Second Year - 2

558 93 17
                                    

(a/n)

Ayo tepuk tangan dulu but author yang akhirnya update ff ini 👏👏👏👏👏

Jadi ceritanya waktu self quarantine ini, habis inten online, aku nonton Harry Potter terus ide cerita tiba-tiba muncul di otak.

Dan jam 2 malem, aku ngetik chapter ini sama selanjutnya.

Semangatin aku dong siapa tau update lagi wkwk!! Ada yang masih nyimpen ff ini gaksih 😿

-

Minho berjalan menyusuri perpustakaan, mencari buku mengenai tanaman herbal.

"Mana sih?? Kenapa bukunya banyak banget..." Minho menghela nafasnya rasanya kesal sekali ia tidak menemukan buku yang dicari.

"Minho!"

"Chan!" Matanya berbinar ketika Chan menghampirinya, karena Chan pasti menemukan buku yang diinginkannya.

"Chan~ aku ingin mencari buku tentang tanaman herbal. Tapi aku tidak tau letaknya," Chan tertawa lalu menggandeng sahabatnya.

"Minho, kau sudah setahun di Hogwarts dan kau lupa letak rak buku tanaman herbal??"

"Kelemahanku Chan. Aku selalu lupa letak-letak barang," katanya sambil merengut. Sesampainya di rak yang dimaksud, ia segera mencari bukunya. Chan mengambil beberapa buku untuknya juga, ia perlu buku tanaman herbal.

"Kau mau belajar tentang mandrake?" Tanya Chan.

"Iya! Besok materiku tentang mandrake, aku tanya ke Seonghwa anak Gryffindor tadi," Chan mengangguk paham, ia berakhir belajar bersama Minho.

Justru ia melirik Minho, ia perhatikan hidung Minho yang mancung itu salah satu yang membuatnya menarik, tahi lalat di hidungnya juga, dan jangan lupakan bulu mata si manis itu. Membuatnya terlihat sangat manis, Chan tersadar dari lamunannya ketika Minho menepuk tangannya di depan wajahnya.

"Kau melamun apa Chan?"

Chan dengan pipi yang memerah kembali membaca bukunya dan menggeleng kepalanya. Seharusnya ia tidak berpikir seperti itu.. lagipula ia masih berumur 13 tahun. Sungguh bodoh.

"Hey Chan, aku ingin mencoba polly juice potion,"

-

Beberapa hari setelah keinginan random Minho, keinginan itupun terwujud. Dengan bantuan Chan, Minho berhasil membuat polly juice keinginannya.

"Kau ingin berubah menjadi siapa?"

"Hmm, aku tidak punya rambut siapapun. Bagaimana jika aku berubah menjadimu? Untuk sehari saja Chan," Chan tahu ini sangat berbahaya jika ketahuan, tapi Chan mengiyakan. Ia juga tidak tahu kenapa ia mengangguk, padahal otaknya berkata tidak dengan keras.

Minho tertawa dan langsung mencabut sehelat rambut Chan dan memasukkannya dalam ramuannya.

"Hehe, hari ini Chan punya kembaran," katanya tertawa kemudian ia mengaduk ramuan itu dan menuangkannya dalam gelas.

Minho meminumnya dalam satu tegukan kemudian berlari ke salah satu bilik kamar mandi dan memuntahkannya. Karena ramuan itu rasanya tidak enak. Chan panik, kemudian menyusul Minho. Niatnya ingin menenangkan Minho setelah muntah, nyatanya ia melihat dirinya sendiri.

"AAAAAAAAAAAAAAAA!!!" Chan berteriak takut kemudian mundur perlahan. Ia tidak pernah setakut ini sebelumnya.

"Hihi, berhasil ya?" Jujur saja, Chan ingin mencubit kedua pipi itu kalau itu dalam wujud Minho, bukan wujud dirinya.

"Selamat Minho! Kau berhasil membuat ramuan, tapi ini tidak lucu!"

"Tentu saja lucu! Aku akan berjalan-jalan dan melihat reaksi orang-orang!" Ia keluar dari toilet meninggalkan Chan yang masih terkejut.

