salvatore

3.9K 574 98
                                    

Setelah pukul 18 aku menunggu teman baruku. Bulan. Matahari telah menemaniku sampai pukul 17.59. Aku paham, dia pasti lelah.

"Kau terlalu cantik untuk mengisi meja kasir," bisik seorang pria tua berambut ikal dengan napas ngos-ngosan. Postur tubuhnya tinggi besar, serta perutnya buncit. "Kalau mau, main saja denganku. Kujamin kebutuhanmu terpenuhi untuk beberapa tahun. Mau jadi istriku juga boleh,"

Yang dapat kulakukan cuma tersenyum. Itulah yang Taehyung pesan padaku. "Kalau kau sedang berada di meja kasir, maka tersenyumlah. Kalau sedang mengerjakan laporan keuangan, seriuslah!"

"Apa itu artinya?" tambahnya lagi.

Aku menggeleng. Tersenyum lagi. "Sembilan puluh tiga ribu won, Tuan."

Pria itu memberiku tatapan marah. Terdapat jenis keangkuhan yang sedang merendahaknku pada garis senyumnya. Lalu melempar pelan kartu kreditnya ke atas meja kasir. "Aku cuma menawarkan diri padamu saja. Bagaimana? Mau?" 'Aku cuma menawarkan diri padamu saja' merupakan kalimat yang sering dikatakan para hidung belang berdompet tebal pada setiap gadis yang diinginkannya supaya mereka merasa teristimewakan lalu terjebak perangkap.

Tidak ada satu pun pria di dunia ini yang tidak suka wanita. Apalagi seks.

"Terima kasih," Kuserahkan kembali kartu kreditnya, sambil memberinya senyum.

Pria itu kembali menampilkan sunggingan senyumnya lagi, menarik kartu kreditnya keras kemudian pergi dari sini dengan langkah kesal. Kupastikan dia sangat sebal padaku.

***

Pada pertengahan malam ketika bulan mulai timbul dan awan-awan kelihatan melingkarinya seperti cincin, sambil menyeka keringat aku terduduk pada kursi besi yang terdapat di balkonku. Omong-omong, pinggangku terasa sakit sekali.

Aku sendiri, kemudian memejamkan mata. Bagai dewa kematian, Taehyung datang memberiku roh yang diinginkannya. Memberiku penjelasan singkat berupa mantra biar aku selalu mengikutinya ke mana pun dia mau. Serta menjadikan diriku sebagaimana kehendaknya. Terkadang, aku membayangkan hal-hal berlebihan yang tak kuingin. Seperti; mati menggantung di kamar mandi motel, disembelih menggunakan gergaji dan potongan-potongan tubuhku diperjual-belikan ke pasaran, atau mungkin vagina serta payudaraku dipajang di museum Louvre sebagai maha karya yang tertinggal.


Seberlebihan itu, namun setidaknya kematianku terkenang, dan tidak mengenal Taehyung sebagai keyakinanku.

"Beri aku satu kecupan," ucapnya di sela melamunku. Secara tak sadar, aku lupa menarik napas karena kaget terhadap kehadiran tiba-tibanya.

Lidahnya menjilat ke leherku yang dipenuhi keringat. Di saat seperti itu, aku tahu kalau rasanya neraka itu panas namun manis sekali. "Apa aku perlu mandi?"

"Tidak, Sayang, tidak," sahutnya. "Aku butuh dirimu saat ini juga."

Sudah sangat lama aku tidak menemukan kelembutan pada dirinya. Dan surga itu otomatis menjauh dari kakiku. Aku cuma mengharapkan neraka, karena surga buatku adalah cuma omong kosong. "Kau akan pergi berapa lama?" tanyaku. Kemarin sore dia bilang kalau dirinya bakal pergi ke Florida untuk waktu yang sangat lama.

Aku pasti akan sangat merindukan pukulannya yang akan berbekas lama, suara desahannya bersama wanita lain mungkin tidak akan kudengar dulu. Tapi kalau tidak mendengar itu secara langsung, hatiku pasti akan menjadi lebih sakit sebab aku tidak tahu seberapa banyak dia menikmati rasanya tenggelam pada tubuh para wanita itu.

"Enam bulan." Dia mulai mengecup ke pipiku. Dalam balutan surya pada suaranya yang kupuja. "Jangan coba-coba selingkuh dariku," ucapnya.

Aku suka setiap kali dia membuka sepotong rasa posesifnya untukku. "Siapa yang bakal membuatku jatuh cinta selain dirimu?"

Better Sick : To ForgetWhere stories live. Discover now