanya pak Wongso.

(masih satu terbitan untuk lanjutan cerita ini)

BU GURU (bagian satu)Where stories live. Discover now