Part 1 : Perkenalan

2.6K 138 4
                                    

Author Pov

"Hallo, mbak. Saya Rian." ujar Rianti Danurias ramah pada orang yang ada dihadapannya sambil mengulurkan tangan. Tapi yang disapa malah terlihat dingin menatapnya, sambil tersenyum sinis. Tak ada sahutan dari bibir mungilnya. Hanya uluran tangannya menyambut tangan Rian, lalu beberapa detik kemudian ditariknya tangan halusnya dari jabatan tangan Rian. Rian tak menyerah, dia ingin tau namanya, walau sebenarnya dia sudah tau nama perempuan tersebut. Tapi dia ingin langsung mendengarnya dari mulutnya sendiri. "Mbak..." ujar Rian lagi takut-takut. Entah kenapa, Rian jadi merasa ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Dia penasaran, lebih tepatnya hatinya penasaran akan sosok ini. Setelah jantungnya berdegup kencang saat Putri menatapnya.

Putri menatap Rian dingin. "Nama gue Putri, lo mau ngapain?" ujarnya dingin.

Belum sempat Rian menjawab pertanyaan Putri, beberapa temannya sudah berdiri di belakangnya.

"Udah belum, Ian?" tanya Bulan dan Dita pada Rian.

"Hah?" Rian yang ditanya malah kaget dan kebingungan. "Eh belum, belum sempat ngomong apa-apa."

"Lo mau ngapain?" tanya Putri kembali setelah melihat beberapa teman Rian datang menghampiri. Tapi kali ini tersenyum manis.

"Ah damn! maki Rian dalam hati. "Manis banget senyumnya, anjrit!" pekiknya lagi. "E e saya mau eh kami mau daftar ikut seminar, mbak." jawabnya takut-takut sambil menunduk.

"Ealah.... Ngomong dong dari kemarin." ujar Putri santai yang membuat Rian melongo.

"Apaan sih ni cewek? Tadi aku mau jelasin sesuatu, muka dia jutek gitu. Sekarang aku sudah jelasin, dia malah ngomong gitu. Jutek tapi bikin penasaran aja." batin Rian. "Ini cewek sudah menghipnotisku saat bertemu pertama kali. Aku suka senyum sinisnya yang sangat manis itu."

"Siapa nama lo tadi?" tanya Putri sambil menyentuh tangan Rian. Yang membuat jantungnya berdetak cepat.

"Anjrit! Apaan sih ni? Kenapa aku jadi deg deg an gini sih?" rutuk Rian dalam hati. "Eh e nama saya Rian, Rianti Danurias, mbak." jawab Rian cepat. Sambil berharap Putri tidak menarik tangannya. Tapi ternyata Putri menarik tangannya lalu mengetik nama Rian. "Ah, dilepas."

"Oo lo cewek toh, gue kira cowok. Fakultas apa?"

"Hukum, mbak."

"Oke. Yang lain?" Putri bertanya pada teman Rian satu persatu. Mereka menyebutkan namanya masing-masing lalu Putri mengetik nama mereka pada formulir pendaftaran peserta seminar di komputernya. "Rianti Danurias, Bulan Salsabila, Dita Apriliani, Prasetya, Hadianto Gunawan, Seno Adji, Radiansyah. Benar ga nama kalian?" tanya Putri memastikan nama peserta seminar ke Rian.

"Benar, mbak." jawab mereka kompak.

Setelah mereka selesai mendaftar, mereka berpamitan pada Putri. Tapi ternyata Putri mencegah Rian untuk pergi dari hadapannya. Ada yang ingin dibicarakan oleh Putri ke Rian.

"Ada apa ya, mbak?" tanya Rian pada Putri bingung karena tidak diizinkan keluar oleh Putri.

"Gue mau tanya sesuatu ke lo. Jadi lo beneran cewek?" alisnya Putri naik ke atas tanda sangat ingin tau sesuatu. "Umur lo berapa sih? Lo lulus tahun berapa? Kok teman-teman lo kayaknya nurut banget sama lo." tanya Putri bertubi-tubi.

"We we we... santai aja mbak tanyanya. Saya jawab satu persatu ya. Iya saya cewek. Umur saya, mbak? Nanti mbak kaget tau umur saya berapa." ujar Rian.

"Eh gue tanya serius nih!" Putri mulai emosi.

"Oke, oke, saya jawab. Saya lulus sekolah tahun 2000, kita seangkatan kan? Umur saya 19 tahun, lahir 1982. Kita juga seumuran kan?" jawab Rian sambil iseng menyelidiki pribadi Putri.

"Eh iya, kita seumuran. Tapi lo lahir bulan apa?" Putri tersenyum kecut mendengar jawaban Rian.

"Sabar sih, mbak.... Eh saya manggilnya Putri aja ya, kan kita seumuran."

"Eh ni anak ya, ditanya apa jawabnya apa. Lahir bulan apa? Putri kesal mendengarnya, padahal dia mau menjahili Rian.

"Iya iya, galak bener sih." ceplos Rian lalu menutup mulutnya.

"Apaan?"

"Ga kok, mbak. Saya lahir bulan Agustus tanggal 11."

"Yes, masih tuaan gue"

"Ah kenapa, mbak?"

"Ga lo ga boleh manggil gue nama, lo harus manggil gue mbak? Gue lebih tua dari lo."

"Emang mbak lahir bulan apa?" tanya Rian jahil.

"Gue lahir bulan April tanggal 26. Jadi tuaan gue dan lo ga boleh manggil gue nama ya." Putri tersenyum penuh kemenangan.

"Yaelah, beda cuma 4 bulan aja sih." gumam Rian tapi terdengar oleh Putri.

"Apa?"

"Ga kok, mbak. Hehehe.... Ya udah, saya permisi dulu ya, mbak."

"Eh sebentar, gue belum selesai. Sini dulu." Putri memanggil Rian agar mendekat.

"Kenapa lagi, mbak?" Rian mendekati Putri sambil merasakan jantungnya berpacu dengan cepat.

"Lebih dekat ke gue."

"Anjrit, aku bukan ga mau dekati kamu, tapi jantungku ga bisa diajak kompromi nih." batin Rian.

"Aaa..." Tiba-tiba Rian berteriak lalu menutup mulutnya. Ternyata dia dicubit oleh Putri.

"Nah gue tau kelemahan lo, lo ga bisa dicubit. Jadi kalo lo nakal, tinggal gue cubit."

Rian terpaku mendengarnya. Putri lalu mengusir Rian agar kembali ke kelasnya.

"Udah jutek, galak, nyubit lagi." seru Rian dengan sengaja agar didengar Putri sambil berlalu dengan cepat.

"Apaan kata lo?" Putri beranjak dari tempatnya duduk sambil menengok ke arah Rian yang sudah tidak ada di ruangannya lalu keluar. "Awas ya kalo ketemu lagi!" ancam Putri.

"Kita bakal ketemu terus kok, mbak. Setiap hari, aku mau tiap hari ketemu sama kamu." ujar Rian saat di dalam lift.

*****

tbc

Maaf cuma sedikit, maklum baru belajar. Ditunggu komen dan vote nya.



Tuan Putri Pertamaku (Complete)Where stories live. Discover now