Wattpad Original
Te quedan 7 partes más de forma gratuita

2. Her Love Letter

48.8K 4.9K 138
                                    

Dengan pasrah, Elena akhirnya kembali keluar dari ruangan itu bersamaan dengan Royce yang mulai membuka rapat tanpa dirinya seperti biasa. Bukannya ikut dalam rapat sebagai anggota divisi, dia malah sibuk menyeduh kopi untuk pria itu.

Sembari menunggu air panas, Elena akhirnya memutuskan untuk bersantai saja. Elena sebenarnya salah satu pegawai majalah yang sangat kompeten. Dia bekerja sebagai penulis artikel yang mana artikel yang selalu dibuat oleh Elena selalu menjadi artikel favorit yang ditunggu para pembaca majalah. Sayangnya, sekarang orang-orang lebih menyukai memandang visual dibandingkan kemampuan seseorang.

"Setidaknya otakku lebih seksi dibandingkan yang lain."

Itu adalah hal sering dikatakan Elena setiap kali Sandra menyuruhnya berdandan lebih baik yang mana ditangkap Elena sebagai berdandan lebih seksi. Ia menggunakan kata 'seksi' untuk menjelaskan otaknya yang cerdas. Walau Elena tidak bisa membanggakan penampilannya, setidaknya ia bisa membanggakan otaknya.

Elena mengeluarkan sandwich yang masih ia simpan. Dengan santai ia duduk di atas meja pantry di samping mesin pembuat kopi dan memakan sandwich kembali. Ia bahkan mengayun-anyunkan kakinya seolah ia masih berada di jam makan siangnya.

Elena yang menguyah sandwich tak sadar bahwa Sandra ikut keluar mencari Elena yang sudah cukup lama membuat kopi. Elena sendiri memang tak sadar bahwa kopi itu sudah jadi karena ia lebih fokus dengan sandwich-nya. Ia baru tersadar saat Sandra datang dan memukul gemas lengan perempuan itu.

"Kau ini! Pak Abrahms sudah mencari kopinya," ucap Sandra gemas.

"Akh! Kenapa kau memukulku?! Kau jahat sekali! Bagaimana bisa kau melakukan ini pada adik iparmu?!" rengek Elena mengusap-usap bahunya yang dipukul oleh Sandra.

"Bukannya kau sendiri yang menyuruhku jangan berbaik hati padamu di kantor?"

"Aku menyuruhmu jangan terlalu baik. Bukannya jahat."

"Ei, kau ini!" Dengan gemas Sandra akhirnya mencubit pipi adik suaminya itu. Ia kemudian beralih pada kopi yang sudah jadi. "Ya sudah, cepat kembali. Pak Abrahms akan benar-benar menurunkanmu menjadi office girl jika kau kedapatan bersantai di saat rapat. Kau juga masih harus memperlihatkan bahan artikel yang akan kau buat. Jadi, cepatlah."

Dengan gemas, Elena akhirnya memasukan suapan terakhir sandwich-nya ke dalam mulutnya sekaligus. Sebelum akhirnya mengambil kopi yang jadi itu dan mengikuti Sandra untuk kembali masuk ke dalam ruang rapat.

"Copy-an laporan penjualan untuk majalah edisi bulan lalu sudah saya surel ke alamat Anda tadi pagi. Anda sudah bisa mengeceknya," ucap suara Joe pada Royce.

"Kopi Anda, Pak."

Elena pun meletakkan kopi itu di depan Royce yang hanya direspon dengan anggukan oleh Royce tanpa menatapnya bahkan tangan Royce malah melambai sekali seolah menyuruhnya keluar. Semua anggota divisinya yang didominasi oleh perempuan pun lagi-lagi menahan tawanya. Apalagi wajah Elena yang tampak lucu seolah menahan diri agar tidak memukul bosnya membuat teman-temannya semakin menyembunyikan tawa mereka dengan wajah memerah.

Mencoba mengabaikan sikap Royce, Elena pun berjalan ke kursinya dengan Joe yang melanjutkan beberapa penjelasan yang harus dia sampaikan. Dan akhirnya perhatian Elena pun kembali tersorot hanya pada pria itu.

Setengah jam lebih berlalu hingga akhirnya rapat itu berakhir. Joe tampak mengingatkan Royce sekali lagi tentang surel laporan penjualan sebelum meninggalkan ruangan bersama yang lain, kecuali Elena. Elena masih santai merapikan catatannya sehingga ia sedikit telat keluar dari ruangan. Elena juga tidak suka bergerak terlalu terburu-buru.

My Red DaisyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora