Chapter 23

318K 19.6K 1K
                                    

Sekali-kali komen tentang ceritanya dong, jangan minta next mulu😂😂😂

Siapa tau masih ada kekurangan dalam ceritanya.



Alena berhasil mengejar Devan dan menarik tangan Devan. Devan yang melihat Alena menangis pun merasa tak tega.

"Jangan marah hiks,"

Tangan Devan sangat gatal ingin menarik Alena ke dalam pelukannya, namun sesekali Alena harus di beri pelajaran agar tidak mengulanginya.

Devan memalingkan wajahnya menghindari menatap Alena yang akan membuat pertahanannya hancur.

"Aku minta maaf, aku salah karena bohongin kamu hiks,"

"Kamu hanya salah paham Devan, harus berapa kali aku bilang, dan masalah aku berbohong memang aku salah, aku hanya tidak ingin kamu salah paham saat tau aku dan lelaki lain pergi bersama,"

"Dan kamu sukses berbohong hanya demi dia? Kenapa harus bohong Alen, kamu bisa jujur ke aku,"

"Sebenarnya aku ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan aku Devan, dan seperti biasanya aku hanya kecapean lalu dokter Andi mengajakku pergi makan bersama,"

Terpaksa Alena harus berbohong bagian kecapean, dia tidak ingin Devan mengetahui alasan sebenarnya.

"Harusnya kamu jujur Alen, aku bisa menemani kamu,"

"Aku tidak ingin merepotkan kamu,"

"Aku hanya ingin kamu terbuka Alen, aku gak tau dan kamu gak pernah ngasih tau sedikit pun tentang kehidupan kamu, bahkan hubungan kita sudah lama Alena, kamu sudah tau semuanya tentang aku, sementara aku tidak tau apapun tentang kamu," ucap Devan belum menatap Alena.

Alena mengusap air matanya "Kamu mau tau tentang aku? Apa kamu yakin ngga akan merasa minder jadi pacar aku setelah aku menceritakan semuanya? Dan aku gak mau pada akhirnya kamu mengasihani aku," ucap Alena membuat Devan akhirnya menatapnya.

"Apa pikiran kamu sesempit itu tentang aku?" Tanya Devan.

"Bu..bukan begitu,"

"Sudahlah, kalau kamu masih ragu untuk terbuka jangan di paksa, aku juga gak suka memaksa orang," ucap Devan kembali berjalan hendak meninggalkan Alena sebelum kalimat Alena menghentikannya.

"Aku anak yang di benci sama orang tua kandung aku sendiri, anak yang tak akan atau bahkan selamanya tidak akan pernah di berikan sebuah pelukan, kasih sayang apalagi cinta, aku hanya anak yang  di lahirkan lalu di abaikan begitu saja," lirih Alena dengan air mata yang kian meluncur begitu banyak.

Devan membalikkan badannya dan melangkah kembali pada Alena.

"Alen," panggil Devan lembut.

"Orang tua aku tidak menyayangi aku hiks, mereka menikah tanpa cinta dan anak yang ada di antara mereka pun tidak pantas di sayangi, mereka bercerai dan masing-masing menikah dengan orang yang mereka cintai,"

"Mereka akhirnya mempunyai anak yang mereka sayangi dan menghujaninya dengan cinta, dan aku hiks aku di anggap tidak pernah ada, aku hanyalah anak yang tidak akan pernah mereka akui, aku di lupakan begitu saja,"

"Bahkan saat aku sakit pun papa tidak membiarkan aku di rawat hiks, dia tidak ingin mengeluarkan uang hanya demi aku Devan, inilah kisahku Devan hiks,"

"Apa kamu sudah mengasihani aku? Pasti iya, inilah pacarmu yang sangat menyedihkan," Alena menjatuhkan dirinya ke tanah dan menutup mukanya dengan tangan lalu menangis kencang.

Hati Devan merasa tercubit, dia tidak menyangka jika kehidupan gadisnya lebih menyakitkan dari kehidupannya. Orang tuanya memang bercerai, tapi tak serumit kisah Alena.

Devan berjongkok dan menarik Alena ke dalam pelukannya.

"Maaf Alen, maafin aku,"

"Dan kamu menuduh aku berselingkuh? Aku tidak akan pernah melakukan hal menjijikkan itu hiks, aku hanya cinta sama kamu Devan, kamu tega hiks, dokter Andi tak lebih sekedar dokter yang selalu memeriksa aku saat aku sakit hiks," isak Alena memukul dada Devan.

Devan semakin mengeratkan pelukannya membiarkan Alena memukulnya yang tak sakit sedikit pun.

"Aku minta maaf karena menuduh kamu, aku salah Alen aku hanya marah karena kamu berbohong sama aku dan pergi dengan cowok lain, aku gak suka milikku pergi dengan orang lain,"

"Kamu pasti ingin meninggalkan aku kan hiks? Kalau kamu ninggalin aku siapa yang akan jadi sandaran aku? Aku gak punya siapapun selain kamu hiks, gak ada yang peduli sama aku hiks,"

"Ssst hei, apa kamu lupa sama ucapan aku Alen? Aku gak akan pernah ninggalin kamu,"

"Aku takut suatu saat kamu bakalan ninggalin aku hiks,"

"Gak akan Alen,"

Alena mengurai pelukan mereka dan menatap Devan.

"Kamu janji gak akan pernah ninggalin aku kan?"

Devan tersenyum lalu tangannya terulur menghapus air mata Alena.

"Aku janji sayang, kamu harus jujur dan cerita apapun yang terjadi sama kamu, jangan mengulang kesalahan ini lagi, kamu harus tau kalau aku selalu siap dan bersedia di samping kamu saat kamu butuh aku,"

"Iya," 

Mereka kembali berpelukan seolah tak ingin terpisah satu sama lain. Tapi janji pun akan kalah dengan takdir. Siapa yang bisa membaca takdir? Kita hanya bisa berdoa semoga saja keduanya tak akan pernah saling meninggalkan.

Semoga saja.






17 Januari 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said
ig : saniyyahputrisaid

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang