13 • 2 + 3 = ?

10.4K 1.8K 1.4K
                                    

KANGEN NGGAK!? ABSEN DULU DONG~ AYO RITUAL CAPSLOCK LAGI KALO KANGEN!🤣🤣🦁

KANGEN NGGAK!? ABSEN DULU DONG~ AYO RITUAL CAPSLOCK LAGI KALO KANGEN!🤣🤣🦁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— Skylar

Dulu waktu Mama masih ada, aku sering menemaninya berbelanja bulanan di supermarket. Tugasku hanya mengikuti langkah beliau sambil mendorong troli. Kalau kami melewati rak makanan, aku akan menyelundupkan berbagai cokelat di bawah barang belanja yang lain, dan ketika membayar di kasir, aku hanya menampilkan senyum lebar kalau Mama memelototiku dengan tatapan mata yang seolah berkata, "sejak kapan ada cokelat di sini?".

Meskipun Mama marah, beliau akan tetap membelikanku cokelat itu.

Namun semenjak Mama meninggal, keadaan tidak lagi sama. Aku selalu berbelanja dengan Papa, sesekali Kai ikut menemani. Tugasku tidak lagi mengikuti langkah dan mendorong troli. Karena akulah yang harus memilih apa-apa saja yang harus kami beli, sementara Papa tinggal membayar.

"Kenapa? Mau beli cokelat?"

Aku tersadar dari lamunanku. Salahkan otak manusia yang langsung berproses cepat memutar ulang memori yang pernah tercipta ketika melewati tempat yang sama dengan orang spesial.

"Eh? Nggak kok," jawabku berjalan cepat ke posisi Kak Namjoon yang berdiri beberapa langkah di depanku.

Sebelumnya, kami tidak langsung pulang ke apartemen. Kak Namjoon mengajakku ke supermarket, katanya belanja bulanan mengingat semua persediaan di apartemen tidak ada. Tentu saja aku senang tadi. Aku jadi membayangkan kami ini adalah pasangan muda yang harus berbelanja bulanan untuk pertama kalinya. Haha, apasih.

Tangan Kak Namjoon terulur ke depan, meraih 2 cokelat lalu memasukkan ke troli di depannya.

"Aku nggak minta—"

"Untuk saya, bukan untukmu," potongnya sebelum aku melanjutkan kalimat. Rautku langsung pias karena merasa sial. Kukira dia mau membelikan cokelat itu untukku.

"Aku juga nggak berharap itu buatku," kataku pelan tapi aku cukup yakin dia mendengar karena telinga Kak Namjoon itu sangat peka terhadap suara. Aku mengambil alih troli yang sejak tadi didorongnya. Kutumpukan satu kakiku di besi penyangga di dekat roda, lalu berseluncur pelan ke rak makanan ringan.

 Kutumpukan satu kakiku di besi penyangga di dekat roda, lalu berseluncur pelan ke rak makanan ringan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Brainiac Boyfriend Where stories live. Discover now