Chapter 22

320K 18.4K 348
                                    

Devan masuk ke dalam rumah dengan perasaan kacau, di tambah dengan kedatangan seseorang yang di bencinya, siapa lagi kalau bukan papinya. Kemarahan Devan kian bertambah.

"Ngapain sih mami selalu menerima dia datang ke rumah kita!!!"

Reni terperanjat "Devan, bukannya ucapkan salam malah teriak,"

"Terserah mami, aku udah capek liat mami yang terus saja bersikap baik di hadapan dia,"

Devan melewati mereka begitu saja, dia sudah lelah karena kebohongan Alena, tak ingin menambah perdebatan dengan maminya yang akan membuatnya berdosa karena meninggikan suara pada orang tua.

Devan menghempaskan tubuhnya ke kasur seraya memijit pelipisnya. Ponselnya berdering menampilkan nama Alena. Devan hanya menatap layar ponselnya dengan diam.

Deretan pesan masuk dari Alena pun dia read saja, Alena mengatakan bahwa dirinya salah paham dan ingin menjelaskannya.

"Tapi kamu berbohong sama aku demi menutupi kebersamaan kamu dengan pria itu Alen," lirih Devan mengacak rambutnya.

Sementara di sisi lain, Alena masih terisak sembari menelfon Devan yang tak kunjung diangkat.

"Hiks Devan angkat dong,"

Karena kesal Alena membanting ponselnya di kasur lalu membaringkan dirinya hingga tertidur karena kelelahan.

●●●

Alena merasa harus berangkat pagi-pagi ke sekolah dan ingin menjelaskan kesalahpahaman antara dirinya dan Devan.

Alena tidak mau jika Devan berpikiran dia berselingkuh dan akhirnya meninggalkannya.

Tapi sayang seribu sayang, cuaca pagi ini tidak mendukung. Hujan cukup deras dan biasanya ada Devan yang menjemputnya dengan mobil jika hujan.

Karena Alena hanya menggunakan motor ke sekolah meski dirinya mempunyai mobil. Semuanya pasti sudah tau alasannya memakai motor kan?

"Yah hujannya makin deras," ucap Alena menatap langit di depan pintu keluar.

"Eh kak Alena bisa berangkat sama aku dan papa kok," ucap Nayla tiba-tiba di belakangnya.

"Tidak perlu Nay, papa tidak mau terlambat, meetingnya sebentar lagi di mulai," sahut Dimas yang tengah di pasangkan dasi oleh Dinda.

"Loh, bukannya tempat meeting kamu melewati sekolah Alena? Apa salahnya kamu bareng Alena mas?" Ucap Dinda setelah selesai memasangkan dasi sang suami.

"Aku tidak mau terlambat sayang, butuh waktu lagi untuk singgah," ucap Dimas tak mau di bantah lalu mengecup kening Dinda.

"Ayo Nay,"

"Pah, sekolah aku dan kak Alena kan cuma berdekatan, jadi papa-"

"Cepat masuk ke dalam mobil Nayla!!!"

Ucapan Nayla terpotong ketika papanya melewati begitu saja dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

"Kak Alena," lirih Nayla menatap Alena.

"Udah sana buruan berangkat, nanti papa marah,"

"Nayla cepat atau papa tinggalin!!!"

"Maafin papa kak," ucap Nayla lalu masuk ke dalam mobil.

Alena hanya menatap nanar kepergian mobil papanya. Apa salahnya jika Alena nebeng? Toh sekolahnya sangat dekat dengan Nayla dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Where stories live. Discover now