Tanpa kata, juga nama.

124 5 2
                                    

Empat Bulan berlalu sejak sahabatnya itu menjadi kekasih sepupunya.
kini Deran hanya mengisi waktu dengan sepi, menyibukkan harinya, dan menunggu hari-hari dimana kebersamaan itu bisa terulang.

Deran hanya bisa melihat Naira dari kejauhan. dari jendela kamarnya ia melihat Naira dan Naga berdua, memetik gitar, bernyanyi, dan membuat Boomerang .
sebenarnya, Deran sangat cemburu mengetahui sepupunya sendiri mencintai orang yang sama.
Dengan hari-hari membosankan, Deran mencoba menguatkan.
meski kini ia benar-benar sendirian.

lagi-lagi sepupunya menjadi juara.
seperti waktu dulu, semasa Deran duduk di bangku SMA. Deran menyukai Tasya seorang gadis pemalu, tak banyak bicara. saat itu Deran sudah sangat dekat dengan Tasya layaknya seperti dekat dengan Naira. tapi sayangnya, saat itu, diam bukanlah emas. Naga lagi-lagi mendapatkan apa yang ia mau.

***

"Naira, lo tau gak? gue udah menemukan orang yang bener-bener gue cinta" ujar naga menoleh Naira.

"Siapa?"

"Elu lah wkwk"

Naira tertawa dan berhasil memecahkan keheningan.

"Happy mensive sayang" Naga mengulurkan boneka Naga berukuran kecil.

"Happy mensive juga NAGA~ wih lu ngasih boneka bentuk Naga" Naira terkekeh.

"Iyalah, suka gak?"

"Suka banget!"

Di Empat bulan bersama Naga. kali ini, gadis tersebut benar-benar mencintainya. meski tak jarang ketika bersama naga, Naira selalu memikirkan Deran tanpa jeda.
tapi dengan ketulusan hati naga yang berusaha membuat Naira mencintainya, kini, Naira pun memiliki perasaan sama.

Terdengar suara langkah kecil menuju halaman belakang rumah naga.

"Happy mensive kalian! nih gue bawa Surprise" Deran mengulurkan sebuah bingkai foto.

"Apa ini?" tanya Naga

"lu liat aja"

"Wow foto kita nih Nai! Thanks ya Der! repot-repot bawa ginian."

saat itu Naira hanya diam berdiri di sebelah Naga. ekspresinya terkejut melihat Deran. rasanya ingin sekali Deran yang memberinya kepada Naira, Deran yang menjalani hubungannya dengan Naira.
karena sejak Naga bersama Naira.
tak ada lagi yang menemani Naira membaca buku, menikmati Es krim dan membeli mie kocok di pinggiran jalan.

"Yaudah gue cabut dulu ya"

"Oke"

***

Senja berganti menjadi malam yang sangat kelam. tanpa ratusan bintang.
Kini hatinya benar-benar sepi. Naira yang kerap menjadi sahabatnya, kini harus secanggung itu antara satu sama lain. sepertinya mereka sudah tidak wajar untuk menghabiskan waktu berdua.

Naira yang dulu kini telah berubah.
Saat kejadian itu mereka harus terpisah.
dari sini, Deran belajar mengikhlaskan sesuatu.
sesuatu yang indah belum tentu bisa ia gapai.
sesuatu itu hanya diciptakan untuk hadir. tapi tidak untuk di miliki.

Ada yang begitu ikhlas merelakan kebahagiaannya hanya untuk melihat orang yang dicintai nya berbahagia.

***

"Halo Naira sayang, maaf ya gue gak bisa jemput, nanti. gue ada urusan mendadak"

"Oh gitu. yaudah no problem, emang mau kemana?”

"Gue mau pergi ke bogor dulu. ada urusan, paling pulang tiga harian lagi"

"Oke, take care ya.."

terpaksa, Naira harus pulang bersama ojeg online.  saat Naira bergegas pergi ke Halte, Naira melihat Deran tengah bersama seorang gadis.

"Naira!" teriak Deran melambaikan tangannya.

"E-eh Deran"

"Lu gak di jemput Naga?"

"Engga, dia ada urusan katanya."

"Mau bareng?"

"gue naik ojeg online aja der. gue duluan"

Tanpa basa-basi Naira meninggalkan Deran dengan gadis yang terlihat begitu dekat dengannya. ia tidak bermaksud mengalihkan pandangan Deran. hanya saja, ia menghargai seorang gadis yang mungkin tengah dekat dengannya.

"Hai Nai" tiba-tiba deran menepuk pundak naira.

"Deran! kaget!"

"Ck! Naira, Lu kenapa sih?"

"Enggak, btw langgeng ya sama cewek tadi"

"Hah? cewek apaan?"

"itu yang barusan di gerbang kampus"

"Hahaha. itu mawar, tenang aja kali gue gak ada apa-apa"

"Gue tenang kok! lagian bagus kalu lu punya pacar"

Deran mendehem.

Aku ingin kita seperti dulu lagi Naira.
namun tanpa dia.

Cerita panjang di hidup yang singkat.Where stories live. Discover now