"Oh! Sepertinya aku harus mengejarnya!" Ia berlari keluar.

-

"Changbin!"

"Kak Chan!" Minho tertawa dalam hati, ia dipanggil Chan oleh Changbin.

"Kau terlihat lesu?" Memang, ia terlihat sangat lesu. Jadi Minho mendekati Changbin dan mengajaknya duduk berdua.

"Entahlah. Sejak awal masuk, aku selalu mengirimi kabar kepada orang tuaku. Tapi, sampai pertengahan semester ini, mereka tidak pernah membalas suratku. Bahkan aku tetap rutin menulis surat untuk mereka. A-Aku takut, aku takut mereka malu memiliki anak Gryffindor. Seorang Seo masuk asrama Gryffindor. Aku dengar, ayahku juga meminta kepala sekolah untuk memindahku ke Slytherin, tapi tidak bisa. A-aku tidak ingin hidup-"

"Sshhh Changbin, kau tidak boleh berkata seperti itu. Oke, sekarang kau memang berada di Gryffindor. Seharusnya kau Slytherin. Takdir berputar. Kau tidak boleh putus asa! Seharusnya dengan kondisi seperti ini, kau harus berusaha keras! Tunjukkan kepada orang tuamu, kau di Gryffindor juga bakal sukses! Jadi, jangan pernah berkata seperti itu-" Minho refleks memeluk Changbin dan mengelus punggungnya, menenangkannya.

Justru Changbin terkejut dengan perilaku 'Chan'. Tapi ia suka Chan yang seperti ini. Bukan yang suka bergurau seperti biasanya.

"Makasih... kak,"

"Sama-sama!"

"MINHO!" Changbin membulatkan matanya ketika ia melihat di depannya ada Chan juga.

"AAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"

Changbin mendorong Minho dan menjauh. Ia ketakutan melihat Chan yang ada dua.

"Hahahaha, maaf Changbin!" 'Chan' yang baru saja ia pelul tiba-tiba berubah menjadi Minho, tetangganya. Changbin marah, tapi dua orang itu tiba-tiba tertawa.

"Hahahah, maaf !! Aku tidak tau jika kau akan bercerita seperti itu, tapi sebaiknya kau mendengarkan saranku," kata Minho semangat. Changbin tetap kesal, namun ia mengangguk. Setidaknya, kata-kata Minho tadi benar.

"Kau berbicara apa saja dengan dia?"

"Tanyakan saja pada Changbin!" Chan menoleh ke Changbin, meminta jawaban tapi Changbin malah melambaikan tangannya dan lari menjauh dari mereka.

"Dih! Dasar cebol!"

"Hey! Jahat!!" Minho mencubit pinggang Chan dan lari meninggalkannya. Chan rasanya mau marah, hari ini ia banyak lari.

Ketika Minho berlari, ia tak sengaja menabrak seseorang.

"A-ah Juyeon, maaf," Juyeon tersenyum kemudian membantu teman satu asramanya itu.

"Haha, lain kali hati-hati Minho," Minho mengangguk lucu yang membuat Juyeon langsung mengusak rambutnya. Chan yang baru saja sampai, ingin rasanya mengubah Juyeon menjadi cicak.

"Hey!" Juyeon dan Minho menoleh ke arah Chan, Juyeon kemudian melambaikan tangannya ke Minho dan pergi meninggalkannya.

"Hehe, maaf Chan. Tadi Minho nabrak Juyeon," Chan menatap Minho tidak suka.

"Hati-hati Minho," jawab Chan. Minho hanya meminta maaf, kemudian kedua anak itu sepakat untuk pergi ke perpustakaan.

"'Mau belajar apa emangnya?"

"Mau belajar astronomi," keduanya sampai di perpustkaan dan mencari buku yang akan dibaca. Tapi, Chan terdiam setelah Minho mengatakan sesuatu kepadanya.

"Juyeon ganteng ya Chan, hehe"

"Hey! Kita masih kecil!" Balas Chan.
Dan Chan gasuka Minho bilang Juyeon ganteng

Incantato • Banginho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang