poison ivy

3.9K 454 110
                                    

Oh God, miss you on my lips
It's me, your little Venice bitch
On the stoop with the neighborhood kids
Callin' out, bang bang, kiss kiss [your die-hard]

Sebuah potongan film menjatuhi tubuhku bersama dengan serpihan api yang tersulut di udara. Aku mulai terbakar di sana, pergi melangkah dengan dengan otot betis yang mengejang menerjang angin malam dan aspal dingin yang berniat untuk menguasai jiwa melayang-ku.

Kau bilang bahwa Kau yang menciptakan, dan aku yang menjalaninya. Namun Tuhan, Kau terlalu atraktif bagi kehidupan kurang mengesanku.

Kau tak dapat menangkap maksud hidupku, dan aku tak dapat memasuki wilayah penuh aturanMu.

Florida yang asing yang dipenuhi lampu-lampu dan motel bertangga kecil dingin. Aku terdampar di sebelah sebuah tong sampah besar yang menjijikkan. Tetesan air yang menetes dari saluran air yang telah menetes lebih dari sejuta kali terlalu mengakui keberadaan Tuhan yang akan memberinya tempat terbaik nanti di surga.

Apa teori itu dapat digali?

Nyatanya, hidupku bukan sekedar hidup. Namun, sosok yang ditakdirkan mati sejak awal yang dipaksa untuk menjelajah napas orang lain. Lantas, di manakah jiwaku?

Setiap kali aku merasa cukup untuk menahan beban ini di dalam hidupku; yang dapat kulakukan hanyalah memejamkan mata dan meninjau Taehyung dalam imajinasiku sendiri.

Dia yang memujaku. Tersenyum ketika kami bercinta, membayangkam dia mencium keningku hingga napasnya terasa menembus ke dalam kepalaku. Meracuni otakku dengan cinta yang tak serumit ini.

Dalam lamunku saat ini, kulihat sebuah bayangan hitam semakin membesar menghampiriku. Menutupi seluruh bagian bulan yang bulat hingga yang tersisa cuma refleksi cahayanya saja. Langkah kaki yang mengetuk ke atas aspal jalanan yang terakhir coba kuingat-ingat.

Sampai tiba saatnya aku berhenti berangan-angan dan benar-benar membuka mata.

Kupikir itu adalah polisi. Namun, bau harum yang menguar dari tubuh sosok itu terasa seperti tetesan dari parfum lavender.

Tak dapat kulihat dengan jelas bentuk wajahnya sampai dia menunduk ke bawah, berlutut di hadapanku.

Napas dari sosok manusia itu menerpa wajahku sampai air mataku terjatuh memenuhi kedua pipiku. Dan, ketika aku mau menuntaskan kelopak mataku untuk berurusan dengan air mata; aku lalu dibuat terkejut kala sosok itu mencium keningku sedalam mungkin.

Lama, berhasrat, memunculkan kesan, dan menghidupkan separuh dari kematian yang kukeluhkan pada Tuhan. "Pulanglah," katanya.

Mataku langsung diterjang kegilaan. "Taehyung?"

"Ssst..." Tidak salah. "Aku bisa mati digantung kalau sampai kau mengucapkan nama itu dari mulutmu."

Aku tak mengindahkan perintah untuk tutup mulut itu, dan cuma tersenyum senang.

"Tapi aku mau pulang denganmu." Langsung kucengkeram lengan itu erat sekali.

"Bos pasti sedang menunggumu."

Kepalaku langsung menunduk ke bawah. Air mataku terjun lagi. Sambil menggeleng, aku berusaha untuk mengungkapkan seluruh beban itu dari tenggorokanku. "Dia mau menjualku pada para lesbian. Dia bilang kau ikut terlibat dalam kesepakatannya. Tapi aku tak mau mempercayai itu—"

Di antara aku yang setengah tertawa, Taehyung langsung menyela. "Aku yang mengusulkannya!"

"Ya?" Jantungku langsung terjatuh. Aku lalu melemas tanpa sebab.

"Omongan itu ada oleh karena aku yang mengusulkannya."

Spontan tubuhku memundur ke belakang. Sambil ketakutan, aku tak mau memandang wajah itu lagi. "Kalau begitu jangan pernah cari aku. Kau bisa memiliki wanita yang baru."

Kupikir, disertai pengakuan tersulitku. Aku juga akan mendapatkan pukulan terakhir yang mengakhiri hidupku juga. Ternyata tidak.

Taehyung terdiam cukup lama. Dia tidak menanggapi pengakuanmu dengan pukulan yang kurindukan itu. Namun, dia bangkit dan tetap berada di sana. Sampai akhirnya, sebuah kalimat lain yang merapuhkan hatiku membawanya pergi bersama dengan langkah menjauh yang menyamarkan kesempatanku untuk tetap bersama dengannya; hidupnya.

"Aku adalah seorang pembenci wanita. Seluruh wanita yang hadir di muka bumi ini; tak terkecuali dirimu. Kita jelas berbeda. Maksudku, perasaan kita. Kau menanggapiku terlalu serius sementara aku begitu jijik padamu, Wanita."

***

"Tiket untuk pertunjukan seks malam ini sudah habis terjual!"

Tepukan tangan terdengar begitu keras menembus langit-langit ruangan bawah dan pesannya sampai menuju ke telingaku seperti surat berdarah yang tak dapat dihentikan.

Pernyataan Taehyung pada malam itu membelenggu diriku akan kebebasan identitasku sebagai seorang perempuan.

Jiwa matiku memang benar adalah diriku yang seharusnya. Dan hadirnya Taehyung berperan sebagai pengingat status itu.

Aku adalah sesuatu kosong yang tak layak diisi.

Dan... mengapa aku wanita?

Mengapa aku juga harus tercipta sebagai seorang wanita ketika sosok yang kucinta justru membenci kelompok di mana aku berasal?

"Cantik," Seorang wanita berambut blow berwarna hitam kecokelatan melongok dari pintu. "Kau adalah satu-satunya Asia. Dan kaulah bintangnya malam ini."

Dia berjalan dengan anggun ke arahku. Lalu duduk di sampingku dengan agak kesusahan mengatur rok span itu di pahanya. Tangannya sampai pada bahuku sambil setengah mencengkeram di sana. Dari jarak dekat dapat kulihat ukiran pensil lipstik dari bibirnya yang sempurna. "Ada sesuatu yang membuatmu kesulitan untuk melalukan ini?"

Aku mengedip satu kali. "Tidak." Kupertegas suaraku dengan berdeham. "Aku mau melakukannya."

Identitasku sebagai wanita kini menjadi sebuah hal yang perlu kumusuhi sepanjang sisa hidupku.

Wanita itu bernama Kenny. Lantas dia tersenyum puas. "Aku yang akan merias tubuhmu."

Waktunya sudah tiba. Tubuhku sudah dirias, aku mengggunakan gaun tidur berupa seutas tali yang melingkari bagian payudara ke leher dan sampai ke vagina dan pantatku. Untuk menyembunyikan pakaian yang kupakai aku dipakaikan selembar jubah gemerlap berwarna ungu keemasan.

Ketika tirai dibuka, dan aku adalah yang berdiri pada barisan paling depan. Aku jadi langsung dapat menyaksikan apa yang tercipta di hadapanku.

Meja-meja bundar ditempatkan di seluruh tempat dengan para pria yang memenuhi. Terdapat beberapa wanita berada di sekeliling mereka memakai gaun setipis kain penutup kepala.

Dan, hatiku terjatuh kala pada bagian utama tempat itu sesuatu tak elok memenuhi penglihatanku seperti neraka yang dilewatkan surga.

Dalam diriku telah menjerit keras. Mengutuk kehidupan hatiku yang tak ada gunanya. Saat ini aku cuma mau pulang saja, ke surga. Atau, kalau Tuhan berkenan menyediakan neraka buatku itu sama sekali tidak masalah.

Dibandingkan harus berdiri, telanjang; menyaksikan pria paling kucinta bercumbu dengan seorang pria seusianya yang tampan dan sungguh atraktif. Di depan mataku yang setelah ini akan segera buta.

To My sins, Everything looks better from above, My King. Got my heaven, then. My soul.

TBC

Better Sick : To ForgetWhere stories live. Discover now